The Hollow Boy ‘Pemuda Berongga’ – Jonathan Stroud

ecbd08e003936e0de55afee141c2d7d3

 

Judul                     : The Hollow Boy ‘Pemuda Berongga’ (Lockwood & Co. #2)
Penulis                 : Jonathan Stroud
Penerjemah       : Poppy D. Chusfani
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Agustus 2016
Tebal                     : 440 halaman
Rate                       : 5 / 5

 

Lockwood & Co. kembali beraksi dalam meringkus para hantu pengganggu di pelosok London. Setelah Lucy bergabung, nampaknya mereka kedatangan satu personil baru—sebuah tengkorak berhantu tipe tiga yang mereka temukan terkurung di dalam stoples kaca. Dengan kecerdikan Lockwood, pengetahuan George, dan talenta Lucy, sebagai sebuah agensi pengusir hantu independen, kini nama mereka semakin dikenal dan diberondongi telepon klien.

Lockwood dan George merasa perlu merekrut personil baru, atau setidaknya asisten paruh waktu untuk meringankan kerja mereka. Sebaliknya Lucy merasa hal itu sama sekali tidak perlu, terlebih si Tengkorak yang banyak bicara tak henti mengejeknya di saat perburuan.

Holly Munro hadir tanpa sepengetahuan Lucy dan membuatnya cemburu. Lockwood yang seharusnya kagum pada talentanya, kini malah terkesan dengan kepiawaian Holly dalam mengorganisir keperluan rumahan dan telepon klien.

Sementara para hantu terus-menerus mengganggu penghuni rumah, kali ini mereka pun ikut dirundung masalah besar perihal Wabah Chelsea. Sudah beberapa agen ternama dari Agensi Fittes dan Agensi Rotwell berusaha membasmi serangkaian kejadian pelik di area Chelsea, namun tiba-tiba saja salah satu agen kesayangan Kipps, saingan Anthony Lockwood di Fittes raib begitu saja.

Sudah cukup lama pembaca Indonesia menunggu kehadiran buku ketiga dari seri Lockwood & Co. Dengan subjudul “The Hollow Boy” alias Pemuda Berongga, Anthony Lockwood bersama agensi independennya kedatangan personil baru yang menjengkelkan. Tengkorak yang sebelumnya terdeteksi sebagai hantu tipe tiga rupanya memiliki ucapan yang nyinyir sekaligus berguna. Bersama Lucy Carlyle, satu-satunya orang yang dapat berbicara dengannya, si Tengkorak kerap memberikan klu-klu singkat tentang identitas para hantu yang perlu dibasmi.

Operasi pembasmian mereka pun tak selalu berjalan dengan mulus. Dengan adanya enam pokok masalah utama yang membagi buku ketiga:

  1. Lavender Lodge
  2. Malam-Malam di Whitechapel
  3. Jejak-Jejak Kaki Berdarah
  4. Keresahan
  5. Jiwa-Jiwa Hitam
  6. Wajah dalam Kegelapan

Petualangan Lockwood & Co. pun terasa semakin menantang. Keenamnya bukan saja berkelit tentang masalah hantu, alih-alih ikut melibatkan perasaan personal dan rahasia-rahasia di balik para personilnya yang amat tertutup, khususnya seorang Anthony Lockwood yang terkenal sangat kaya sebagai ahli waris utama. Dan kehadiran Holly Munro semakin membuat Lucy sebagai si narator menjadi panas hati.

Sebagai penulis yang terbiasa menulis karya-karya fantasi sebelumnya, untuk seri “The Hollow Boy”, Stroud masih menerapkan gaya menulisnya yang didominasi teknik deskriptif. Introduksinya terasa cukup panjang, sehingga memiliki jeda yang pas untuk kembali memanggil ingatan para pembaca yang lupa dengan seri sebelumnya. Gayanya yang perlahan-lahan serta deskripsi yang menjelaskan kebiasaan para personilnya, mampu mengundang kesan aristorkrat—yang sangat padu apabila dikaitkan dengan keberadaan hantu yang gemar menghuni rumah-rumah megah bergaya Victoria. Sehingga bisa dibayangkan, betapa rill latar belakang serta hawa thriller yang disajikan oleh Stroud.

Jika pembaca merupakan seseorang yang gemar menonton film horror, bisa dibilang Lockwood & Co. merupakan paket lengkap yang dapat menyajikan hawa tersebut. Terlebih di bagian akhir novel, Jonathan Stroud selalu tak pernah lupa menyelipkan bagian glosarium mengenai tiap hantu dan perkakas para pemburu yang bermunculan di tiap babnya. Bisa dirasakan sendiri sensasi menonton film saat membaca bukunya.

Namun, di lain sisi—menanggapi introduksi yang lambat, di bagian awal alur yang disajikan terasa mengulur. Lamban dan membosankan bagi pembaca baru. Kalimat demi kalimat yang disajikan per paragraf lebih banyak menjelaskan deskripsi para personilnya yang terasa sangat sehari-hari, alih-alih, dipercepat dan masuk ke bagian konflik saat memburu hantu.

Terlepas dari itu, hal yang paling saya sukai dari seri Lockwood & Co. tetap berada di bagian akhir. Jonathan Stroud terbukti pintar dalam menyajikan plot twist, ditutup dengan sebuah open ending, sehingga pembaca dibuat penasaran sendiri dan mereka-reka tentang plot yang akan disajikan di seri selanjutnya.

Menyangkut perihal penokohan, pada bagian ini bisa dibilang Jonathan Stroud punya cara jitu yang amat natural dalam mengutarakan tiap karakter para tokohnya. Seperti Lucy sebagai sang narator, dari hati kecilnya yang mencuat-cuat, sebenarnya bisa terlihat kalau kali ini ia memiliki ‘sesuatu’ untuk Anthony Lockwood, terlebih saat kehadiran Holly Munro. Ada rasa cemburu, yang membikin pembaca menjadi makin penasaran, sebenarnya bagaimana dengan Lockwood sendiri?

Pertanyaan itu semakin menggaung saat Jonathan Stroud menghadirkan Anthony Lockwood yang kian menutup diri. Namun, keberadaan Geroge dan si Tengkorak ia hadirkan sebagai penetralisir kekakuan yang terjadi di antara Lockwood dan Lucy.

Walau kali ini tidak ada peran antagonis yang dominan lantaran Kipp dari Fittes telah berbaikan dengan agensi Lockwood & Co. namun dengan adanya Wabah Chelsea, mau tidak mau keduanya menjadi saling bahu-membahu untuk memberantas hantu yang semakin menjadi.

Secara keseluruhan, Lockwood & Co. tetap menjadi sebuah seri horror yang selalu saya tunggu. Konflik-konflik yang dihadirkan bukan lagi menyerupai skrip buku, melainkan film seri yang nampak nyata, baik dari segi latar, karakter para hantu, karakter personilnyan dan motif-motifnya.

 

 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s