The Final Note ‘Pesan-Pesan Cinta’ – Kevin Alan Milne

 
 
Judul                     : The Final Note ‘Pesan-Pesan Cinta’
Penulis                  : Kevin Alan Milne
Penerjemah         : Riana Irawati
Penerbit               : Penerbit Qanita
Terbit                    : Cetakan pertama, Juni 2012
Tebal                     : 484 halaman
Rate                       : 4/5

 
 

“Kami serba kekurangan, tapi tidak masalah sebab kami saling memiliki satu sama lain dan merasa bahagia.” —The Final Note ‘Pesan-Pesan Cinta’, hlm. 12

 

Lebih banyak janji, lebih banyak lagi kebohongan yang coba Ethan Bright buat. Ia enggan melihat Karl, gitar pemberian Gradpa Bright, teronggok di sudut ruangan. Benda uzur yang  tak ayal mengingatkannya pada janji-janji itu—janji kepada Octavius, janji kepada Grandpa Bright, janji kepada Tuhan, dan janji kepada Annaliese Sang Istri—di selembar kantung muntah sepulang ikrar nikahnya.

Janji-janji itu kian memudar di benak Ethan. Janji yang semula ia praktikan sehari-hari, lama-kelamaan malah balik meneror dan menarik dirinya pada kenangan di masa lalu. Ethan Bright bertemu dengan Annaliese di Kota Wina, tempatnya menempuh pendidikan pascasajana. Bertualang bersama petikan merdu milik Karl; ia berhasil membuat Annaliese terpukau. Ethan menikahinya setahun kemudian. Ia pikir menikahi Annaliese adalah keputusan yang paling tepat.

Namun, seiring berjalannya waktu, beringsut dari Kota Wina, keduanya menghuni sebuah kondo di Florida.  Menakodai rumah tangga jauh lebih sulit dari yang Ethan bayangkan. Lebih banyak tanggungjawab, tuntutan, dan keputusan yang membuatnya dilema. Setiap alur kehidupan, Ethan dan Annaliese berhasil lewati, banyak tangis, tetapi alunan dawai Karl selalu dapat menghibur keduanya.

Pun dengan kehadiran Hope dalam kehidupan mereka. Hope merupakan separuh jiwa Annaliese yang membuatnya tetap bahagia. Tetapi, dengan keberadaan Hope, Ethan sadar, keluarganya menutut lebih. Terutama dari sisi finansial. Perusahaan iklan mengabulkan keinginannya, Ethan naik ke posisi GM dengan segala embel-embel gaji yang dua kali lipat lebih besar, tetapi satu yang harus ia korbankan, yaitu waktu bersama keluarganya.

 

“Tidak. Aku hanya melihat banyak dan banyak lagi ruangan putih yang kacau. Itu mengingatkanku pada pernikahan kita.” The Final Note ‘Pesan-Pesan Cinta’, hlm. 212

 

Ethan menjadi sangat sibuk dan nyaris melupakan istrinya berikut dengan janji-janji itu. Tak ada lagi petik dawai milik Karl setiap malam alih-alih caci-maki. Terlalu banyak kebohongan yang ia coba rakit untuk meyakinkan Hope bahwa ia akan pulang kala ulang tahunnya yang kedelapan. Tapi, siapa yang tahu kapan Tuhan akan menegur. Malam itu Ethan memang berhasil membuat Annaliese membeli gitar yang ia janjikan untuk Hope, namun tanpa sadar ia malah membuat Annaliese terlibat dalam sebuah kecelakaan yang mematikan.


 
 
“The Final Note” adalah sebuah buku kecil yang sarat makna. Memberikan pengajaran kepada setiap pembacanya, tak kenal umur karena dapat menjembatani perbedaan dan pola pikir tersebut. Jika seorang anak bertanya-tanya mengapa ayah mereka dapat menjadi seorang pribadi yang egois? Kevin Alan Milne serta-merta dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan “The Final Note”. Sebuah novel yang sangat menyentuh dengan sebuah ide yang sederhana. Tidak hanya menceritakan tentang desas-desus dan konflik hubungan suami-istri. Dengan konflik yang begitu rill, pesan moral tentang keluarga pun ikut tercipta di dalamnya.

Membaca “The Final Note” membuat saya berpikir tentang aransemen sebuah plot film Kristiani seperti “Fireproof”, tentang bagaimana usaha seorang suami untuk meyakinkan istrinya kembali. Dengan sebuah narasi yang mengalir seperti sebuah memoar, perjalanan cinta dan kehidupan Ethan Bright digambarkan mengalami banyak gelombang pasang. Mulai dari pertemuan yang manis dengan Annaliese, menikahi perempuan yang dicintainya, kebakaran yang menimpa apartemennya, lalu kebutuhan finansial yang meningkat dan boss yang serta-merta mencekokinya dengan beban tanggung jawab kerja.

