Judul : Neverwhere – Kota Antah Berantah
Penulis : Neil Gaiman
Penerjemah : Donna Widjajanto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Cetakan pertama, Maret 2007
Tebal : 448 halaman
Rate : 5 / 5
Seperti yang sudah tertulis di sinopsisnya, “Neverwhere” bercerita tentang seorang pemuda bernama Richard Mayhew, tinggal di London dengan kehidupan yang biasa-biasa saja, hobi mengumpulkan miniatur troll yang kerap kali dianggap menggelikan oleh rekan kerjanya, memiliki tunangan yang luar biasa cantik. Hingga suatu kali di malam yang penting seorang gelandangan terkapar berdarah di hadapannya. Richard menolong gadis itu dan hidupnya pun jungkir balik seketika.
Keesokan harinya Richard diusir dari apartemennya, tidak memiliki pekerjaan, tunangan, terlebih lagi, ia tidak memiliki identitas. Richard terdampar masuk ke dunia bawah, atau orang-orang sering menyebutnya sebagai London Bawah, tempat yang gelap, kumuh, di mana rat-speaker berkeliaran dan berbincang bersama tikus, para monster, malaikat, pembunuh, dan makhluk ajaib lainnya berkeliaran.
London Bawah merupakan dunia Door, gadis gelandangan yang ditolong Richard, yang baru saja berkabung atas kematian keluarganya. Tanpa tujuan dan pilihan, Richard pun setuju bergabung dengan pasukan Door bersama dengan Hunter, sang pengawal, dan Marquis de Carabas. Keempatnya berkelana menyusuri lorong-lorong London Bawah, berusaha mencari tahu siapa dalang di balik pembunuhan keluarga Door.
“Neverwhere – Kota Antah Berantah” sungguh buku yang sangat menyenangkan dan menakjubkan. Neil Gaiman memang seorang yang brilian, tidak terburu-buru, tidak perlu masalah yang superduper kompleks, tapi dengan penjelasan yang sangat memukau dan imajinasi yang out-of-the-box, ia berhasil menciptakan citra London dari sisi bawah; dari sebuah pandangan yang tidak pernah dibayangkan orang lain saat menatap lorong-lorong kereta bawah tanah di London.
Kisahnya dimulai dengan gelap. Dari perbincangan Richard dengan seorang yang tidak dikenal tapi merupakan sebuah petunjuk singkat menuju petulangan yang sebenarnya. Dari awal, memang buku ini terasa gelap, teringat pada buku “The Ocean at the End of the Lane – Samudera di Ujung Jalan Setapak” tentang perbincangan dua orang asing, namun dalam “Neverwhere”, ceritanya bergulir dengan plot maju, disambung dengan Richard yang dideskripsikan pindah ke London, setelah sebelumnya ia pernah menetap di Skotlandia. Lalu, ada kemiripan lainnya antara “Neverwhere” dan buku-buku Neil lainnya, seperti di “Coraline”, “The Ocean at the End of the Lane”, dan “Stardust”, yaitu dengan keberadaan sebuah pintu menuju dunia lain. Akan tetapi, dalam “Neverwhere” yang paling menarik adalah sosok “pintu” yang diterjemahkan ke dalam karakter seorang gadis bernama Door, yang memiliki kemampuan membuka pintu ke mana saja.
Ide ceritanya sangat menarik, tidak ribet, kalau dibandingkan dengan “American Gods” yang juga sifatnya sebuah kisah petualangan yang memungkinkan karakternya berkeliling di sebuah wilayah, hanya bedanya kali ini adalah Kota London. Dan sembari berkeliling, walaupun menggunakan sudut pandang orang ketiga dalam bercerita, Neil seolah menjelma sebagai suara hati Richard yang kerap membanding-bandingkan sudut pandang seorang penghuni London Atas dengan perjalan yang dialaminya di London Bawah. Jadi, tidak heran walaupun mungkin di dalam imajinasi pembaca, sebuah penggambaran ceritanya amat sangat gelap, gotik, juga kuno, tapi banyak istilah-istilah celetukan era modern yang juga tersisip di dalamnya. Selain itu, dalam “Neverwhere”, Neil Gaiman tidak hanya menggunakan sebuah tempat sebagai latar tanpa alasan, tapi juga menceritakan sejarah dari tempat tersebut kepada pembaca, sehingga sembari berjalan-jalan, kita pun menjadi lebih tahu tentang London yang sesungguhnya di masa lalu.
