Judul : Tiger On My Bed (#VIMANASINGLES book 1)
Penulis : Christian Simamora
Penerbit : Twigora
Terbit : Cetakan pertama, Desember 2015
Tebal : 403 halaman
Harga : Rp 88.800
Genre : Contemporary Romance
“UNTUK MENARIK PERHATIAN LAWAN JENISNYA,
HARIMAU BETINA BISA MERAUNG SAMPAI 69 KALI SELAMA 15 MENIT.”
Jai harus mengakui, Talita Koum Vimana membuatnya sangat penasaran. Dia duduk di pangkuan Jai, membuai dengan suara tawanya, dan bahkan tanpa ragu mengkritik kemampuannya merayu lawan jenis. Hebatnya lagi, semuanya terjadi bahkan sebelum Jai resmi berkenalan dengan Tal.
“SELAYAKNYA TARIAN,
HARIMAU JANTAN DAN BETINA MELAKUKAN KONTAK FISIK SATU SAMA LAIN, DISERTAI SUARA RAUNGAN DAN GERAMAN.”
Jujur saja, alasan utama Tal mendekati Jai justru karena dia sama sekali bukan tipe idealnya. Dia dipilih karena alasan shallow: indah dilihat mata, asyik buat diajak make out.
Jenis yang bisa dengan gampang ditinggalkan tanpa harus merasa bersalah.
“TAHUKAH KAMU, SETELAH PROSES KAWIN SELESAI,
HARIMAU JANTAN SELALU MENINGGALKAN BETINANYA?”
Tiger arrangement, begitu keduanya menyebut hubungan mereka.
Dan ketika salah satu pihak terpikir untuk berhenti, pihak lain tak boleh merasa keberatan.
Jai dan Tal menikmati sekali hubungan kasual ini. Tak ada tanggung jawab, tak ada penyesalan… sampai salah satu dari mereka jatuh cinta.
Selamat jatuh cinta,
CHRISTIAN SIMAMORA
“They cheat because they can. Kemungkinan besar mantan tunangan lo ini juga ada di kategori yang sama. Jadi, kalau lo masih terpikir untuk menyalahkan diri sendiri atas kegagalan hubungan kalian, gue sarakan sih jangan. Justru sebaliknya, lo harusnya bersyukur bisa melihat muka dia yang sebenarnya justru sebelum kalian menikah. Kebayang nggak kayak apa fucked up-nya kalau kalian terus berlanjut ke pelaminan?” –Tiger On My Bed, hlm. 244
Mulanya Tal pikir akan semudah itu melupakan Rizal, tapi nyatanya, pria brengsek itu masih saja tersangkut di dalam hatinya. Bahkan ketika Fika dan Yana menantang Tal untuk memamerkan foto keduanya di acara Beautypaint Launching Party, Tal tak kuasa menyembunyikan air matanya.
Tal takut jatuh cinta. Baru satu bulan lalu ia kecewa, tak lantas etis bila langsung mencari pasangan baru. Namun, siapa bilang Tal perlu pria baru di dalam kehidupannya? Ia hanya perlu bahan pelampiasan. Sekali pakai, lalu … lupakan, seperti yang diidekan Fika.
Dan rasa menggelitik itu pun mendarat di pangkuan Jai Birksted, cowok blasteran Denmark-Indonesia, yang kala itu tengah digoda Ariana, perempuan kegatelan nomor satu di konter bar. Anggap saja hari itu hari keberuntungan Jai. Tiba-tiba saja seseorang menduduki pangkuannya dan mencium bibirnya sekilas hingga Ariana tak jadi mendekat.
Tal nekat untuk bertindak agresif. Baginya, Jai pasangan yang tepat untuk diajak one night stand. Bukan tipe idealnya, hanya enak dipandang, dan sepertinya asyik untuk digiring ke kamar.
Hingga keduanya menyebut perjanjian mereka sebagai tiger arrangement, selayaknya harimau jantan yang selalu meninggalkan pasangannya, jika salah satu dari mereka terpikir untuk berhenti, pihak lain pun mau tak mau harus setuju. Dan semuanya berjalan sesuai rencana, tak ada tanggung jawab, tak ada penyesalan. Sampai satu di antara mereka mulai memiliki ‘rasa’ dan mencoba menyangkal, Tal pun kembali mempertanyakan ketakutan terbesar di dalam hidupnya.
