Lama rasanya saya tidak meninggalkan sejumput kata di blog ini, blog buku yang sudah dibina nyaris dua tahun lamanya, tapi menjelang kepindahan saya ke Pulau Formosa, tiba-tiba saja konsistensi saya dalam membaca menjadi agak kendur. Maaf ya. Kendati demikian, saya masih sering mengisi waktu kosong, yang tak lagi banyak, dengan beberapa halaman novel yang saya bopong beberapa dari Indonesia.
Di kota dengan aksara yang berbeda, agaknya sulit sekali mencari bacaan yang dapat saya pahami, akan tetapi dari beberapa kali yang saya lihat di sini, ternyata semangat membaca buku penduduk di Kota Taipei masih cukup berkobar lho.
Banyak juga aktivis yang ingin mengobarkan semangat membaca para penduduk lokal sekaligus memberikan ruang kepada imigran untuk saling berkumpul dengan sebuah media yang ringan, yaitu sebuah perpustakaan mungil di salah satu gang, di bagian selatan Kota Taipei.
Saya pernah bertemu dengan Sima Wu Ting Kuan sekali. Di sebuah markas komunitas buku, di Bandung. Waktu itu ia membawa spanduk besar bersama dengan rekannya, Tuan Zhang, si empunya toko buku Brilliant Time (燦爛時光). Rupanya dua orang tersebut punya tujuan yang mulia, yaitu ingin memberikan sosialisasi atas toko buku/perpustakaannya di Taiwan yang terbuka untuk para imigran di kota mereka.
Imigran yang mereka sebut adalah imigran dari para negara di Asia Tenggara, dan Indonesia adalah salah satunya. Di tengah perlakuan yang tidak adil dari para majikan kepada para pembantu maupun buruh imigran, Sima dan Tuan Zhang berharap, buku-buku dengan bahasa ibu mereka dapat menjadi sebuah media penghibur tersendiri, pun dengan perpustakaan mereka yang kerap menjadi titik temu bagi para imigran untuk bertukar cerita dan mendengarkan workshop sederhana mengenai kebudayaan antar negara-negara asal imigran.
Jika beberapa bulan silam, saya sudah mendengar kisah mereka di Bandung. Sore ini saya berkesempatan untuk mampir sejurus ke Nanshijiao dan mengintip perpustakaan mereka yang mungil dan hangat. Mengingat cuaca di Taiwan yang sudah beranjak menjelang musim dingin.
Perpustakaan Brilliant Time terletak di sebuah gang. Keluar dari Exit 4 stasiun MRT Nanshijiao, saya bersama seorang teman sekolah berbelok ke arah kanan. Mencari gangnya tidak terlalu sulit. Bahkan dari kejauhan bisa terlihat plang unik yang tergantung vertikal di atasnya. Mulai dari Bahasa Indonesia, Tagalog, Thailand, Vietnam, dan aksara China yang berarti “cahaya” (光) atau “guang”.
Masuk ke dalam, rak-rak buku langsung berjajar. Kala itu tidak ada orang, dengan Bahasa Mandarin yang sepatah-sepatah akhirnya saya mencoba memanggil penjaga perpustakaan. Rupanya di atas memang sedang hendak ada acara. Tapi, saat kami mencoba melihat-lihat, kami disambut dengan hangat oleh pustakawatinya.
Karena kami berasal dari Indonesia, ia pun mengarahkan kami ke rak untuk buku-buku berbahasa Indonesia. Koleksinya memang tidak terlalu banyak. Karena dari penjelasan Sima dulu, koleksi buku di tempat ini memang didapat dari sumbangan para imigran Indonesia yang datang dan ingin berbagi bacaan mereka dengan orang lain.
Sebagai pengunjung, kami boleh meminjam buku lho. Tidak perlu ada biaya member, tapi para peminjam boleh meminjam dengan memberikan uang deposit sesuai dengan stiker yang tertera. Depositnya memang cukup mahal, tapi mengingat harga novel dan karya literasi di Taiwan—yang kira-kira dibandrol 250 NTD ke atas, saya rasa, harganya masih cukup masuk akal, yaitu sekitar 200 NTD hingga 600 NTD (1 NTD kira-kira Rp 400,00). Tapi, tidak ada batas waktu peminjaman, bahkan kata sang pustakawati, peminjam boleh mencorat-coret buku, atau memberikan notes-notes untuk bagian penting di sana. Lalu, tersedia juga sebuah kotak berisikan novel-novel seri Penguin Classic, walaupun wujudnya sudah menguning, ternyata buku-buku di kotak tersebut dapat diambil secara gratis lho. Tidak perlu membayar. Hanya perlu dibaca.
Perpustakaan Brilliant Time juga sangat aktif membuat workshop maupun acara kumpul yang bertemakan literasi. Seperti contohnya pada saat saya datang, di atas memang ada workshop kecil-kecilan, yang dihadiri oleh para warga lokal, maupun pendatang. Walaupun kecil, saya tetap berkomentar, tempat ini hangat dan ramah.
Terakhir, sebelum pulang, saya pun menyempatkan untuk meminjam sebuah novel dari seri Pelangi karya Agnes Jessica. Tidak rugi rasanya bermain jauh-jauh ke Nanshijiao. Selain mendapatkan bacaan baru, pun saya mendapat informasi menarik tentang semangat masyarakat lokal dalam menyebarkan virus membaca.
Bagi yang masih penasaran dengan Perpustakaan Brilliant Time, bisa mengitip juga ke Facebook mereka: 燦爛時光:東南亞主題書店 Brilliant Time bookstore
Reblogged this on Maul Is Me and commented:
Pelita Di Sudut Kota Taipei
Wah, ternyata di Taipei pun mereka sangat senang membaca. Salut juga sama Perpustakaan Briliant Time.
Omong-omong, aku tadi reblog postingan ini, jadi sekarang sekalian minta izin juga 😀
Silakan. Terima kasih sudah mampir.
Iya, di Taipei antusias membaca masih lumayan tinggi. Kapan-kapan saya mau meliput juga tentang book vending machine di Taipei.
Wah, mesin penjual buku? Aku jadi kepingin coba 😀
Ok, selamat menuai cerita di Taipei, sehat selalu.