Judul : Seperti Sungai yang Mengalir
Penulis : Paulo Coelho
Penerjemah : Tanti Lesmana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Cetakan ketiga, Januari 2013
Tebal : 303 halaman
Rate : 5 / 5
“Sayang sekali orang-orang hanya melihat perbedaan-perbedaan yang memisahkan mereka. Seandainya kita memandang dengan rasa sakih yang lebih besar, kita akan lebih banyak melihat kesamaan-kesamaan di antara kita dan sebagaian dari masalah-masalah di dunia ini akan terselesaikan.” – Orang Katolik dan Orang Muslim, Hal 277
Buku ini adalah buku kumpulan cerpen inspiratif terbaik yang aku miliki. Berisikan lebih dari lima puluh cerpen yang merupakan cerpen-cerpen terbaik milik Paulo Coelho yang telah diterbitkan secara terpisah dan kini dikumpulkan menjadi sebuah buku.
Dalam buku kumpulan cerpen ini, tidak semua cerita merupakan cerita fiksi, ada beberapa cerita tentang pengalaman pribadi si Penulis yang dituangkan ke dalam bentuk cerpen dan mengungkapkan kejadian luar biasa yang benar-benar menggugah nurani kita untuk tenggelam lebih dalam untuk menghadapi hidup ini.
Lalu, ada satu hal unik yang aku temukan dari buku ini, dari awal sampai habis, aku sama sekali tidak menemukan judul cerpen yang sama seperti judul buku ini: Seperti Sungai yang Mengalir. Hahaha. Dibagian Prakata, mau pun penutup juga tidak ada disinggung tentang alasan pemberian judul yang seperti itu. Akhirnya, aku menyimpulkan sendiri arti dari judul buku ini, bahwa kita harus menikmati setiap cerita di dalam buku ini seperti sungai yang mengalir. Dan benar sih, ketika membaca buku ini aku benar-benar menikmatinya, seperti sungai yang mengalir dan dalam sekejap mata saja buku ini sudah habis kulahap.
Kemudian, Di sini aku akan membahas beberapa cerpen yang menurutku benar-benar mengena dan bagus. Semoga dengan memberapa cerpen ini kalian bisa tertarik untuk membeli dan menikmati buku ini sampai tetes yang terakhir.
1. Di Sebuah Bar di Tokyo
“Buat apa bertengkar memperebutkan warisan, cinta sudah cukup.” – Hoki Miller, hal 27
Cerpen ini mengisahkan pertemuan Paulo Coelho dengan mantan istri dari penulis gegemarannya, Henry Miller. Ketika itu ia sedang berada di Jepang, dan penerjemahnya menawarkan diri untuk membantunya bertemu dengan wanita itu. Dalam Pikiran Paulo Coelho: wanita itu pasti bergelimpangan harta, karena semua matan istri Henry Miller yang ia ketahui begitu. Namun, apa yang ia lihat sungguh di luar perkiraan, Hoki Miller justru hanya tinggal di sebuah Bar kecil di pinggiran Tokyo. Ditemani piano tua dan foto-foto kenangan dengan suaminya itu. penuh kesederhanaan.
Cerpen ini memang tidak panjang, hanya empat lembar, membacanya pun tak sampai dua menit. Namun dengan kesederhanaan plot dan gaya bahasa Paulo Coelho yang santai karena ia seperti sedang menulis sebuah diari. Cerpen ini salah satu cerpen yang membuatku terpikat karena pesan kuat yang ia bagi di dalamnya.
2. Manuel adalah Orang Penting dan Dibutuhkan, Manuel Menjadi Orang Bebas, Manuel Pergi ke Surga
“Si Optimis dan si Pesimis sama-sama mati pada akhirnya, tetapi masing-masing menjalani hidupnya dalam cara yang sepenuhnya berbeda.” – Shimon Peres di World Economic Forum, Davos, hal 68
Ini adalah tiga buah cerpen mini yang merupakan satu kesatuan yang mengisahkan tiga fase kehidupan seorang pria bernama Manuel. Di cerpen pertama Paulo Coelho menyampaikan kehidupan Manuel yang jaya. Ia seorang pekerja yang taat, mengikuti hidupnya seperti kebanyakan orang; hidup untuk bekerja-hidup untuk bekerja, sampai-sampai ia tak punya waktu untuk berhenti sejenak karena ia begitu bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Hingga, di sebuah malam ia bermimpi, seorang malaikat mendatanginya dan bertanya, “Sanggupkah engkau menyisihkan sedikitnya lima belas menit saja setiap hari, untuk diam dan tidak melakukan apa-apa, untuk sekadar meresapi dunia dan dirimu sendiri?” Namun, ketika Manuel terbangun, ia mengabaikan pertanyaan malaikat itu.
Kemudian, di cerpen yang kedua, Paulo Coelho mengisahkan masa pensiun dari Manuel. Manuel, tokoh kita yang pekerja keras ini, pensiun dengan sangat mengesankan. Pekerjaannya berakhir baik tanpa cacat, dan sekarang ia punya waktu luang untuk melakukan apa pun yang ingin ia lakukan. Namun, lama kelamaan Manuel merasa ada yang kurang, padahal ia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Semua berjalan baik dan sesuai kaidah. Lalu, seorang malaikan kembali bertanya kepada manuel di dalam mimpi, “Apa yang telah kaulakukan dengan hidupmu? Sudahkah kau berusaha menjalani hidupmu sesuai dengan impian-impianmu?” dan seketika itu juga Manuel baru menyadari apa yang salah, namun ternyata sudah terlambat untuk memulainya kembali.