“Tiger On My Bed” memang tidak mengangkat tema yang ribet. Bertindak sok unik kendati yang melatarbelakangi ceritanya pun adalah sederet pekerjaan yang kerap kali dijumpai mata. Sederhananya, “Tiger On My Bed” berbicara tentang ketakutan seorang perempuan bernama Tal yang baru saja ditinggal ke pelaminan oleh pacarnya, yang malah selingkuh dengan EO-nya sendiri. Lantas, Tal pun mencari ‘pengganti’ sementara sebagai partner-nya di ranjang. Mirip film-film rom com: “Love and the Other Drugs”, “No Strings Attached”, “Friends with Benefits”, dan banyak lagi. Yang kedua tokohnya semata-mata membikin sebuah perjanjian khas ‘ranjang’ tanpa diliputi komitmen. Terlepas demikian, “Tiger On My Bed” malah berpesan tentang hal yang sebaliknya lho, Christian Simamora tak sekadar ingin membahas tentang hubungan tanpa komitmen yang dibumbui dialog-dialog ringan dan adegan ‘ranjang’ yang panas. “Tiger On My Bed” malah berbicara tentang pengambilan keputusan yang realistis, yang memang sering menjadi dilema di antara hubungan laki-laki dan perempuan. Jadi, walau berbicara tentang hal yang “itu-itu” saja, “Tiger On My Bed” memiliki kesan keren tersendiri yang terkandung dalam pengemasan ceritanya yang ringan dan asyik dinikmati dengan sekali duduk.
Dan menyangkut keberadaan tingkat ekonomi kelas atas yang menjadi latar utama tokoh-tokohnya, Christian Simamora selalu saja menjelaskan outfit setiap tokoh di setiap adegan “Tiger On My Bed”. Mau di party, kantor, rumah, sampai di ranjang sekalipun. Christian Simamora selalu punya paduan yang pas untuk setiap pakaian para tokohnya. Bagi yang menyukai dunia fesyen, narasi yang dibawakan Christian Simamora pada “Tiger On My Bed” jelas bisa menjadi referensi untuk OOTD terbaru, tapi bagi yang merasa, fesyen bukan menjadi cangkir kopi yang tepat (seperti saya), kadang adegan-adegan berbau fesyen tersebut malah terasa mengulur cerita dan sedikit membuat bertele-tele, lantaran imajinasi dan istilah-istilah yang diutarakan pun tak sampai terbayangkan di kepala.
Setelah dua perbedaan sebelumnya dengan “Meet Lame”, dalam “Tiger On My Bed”, Christian Simamora kembali memamerkan kepiawaiannya menulis adengan ‘ranjang’. “Tiger On My Bed” mungkin buku dari penulis lokal pertama dengan latar drama domestik yang saya baca dan punya adegan tersebut dengan kadar yang 50/50 dengan konten cerita. Menurut saya, narasi yang ditawarkan Christian Simamora sama sekali tidak membosankan. Sempat sebelumnya berpikir sempit dan menyamakannya dengan cerita-cerita erotika luar negeri yang seringnya bersifat repetitif dan di ujung malah membuat pembaca bosan lantaran sudah bisa menebak adegan-adegan yang akan diusung. Christian Simamora dapat mengeksplor cerita dengan selingan adegan yang selalu baru. Demikian dengan sisipan dialognya di sela adegan tersebut, sedikit ganjil sih saat membaca deretan bahasa gaul di tengah percakapan ‘ranjang’ yang biasanya dituliskan oleh penulis luar negeri dengan efek terjemahan, tapi pada tulisan Christian Simamora, saya kira, itu malah menjadi ciri khas sehingga dapat memberikan efek ringan dan tidak memberatkan pembaca.
Ada beberapa hal yang saya tidak terlalu suka mengenai teknis kepenulisan “Tiger On My Bed”, salah satunya mungkin dari segi alur yang sedikit terasa patah antara alur maju dan napak tilas yang menceritakan masa lalu. Agaknya saya tipe yang menyukai penceritaan tidak langsung, alih-alih, Christian Simamora membuat narasi di masa lalu diceritakan dengan kalimat langsung dengan perubahan font face pada teknis penulisannya. Di awal, Christian Simamora memang punya khas membuka ceritanya dengan lambat, dan seperti khas cerita berlatar kosmopolit, “Tiger On My Bed” dibuka dengan pertemuan tiga sahabat dalam acara party. Dan rumpi-rumpi itu pun terjadi, banyak dialog yang bersahut-sahutan dan penjelasan panjang lebar mengenai latar belakang masing-masing tokohnya. Sedikit menjenuhkan. Hingga ke pertengahan, “Tiger On My Bed” malah punya impresi yang sebaliknya.
