Handle With Care ‘Sentuh dengan Hati-Hati’ – Jodi Picoult

ac7d4031190ab58c06971d4997391411
 
 
Judul                     : Handle With Care ‘Sentuh dengan Hati-Hati’
Penulis                  : Jodi Picoult
Penerjemah         : Ariyantri Eddy Tamam
Penerbit               : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, September 2014
Tebal                     : 640 halaman
Rate                       : 4.5/5
 
 

“Tetapi kau memang sempurna. Kau bisa melakukan tiruan Paris Hilton terlucu yang pernah kulihat; kau bisa menyanyikan alfabet dari belakang; tubuhmu halus, kecil, seperti dongeng. Tulang-tulang rapuh itu adalah bagian yang tidak terlalu penting dari dirimu.”Handle With Care ‘Sentuh dengan Hati-Hati’, hlm. 121

 

 

 

Charlotte dan Sean O’Keefe sudah tahu bahwa mereka akan memiliki bayi yang tidak sempurna. Walau Willow tumbuh menjadi gadis yang tangkas, tapi tidak dengan gips yang selalu membantunya berjalan. Hari itu seharusnya menjadi trip pertama mereka ke Disney World. Amelia O’Keefe, sang kakak, luar biasa bahagia. Tapi dengan satu ketidak hati-hatian, semuanya pun menjadi berantakan—Willow mematahkan tulang kelimapuluhdua kalinya.

Hal itu sudah menjadi rahasia umum. Tepat di tanggal tua kehamilannya, Charlotte sesungguhnya memiliki dua pilihan untuk janin di perutnya. Apakah mereka akan lanjut atau harus menggugurkan janin saat itu juga? Namun, Charlotte dan Sean bersikeras untuk mempertahankan bayi mereka.

Hingga saat terjadinya kecelakaan di Disney World; melihat lebih banyak tagihan rumah sakit yang menggunung; rasa prihatin dari orangtua lain; Charlotte pun kembali mempertanyakan keputusan itu.

Di sisi lain, Sean pun merasa tidak terima. Ia ingin mengusut semuanya ke pengadilan lantaran tak mau keluarganya menjadi bahan bulan-bulanan. Tapi semuanya menjadi berubah saat keluarga O’Keefe kembali bertanya mengenai hal yang telah mereka lalukan.

Apa yang akan terjadi seandainya  mereka memilih untuk tidak melahirkan Willow? Apakah keadaan akan berbeda?

Read More »

I Was Here ‘Aku Pernah di Sini’ – Gayle Forman

7f720898c0b8ad2f02e8236ccd292653
 
 
Judul                     : I Was Here ‘Aku Pernah di Sini’
Penulis                  : Gayle Forman
Penerjemah         : Poppy D. Chusfani
Penerbit               : Kepustakaan Populer Gramedia
Terbit                    : Cetakan pertama, Februari 2016
Tebal                     : 328 halaman
Rate                       : 3.5/5
 
 

“Kau telah melakukan langkah pertama, bukan menuju kematian tapi menuju cara lain dalam menjalani hidup.” I Was Here ‘Aku Pernah di Sini’, hlm. 128-129

 

Hari itu datang tanpa disangka. Cody tak pernah tahu jika Meg menyembunyikan rencana sinting itu rapat-rapat. Membeli sebotol cairan pembersih dan menenggaknya hingga dijemput ajal. Cody hanya tahu jika Meg adalah sahabatnya yang amat beruntung—memiliki keluarga yang lengkap, beasiswa di universitas yang bergengsi, dan laptop yang super duper canggih.

Cody marah sekaligus merasa bersalah. Pertanyaan itu kembali menghantuinya: mengapa? Mengapa Meg memilih jalan itu untuk pergi dari sisinya? Dan mengapa sebagai sahabat dekatnya, Cody tak pernah tahu, jika Meg sudah merencanakan langkah-langkah hebat itu dari jauh hari?

Ketika Cody diminta keluarga Gracia untuk mengemasi barang-barang Meg di Tacoma. Cody baru sadar jika banyak hal yang tak ia ketahui mengenai gadis itu setelah kepindahannya ke universitas ternama. Tentang sahabat barunya yang tinggal seatap dengannya; dan tentang seorang cowok bernama Ben McAllister, yang memiliki band keren dan berhasil membuat Meg kecewa menjelang ajalnya.