Dan di cerpen yang terakhir, Manuel dikisahkan meninggal dan diterima ke surga karena ia menjalani hidupnya dengan baik. Namun di bagian ini, Paulo Coelho juga menjelaskan betapa pentingnya menjalani hidup dengan penuh kasih. Kisah Manuel yang dibuat oleh Paulo Coelho menyadarkan kita bahwa hidup ini bukan hanya untuk dijalani tapi juga untuk dinikmati.
3. Tentang Buku-Buku dan Perpustakaan-Perpustakaan
“Sebuah buku mempunyai perjalanannya sendiri, dan tidak seharusnya dikurung di dalam rak.” – Paulo Coelho, hal 83
Cerpen ini benar-benar menggugah saya untuk melihat kembali isi lemari buku saya dan berpikir untuk menyumbangkannya (walau pun sampai sekarang masih dalam taraf berpikir sih, hahaha). Tulisan ini menceritakan pandangan Paulo Coelho tentang buku-bukunya, bagaimana ia mengumpamakan buku-bukunya adalah sesuatu yang hidup dan memiliki perjalanannya sendiri. Terdengar sederhana memang, tapi cukup membuatku terenyuh dan menyadari hidup kita pun seperti buku-buku itu. Untuk apa berada di rak dan merasa aman kalau kita bisa keluar dan bertemu berbagai orang yang berbeda setiap harinya?
4. Nhá Chica dari Baependi
“Mukjizat adalah sesuatu yang mengisi jiwa kita dengan kedamaian.” – Paulo Coelho, hal 131
Dalam bagian ini, mengisahkan pengalaman Paulo Coelho yang mengalami mukjizat saat ia menghadiri pembabtisan keponakannya di Baependi. Di sana ada seorang pastor yang disucikan bernama Nhá Chica. Pada masa itu, Paulo Coelho sedang mengalami pergejolakan batin, ia berada jauh dari sisi spiritualnya; tidak seperti yang kita lihat sekarang dari dirinya. Namun, entah mengapa, saat itu ia terpanggil untuk membuat janji di depan altar pastor yang disucikan itu dan membeli beberapa tangkai bunga serta fotonya yang berisikan doa perlindungan.
Saat dalam perjalanan pulang, Paulo Coelho nyaris mengalami sebuah kecelakaan hebat. Sebuah bus nyaris menabraknya, namun hebatnya ia berhasil meleset dan bus itu justru menghantam mobil yang berada di belakangnya. Beberapa orang tewas dalam kecelakaan itu dan Paulo Coelho bukan termasuk di antara mereka.
Semenjak kejadian itu, Paulo Coelho mulai mengejar kembali mimpi-mimpi gilanya di masa muda, termasuk mimpi gilanya untuk menjadi penulis. Hingga akhirnya ia teringat janjinya di depan altar Nhá Chica, kalau ia akan kembali ke sana saat ia telah menjadi seorang penulis terkenal di umurnya yang ke-50. Dan saat ia kembali ke sana, ia mendapat pertanda bahwa ia harus mengungkapkan mukjizat yang ia alami bersama sosok Nhá Chica.
Cerita ini menjadi menarik bagiku karena mengungkapkan konsep mukjizat yang begitu sederhana. Mukjizat itu hanyalah kedamaian di dalam hati. Wow, mengapa kita harus mencari-cari mukjizat dari Tuhan begitu susah payah sementara dengan merasa damai saja kita bisa merasakan mukjizat itu hadir di hidup kita. Sepenggal kisah hidup Paulo Coelho yang sederhana, namun sangat membantuku dalam mengungkapkan rahasia hati.
Oke deh, mungkin hanya itu saja yang bisa aku bahas tentang beberapa cerpen dan kisah Paulo Coelho yang ada di buku ini. Masih banyak kisah-kisah lain yang menunggu kalian membacanya dari buku ini.
Oh ya, satu hal lagi yang membuat buku ini menjadi buku inspiratif terbaik yang aku miliki adalah karena buku ini berdasarkan kisah nyata—kebanyakan pengalaman-pengalaman pribadi si Penulis—sehingga membacanya pun seolah-olah membuat kita seperti mengintip memori dan ide-ide yang ada di kepala Paulo Coelho sendiri. Cara Paulo Coelho berbagi ide dan gagasan pun begitu luwes di ceritakan dalam buku ini. Tidak seperti kebanyak buku inspiratif yang terkesan menonjolkan kebaikan-kebaikan, Seperti Sungai yang Mengalir sangat apa adanya. Hingga semua pesan moral dan kisah bisa diterima dengan sangat baik.
So, tidak diragukan lagi, bintang 5 untuk buku penuh inspiratif ini. Semua bintangnya kudedikasikan untuk kisah-kisah inspiratif yang secara pribadi mampu mengubah hidupku.