Dalam “Neverwhere”, karakter utama yang dibuat Neil Gaiman terdiri dari dua kubu, yaitu protagonis, dan antagonis yang berjalan bersamaan sehingga memiliki plot ganda, yang akhirnya bertemu di seutas benang merah. Di kubu protagonis, jelas ada Richard Mayhew yang baik hati, tapi terkadang sedikit lugu dan agak bodoh, lalu ada Door gadis pemberani yang ingin menggenapi perintah di dalam jurnal ayahnya, Hunter seorang pejuang yang sering berburu hewan-hewan ajaib di London Bawah, dan satu lagi, Marquis de Carabas, seorang penipu ulung yang, tapi kawan setia Door dan keluarganya.
Sedangkan di kubu antagonis ada Mr. Croup dan Mr. Vandemar, yaitu duo pembunuh bayaran yang dibayar oleh “si pembunuh seseungguhnya”. Sepintas kalau membayangkan perawakannya yang ada di dalam deskripsi yang dituliskan Gaiman, pastinya pembaca tidak akan menyangka kalau mereka berdua sangat keji, malah terbaca sangat kocak dengan tinggi keduanya yang berkebalikan. Tapi, kubu antagonis tidak berhenti di situ, “Neverwhere” punya plot twist yang membuat pembacanya kerap mempertanyakan kembali dugaan atas kematian keluarga Door karena kadang yang baik bisa berpindah tempat, juga yang terlihat jahat sering sekali menjebak dengan hanya menggunakan persona luar.
“Neverwhere” memiliki setting yang sedikit banyak mengingatkan pembacanya pada pasar unik di balik Desa Tembok dalam novelnya “Stardust”. Memang bisa dibilang “Neverwhere” adalah kombinasi dari cerita-cerita Gaiman yang lain, tapi kalau pengin membandingkan dengan “American Gods”, saya lebih antusias dalam membaca “Neverwhere”, terutama dengan sama-sama menonjolkan keabsurdan dunianya, “Neverwhere” lebih bisa membuat pembacanya tercengang dengan plot yang sesungguhnya kalau dirunut adalah sangat sederhana, satu intinya: mengungkap kematian keluarga Door. Tapi dengan plot yang digiring Neil Gaiman pada dua sudut padang yang berbeda, yang terkadang ia menceritakan sisi antagonis, dan terkadang protagonis, sehingga seringnya pembacanya bertanya-tanya dan merasa bingung untuk menerka ending ceritanya.
Dari lima, jelas lima bintang buat “Neverwhere” buat segala ide yang fresh, out-of-the-box, dan dunia absurd yang selalu Neil Gaiman hadirkan kepada pembaca novel-novelnya. Keren abis!
Reblogged this on The book thief.
Huft, aku kayanya telat sekali ninggalin komentar disini. Jadi aku tadi baru cek page review list dan nemuin salah satu novel favoriteku disini, dan oh my god–everything about Neverwhere makes me happy!
Neverwhere itu novel karangan Neil Gaiman pertama yang aku baca, dan novel ini juga yang ngebuat aku jadi suka sama cerita fantasy. Setelah baca Neverwhere aku juga langsung binge-reading semua novel Neil Gaiman, dan so far Neverwhere ini tetep favoriteku.
Aku setuju banget kalo setting ini sedikit smiliar dengan Stardust, tapi kalo menurut aku pribadi aku lebih suka sama konflik yang di suguhin di Neverwhere. Bagian terakhir Neverwhere selalu dan selalu ngebekas buatku :)))))))))))))))
Anyway, love your review 🙂
Ada versi pdfnya gak?