Di saat bertemu Ben sehabis konser, cowok itu secara tidak langsung membuat Cody menjaga jarak dan menuai curiga. Namun, di saat yang nyaris bersamaan Cody pun malah berkomplot dengannya untuk membuka sebuah file bersandi di laptop milik Meg.

Mulai dengan meminta bantuan Harry Kang si Jenius Komputer, hingga Cody pun tak ayal terdampar pada sebuah situs bertajuk Solusi Final. Kini di antara teka-teki dan kenyataan, Cody semakin meragukan semua pengetahuannya tentang sahabat baiknya sedari kecil.

Read More »

Sang Guru Piano – Elfriede Jelinek

sang_guru_piano
 
 
Judul                     : Sang Guru Piano
Penulis                  : Elfriede Jelinek
Penerjemah         : Arpani Harun
Penerbit               : Kepustakaan Populer Gramedia
Terbit                    : Cetakan ketiga, Februari 2016
Tebal                     : 296 halaman
Rate                       : 4.5/5
 
 

“Erika senang memikirkan Walter Klemmer, remaja tampan berambut pirang, yang belakangan ini datangpaling awal di bagi hari dan pulang paling akhir di malam hari.”Sang Guru Piano, hlm. 29

 

Sekilas semuanya nampak baik-baik saja, Profesor Erika Kohut datang mengajar di siang hari pada Konservatori Wina. Pekerjaannya mapan dan seluruh energinya ia habiskan untuk menciptakan alunan musik indah di koridor konservatori. Lantas, siapa yang tahu jika ia menyimpan semuanya rapat-rapat seperti mengunci lemari pakaiannya jauh dari cengkeraman Sang Ibu.

Ketika malam turun, Erika mulai meniti langkahnya menuju gang becek di pinggiran Kota Wina. Erika tak peduli lagi jabatan dan martabatnya sebagai seorang guru, ia adalah seorang penggemar tontonan seks sadomasokis dan peep show. Tempat yang sesuai untuk melampiaskan hasrat seksualnya yang terpendam di bawah kecaman Sang Ibu.

Adalah Walter Klemmer, pria berambut pirang dan baru seumur jagung, yang sekonyong-konyong mendaftarkan diri menjadi murid sang guru piano. Klemmer bisa memang punya senyum yang manis, namun di balik senyumnya, hasrat seksualnya ia panjatkan tinggi-tinggi untuk sang Frau Profesor. Klemmer hanya ingin Erika melihat dirinya sebagai seorang yang cantik, sebaliknya Kohut malah menganggap dirinya sehina Sang Ibu. Ia harus dihukum. Melalui surat, Erika menuliskan hal-hal yang ia inginkan selama ini.

 
 
Read More »

Point of Retreat ‘Titik Mundur’ – Colleen Hoover

84-2bpoint2bof2bretreat
 
 
Judul                     : Point of Retreat ‘Titik Mundur’ (Slammed #2)
Penulis                  : Colleen Hoover
Penerjemah         : Shandy Tan
Penerbit               : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Februari 2012
Tebal                     : 352 halaman
Rate                       : 4/5
 
 

“Seorang pemuda boleh-boleh saja mengatakan cinta pada gadis yang dicintainya sampai mukanya biru. Kaa-kata tidak berarti apa pun bagai seorang perempuan bila kepalanya dipenuhi keraguan. Kau harus menunjukkan cintamu padanya.”Point of Retret ‘Titik Mundur’, hlm. 186

 

Sepeninggal Julia, Layken mau tak mau harus menjadi dewasa sebelum waktunya. Ia tak bisa meniru gaya pacaran orang banyak, bercumbu mesra, selalu mendahulukan kepentingannya. Layken memiliki Kel. Begitu juga dengan Will, yang memiliki Caulder. Sebagai tetangga yang baik, pun pacar yang memahami, keduanya saling bahu-membahu menolong.

Keadaan rumah menjadi semakin sesesak dan seru dengan kedatangan tetangga baru di koridor jalan. Will dan Layken tak malu-malu lagi menunjukkan hubungan mereka di depan para adik. Namun, tanpa disangka kehadiran Vaughn, mantan pacar Will, yang tak terduga malah membuat rencana penantian Will berantakan. Layken memilih jalan paling menyakitkan, mereka terpaksa harus berpisah.

