Judul : These Things Hidden ‘Segala yang Tersembunyi’
Penulis : Heather Gudenkauf
Penerjemah : Aime Monica Santoso
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Cetakan pertama, Juli 2015
Tebal : 368 halaman
Rate : 4 / 5
“Aku tak dapat mengubah masa lalu. Aku tak dapat menghapus apa yang telah terjadi, tak bisa menghidupkan bayi perempuan itu kembali, namun dapat menjadi anak yang baik lagi. Aku mampu menjadi kakak yang baik.” –These Things Hidden ‘Segala yang Tersembunyi’, hlm. 131
Bukan perkara mudah bagi Allison Glenn untuk memasuki Rumah Gretrude tanpa rasa ragu. Kenangan pahit di masa lalu membuatnya terlalu menikmati kehidupan di balik terali besi. Ia tak perlu melakukan apa-apa; sekadar diam dan ikut aturan. Lantas, hukuman perdatanya diperpendek menjadi lima tahun. Namun, kini, berjalan ke luar dari sel tahanan, berarti ia harus menghadapi cemoohan dari dunia luar. Mata-mata kejam yang terus memandangnya dengan satu label, pembunuh.
Allison tidak dapat mengubah perkara di masa lalu, tentang sikapnya yang ceroboh sampai-sampai mampu menenggelamkan bayi perempuannya di Sungai Druid. Tapi, ia perlu mendiskusikan tentang masa depannya. Termasuk dengan sang adik, Brynn Glenn, yang selalu menutupi diri dari kunjungan, surat, maupun teleponnya.
Olene, mentornya di Rumah Gretrude menyarankan Allison untuk mengikuti sebuah wawancara kerja di Bookends. Sebuah toko buku pribadi dengan pemilik yang ramah bernama Claire Kelby. Pekerjaannya mudah, pun menyenangkan, tapi Allison tak pernah tahu siapa yang akan dijumpainya di balik bagian anak-anak.
Seorang anak laki-laki mungil, berumur lima tahun, bermata cokelat gelap, hidung bangir, dibingkai wajah yang tajam dan persegi, mirip seseorang yang pernah ia cintai dulu.
Melirik sampul depannya, saya jamin, pembaca sekalian pasti tertipu. Ada nuansa tenang, iba, pun penuh rahasia dari sepasang mata seorang anak yang separuh terendam air. Perkara utamanya memang benar, “These Things Hidden” bercerita tentang seorang ibu yang tega menenggelamkan bayi perempuannya di Sungai Druid. Tapi, seperti lingkungannya yang sepi dan tenang, begitulah cerita tersebut bergulir. Terlepas dari perkara pembunuhan seorang bayi, “These Things Hidden” membuka satu per satu rahasia para tokohnya yang jauh lebih gelap dan kompleks. Mulai dari perkara hamil di luar nikah, lantas kanker, adopsi, depresi, dan bullying pun ikut disinggung sebagai latar belakang ceritanya.
Para tokohnya yang dijelaskan memiliki umur muda, tidak membuat “These Things Hidden” terlihat seperti novel young-adult pada umumnya. Narasi dan latar belakang setiap karakternya membuat “These Things Hidden” punya hawa yang lebih dewasa, tidak serta-merta bersenang-senang dalam pesta semalam suntuk, tapi lebih kepada dampak dari masa lalu yang gelap, yang lantas mencetuskan akibat-akibat yang pura-pura disembuhkan di masa kini.
Gaya bercerita yang digunakan Heather Gudenkauf sesungguhnya sempat membuat saya kesal di awal. Lantaran seperti seorang penonton bioskop yang dituntun di ruangan gelap, sudut pandang pertama, pemirsa akan diajak berkeliling dengan Allison Glenn sebagai naratornya, lantas di bagian kedua, cerita tersebut akan memperkenalkan Brynn dengan sejuta alasannya untuk menolak telepon dan menemui Allison. Kedua tokoh tersebut, yang sama-sama menggunakan sudut pandang orang pertama bisa dibilang kentara berhubungan. Tapi, pada bab ketiga dan keempat yang diberi judul sesuai dengan nama masing-masing tokohnya; Charm dan Claire. Saya mulai bertanya-tanya, siapa gerangan kedua orang baru tersebut.