Kevin Alan Milne menggunakan sudut pandang orang pertama untuk menjelaskan narasinya. Bisa dibilang mirip dengan kebanyakan novel-novel Nicholas Sparks, yang mengambil seorang laki-laki sebagai seorang tokoh utama, namun “The Final Note” sebagai karya pertama yang saya baca dari seorang Kevin Alan Milne lebih berfokus kepada konflik-konflik yang bermakna alih-alih kisah roman yang mengada-ngada. Terlihat juga dari narasi yang dikomposisikan sangat dewasa, membuat konflik yang diperbincangkan terasa semakin meyakinkan pembaca. Hanya saja yang kurang suka dari pengembangan gaya bercerita Kevin Alan Milne adalah penggambaran kisah awal pertemuan Ethan dan Annaliese yang mengalir tanpa detail-detail yang menarik. Pojok itu terasa sedikit membosankan bagi saya.

Untungnya Kevin Alan Milne begitu cakap dalam membuat permainan plot mundur yang coba ia rakit di awal. “The Final Note” dimulai dengan sebuah cuplikan singkat tentang masa depan yang membuat pembacanya bingung, termasuk saya. Hingga di akhir bab singkat tersebut akhirnya saya mengerti, seorang Ethan Bright baru saja akan menceritakan kisah buruk yang menimpa dirinya. Dan di akhir, kisah di cuplikan tersebut tanpa sadar disambung dengan sebuah penutup cerita yang sedikit menjebak tapi melegaan bagi para pembaca. Selain permainan plot yang lumayan menarik, saya sangat menyukai dengan kekonsistenan seorang Kevin Alan Milne dalam menuliskan sebuah plot cerita. Kalau di awal saya mengeluh tentang cerita cinta Ethan dan Annaliese yang terkesan melewatkan banyak detail, tapi saat pertengahan akhirnya saya tahu, mengapa ia membuang begitu banyak pucak-puncak konflik di awal. “The Final Note” lebih memfokuskan proses perubahan seorang Ethan yang naif, menjadi Ethan yang ambisus, kemudian Ethan yang depresi, dan seorang Ethan yang melihat kembali ke dalam kepala sang ayah yang selalu ia bilang egois. Selalu ada fase dan itu terlihat sangat kontras dengan detail-detail yang mungkin banyak terlewat tetapi narasi yang indah dan dialog yang perlu dimarka.

Menyakut dengan beberapa detail yang hilang, sesungguhnya Kevin Alan Milne tak menjadikan latar ceritanya sebagai sebuah komponen yang penting di keseluruhan plot. Hanya di awal, dan merupakan daya tarik bagi saya untuk membeli buku ini, “The Final Note” mengambil Wina sebagai latar utama. Dan di bagian awal juga saya merasa kalau Kevin Alan Milne membuat saya berhasil terjerumus untuk ikut merasakan begitu damai dan artistiknya Kota Wina. Namun, setelah berpindah ke Florida dan California. Banyak unsur ekstrinsik yang dilupakan alih-alih lebih banyak memberangus imajinasi pembaca dengan konflik ruwet seorang Ethan Bright.

Kevin Alan Milne banyak mengambil keluarga masa kini sebagai pewujudan dari para tokohnya, seperti Ethan Bright yang penuh janji dan kebohongan, Annaliese yang penuh tuntutan dan tak puas diri sebagai seorang istri, Grandpa Bright yang sangat bijak dan selalu memberi kutipan bermakna. Tapi, di balik tiga tokoh utama tersebut, entah kenapa saya malah paling suka dengan karakter Stuart ‘Si Kaya’.

 

“Aku sering berpikir kalau hidup ini sangat tidak adil. Lalu setelah kurenungan kembali, bukankah akan lebih buruk jika hidup itu adil, dan apakah semua hal buruk yang menimpa kita itu datang karena kita pantas menerimanya? Jadi sekarang, aku akan mengambil keuntungan dari segala macam kejatahan dan ketidakanadilan di alam semesta.” —Babylon Five pada Final Notes ‘Pesan-Pesan Cinta’, hlm. 345

 

Karakter Stuart mengingatkan saya pada tokoh yang dibintangi Sam Rockwell dalam drama keluarga “The Way Way Back”. Karakter penyemangat yang selalu bisa melihat sisi baik dari semua musibah yang dialami keluarganya. Bukan berarti dia tidak sedih, tapi dalam kesedihan, Stuart malah menjadi penolong bagi Ethan.

Secara keseluruhan penilaian saya terhadap “The Final Note” dibagi atas tiga bagian; dugaan awal, saya mengira “The Final Note” akan menjadi kisah yang membosankan, tipe kisah roman dewasa yang mendewakan adegan-adegan roman, tapi di bagian tengah: saya menilai bahwa ini mengejutkan, banyak konflik yang rill tapi yang tak pernah saya duga akan menimpa keluarga kecil Ethan Bright, hingga di penghujung cerita, saya beropini kalau “The Final Note”  merupakan kisah sederhana yang seru, penuh makna, dan mengundang derai air mata.

Banyak yang dapat saya petik dari “The Final Note”, mulai dari arti cinta sejati, arti memaafkan, dan arti sebuah keluarga yang sesungguhnya. “The Final Note” membuat pembacanya menelaah dilema hati yang dialami para ayah di dunia. Kalau sebagai anak kadang ia berpikir mengapa ayah sangat sibuk, mengapa ayah egois, mengapa ayah membuang anaknya. “The Final Note” menimbulkan satu sudut pandang baru yang dapat menjawab semua pertanyaan itu.

4 dari 5 bintang. Saya berharap dapat membaca buku Kevin Alan Milne yang lain.

 

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s