Permainan tarik-ulur perasaan yang ditawarkan Christian Simamora lewat tokoh Tal adalah kuncinya. Kadang membuat geregetan, tapi keputusan-keputusan yang diambilnya bukan sekadar didasari oleh alasan yang dangkal. Emosi Tal yang ditunjukkan dari narasinya dan percakapannya malah punya maksud tersendiri untuk menyelami perasaan perempuan yang terlanjur luka lantaran ditinggal tunangan. Begitu juga dengan sisi Jai yang punya banyak adegan-adegan lucu tersendiri dalam mendekati sosok Tal. Hingga sayangnya, di bagian belakang, kerumitan yang sudah dirangkai di bagian tengah malah terasa di-fast forward menjelang ke adegan-adegan penutup.
Sedangkan dari segi penokohan, “Tiger On My Bed” kentara didukung oleh riset yang luar biasa dari Christian Simamora. Mulai dari tiap pakaian yang selalu dijelaskan dengan detail, kebiasaan setiap tokohnya, dan juga pekerjaan yang menjadi topik pembicaraan antar tokohnya. Jika seringnya novel dengan genre sejenis memberikan latar belakang tokohnya sekadar narasi, tapi yang patut diacungi jempol adalah ketika topik tersebut malah terselip di antara dialog yang luwes. Selain memberikan efek dramatis, penulisnya kentara tahu benar dengan masalah yang menjadi latar belakang setiap tokohnya.
Dalam “Tiger On My Bed” pun Christian Simamora dengan berani mengeksplorasi latar belakang tokohnya dengan perbedaan kultur. Walau nama-nama yang dipilih sebagai tokoh figurannya kadang terasa lucu, tapi siapa yang bisa berkilah kalau nyatanya ia seorang konglomerat yang berasal dari Rusia, Denmark, atau separuh belasteran dengan perusahaan yang berupa kerajaan bisnis keluarga.
Sebagai cerita yang tergolong chicklit dengan latar kosmopolit, “Tiger On My Bed” tidak menunjukkan sebuah setting yang spesifik secara rill. Tidak menyebutkan kota secara pasti, tapi latar-latarnya yang berkutat seputar party, cafe, kantor, dan rumah yang layaknya istana mampu dijelaskan secara detail mengenai interior dan suasananya. Pembaca pun dengan mudahnya dapat membayangkan sebuah latar yang dimaksud oleh penulis, sekaligus tips-tips kecil berserta istilah dunia desain interior yang menjadi latar belakang pekerjaan Jai.
Secara keseluruhan, “Tiger On My Bed” bacaan ringan yang menyenangkan dan dengan mudahnya dihabiskan dalam sekali duduk. Walau tergolong ringan, “Tiger On My Bed” bukan cerita yang ‘kosong’. Adengan ‘ranjang’ bisa saja menjadi kompor utama, terlepas dari itu, “Tiger On My Bed” punya pesan tersendiri yang ingin disampaikan penulisnya kepada para perempuan yang tengah patah hati.
Dan seperti host blogtour lainnya, sebagai penutup review, saya pun diberi misi untuk meniru pose Madonna pada cover albumnya yang berjudul Rebel Heart seperti ini:
reviewna sepoilerna banyak, bikin aku makin penasaran sama ceritanya.. TwT *lap iler*
seneng baca reviewna tapi sedih jadi pengen betul buat baca bukuna.. X’3
quotes suka banget!
“They cheat because they can.” <w<
Duh, gak sabar banget untuk mencicipi karya si Abang kali ini. Kebetulan lagi butuh bacaan dewasa seperti ini untuk menambah kedewasaan dan merefresh pikiran 😀 by the way review nya lengkap banget. Gak spoiler tapi mampu menyampaikan hal-hal penting untuk pembaca. Dan yang pasti mampu membuat pembaca tergoda dengan buku ini :3 oh, dan saya (entah kenapa) ngakak berat dengan foto paling akhir itu xD
Reviewnya lengkap dan seimbang nih, tapi gak berkesan spoiler. Jadinya malah bikin penasaran, pingin tau bagaimana percakapan ranjang ala bang Ino, bagaimana setiap karakter di novel ini dibangun, dan seperti apa bang Ino menggambarkan dunia jet set ala Tiger On My Bed 😀