Rupanya, Gudenkauf ingin bermain teka-teki bersama pembaca. Sengaja membuat empat orang tokoh, yang mulanya pasti banyak menjadi bahan terkaan, pun sebuah kebosanan tersendiri, yang akhirnya berakhir pada satu benang merah yang cukup mengejutkan.
Permainan plot yang didalangi Gudenkauf pun tidak kalah unik, polanya mengingatkan saya pada buku “Falling into Place” milik Amy Zhang, yang mana, bagian yang seharusnya dijadikan sebagai konflik tidak diletakkan secara klasik di pertengahan cerita, tapi di antara penggalan plot masa kini, yang cenderung banyak mempertimbangkan hal-hal di masa lalu.
Bagi penyuka cerita yang sedikit berbobot, yang kerap bermain dengan plot, “These Things Hidden” bisa dibilang cukup menantang, tidak terlalu berat, tapi konfliknya tidak begitu kontras, alih-alih, pembaca dibuat harus menebak, sesungguhnya siapa yang menyimpan rahasia terbesar dari keseluruhan plotnya. Di awal, bisa jadi pembaca sedikit bosan, para tokohnya akan banyak berbicara mengenai rutinitas mereka di masa kini, sampai di satu titik, yang mana salah satu tokohnya kembali bermain api dan akhirnya membakar seluruh hal yang coba mereka tutupi di masa lalu.
Penokohannya terasa sedikit ambigu di awal, yang mana semuanya nampak sama dan bermain aman. Baik-baik saja. Hanya dibedakan berdasarkan pekerjaan. Sekalipun ada perbedaan umur yang menjadi jeda antara Allison dan Claire, tapi saya merasa seperti tokoh-tokoh yang masih menyandang peran dewasa muda seakan-akan berbicara dengan pemikiran yang bertaraf sama.
Seperti halnya novel “Gone Girl” karya Gillian Flynn, mungkin seperti Amazing Amy-lah setiap tokoh pada “These Things Hidden” berlakon. Dengan menciptakan diari yang hebat atas diri mereka yang ‘baik-baik’ saja untuk menutupi lubang yang kepalang menggerogoti kehidupan mereka. Tapi, dari keseluruhan cerita, saya amat mengagumi karakter Brynn, lantaran ada sedikit kejutan dari dirinya yang mampu membuat pembaca tercengang 🙂
Penjabaran setting “These Things Hidden” terasa damai dan tentram, sedikit terpencil. Namun, itu lantaran Linden Falls, yang menjadi setting utama tempat terjadi kasus hebat tersebut terjadi memang punya tipikal suasana yang tenang dan asri. Linden Falls tepatnya berada di Iowa dan Sungai Druid adalah sungai yang sunyi, yang masih dikelilingi semak, pun hutan kecil. Persis seperti yang diceritakan Mom kepada Brynn tentang sungai yang menakutkan, yang mampu memakan orang.
Dari penjabaran setting tempat yang tenang, “These Things Hidden” agaknya lebih memiliki nyawa sebuah roman kontemporer yang dewasa dan melankolis, ketimbang unsur young-adult yang fresh dan seru. Pembacanya seperti dibawa ke ladang novel-novel sekelas Nicholas Sparks yang dewasa, kendati masih menyimpan sedikit pesan, moral, dan karakter yang berjiwa muda.
Secara keseluruhan, “These Things Hidden” bisa terbilang bacaan ringan yang menarik. Tidak cepat membuat orang menebak. Banyak perangkap-perangkap plot di dalamnya yang sanggup membuat pembaca terjebak. Tapi, dari gaya bahasanya pun, tutur kata Gudenkauf terasa mengalir dan damai. Seperti membuat pembaca tidak berekspektasi lebih terhadap sebuah konflik yang mencengangkan. Namun, nyatanya, “These Things Hidden” mampu membuat saya terkejut dan sedikit mengumpat. 4 dari 5 bintang untuk plot hebat ciptaan Gudenkauf.
nice review