Will tak rela melepaskan gadis yang amat dicintainya begitu saja. Will bertekad memenangkan hati Layken dengan puisi. Akan tetapi, saat Layken telah memaafkannya. Hal yang lebih besar datang dan menguji hubungan mereka untuk kesekian kali.

Bukan Will namanya jika mudah menyerah. Namun, kali ini apa lagi yang harus ia perbuat?

 
 

Read More »

A Thousand Miles in Broken Slippers – Rosi L. Simamora

e85fccbdde95d3e643357a34f85e3a65
 
 
Judul                     : A Thousand Miles in Broken Slippers
Penulis                 : Rosi L. Simamora
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Januari 2016
Tebal                     : 210 halaman
Rate                       : 4.5 / 5
 
 

“Jangan biarkan sandalmu menentukan jati dirimu, Dong. Jangan pernah merasa malu ke sekolah hanya mengenakan sandal dan lungusran yang sudah pudar putihnya. Hanya ada satu cara untuk memperbaiki takdirmu—sekolah. Timbalah ilmu setinggi mungkin, Nak.”A Thousand Miles in Broken Slippers, hlm. 187

 

Ia dipanggil Dong. Dilahirkan di Bolinao, salah satu kota paling miskin di wilayah utara Filipina. Lahir di tengah keluarga yang tidak berada, membuatnya harus bekerja keras mencari nafkah. Di umur delapan tahun, bersama dengan Rabbit Boys lainnya ia mengejar bus kotor demi dapat mencucinya dengan upah sepuluh peso (yang setara dengan dua ribu rupiah).

Masa kecil Dong begitu getir. Sebagaimana anak seumurnya pergi bersekolah, ia pun pergi dengan beralaskan sandal jepit dan seragam menguning, bekas lungsuran orang lain. Ma’m Violetta gurunya sering sekali memergokinya menghabiskan waktu istirahat di dalam perpustakaan, bukan serta-merta gemar membaca, tapi karena ia tak memiliki uang untuk membeli makanan.

Hidup Dong yang sulit sesungguhnya telah berasal dari rahim ibunya. Berkali-kali Nila, sang ibu, berniat menggugurkan kandungan. Tapi, Dong malah lahir dengan selamat. Dong kecil sudah menjadi akar permasalahan semuanya. Para saudara boleh mengejeknya dengan sebutan anak haram, tapi Erning, sang ayah, malah menyayangi Dong seperti buah hatinya sendiri.

Bagi Dong, Erning adalah segalanya. Ayah yang membuatnya berani untuk bermimpi. Melalui nasihat Erning, Dong selalu berusaha menjadi yang terpandai. Tidak hanya di bidang akademis, tapi menang di berbagai kompetisi.

Mulai dari sebuah buku yang ia intip di perpusatakaan sekolah, mimpi Dong selalu sederhana. Ia ingin menjadi yang berhasil di dalam keluarganya.

 

“Jadi, itukah alasanmu memburu Paris dan Eiffel?” ada nada mengerti dalam suara Ma’am Pamintuan, “Karena kau ingin meninggalkan tempat ini, dan Eiffel adalah lambang keberhasilanmu…” A Thousand Miles in Broken Slippers, hlm. 12

 
 
Read More »

Falling – Rina Suryakusuma

9c9b6f0bf1eddaef945e70858a6c740d
 
 
Judul                     : Falling
Penulis                 : Rina Suryakusuma
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Maret 2015
Tebal                     : 320 halaman
Rate                       : 4 / 5
 
 

“Aku tidak menyesal dilahirkan berbeda. Aku cinta setiap jengkal kehidupanku kini. Kalau ada yang kusesalkan, itu hanya satu. Aku terlambat mengenal kamu.” –Falling, hlm. 214-215

 
 

Semuanya akan berlangsung dalam hitungan bulan. Carly dan Seth sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari memilih gedung untuk resepsi pernikahan mereka, suvenir-suvenir lantas mencicipi satu per satu makanan yang akan dihidangkan. Namun, kian lama Carly menjalani rutinitasnya, hatinya kian merasa gundah.

Sebagai salah satu karyawan ODP (Organizational Development Program) angkatan kedua, Carly mungkin bukan orang yang beruntung. Mentor barunya—Maggie—memiliki karier sukses dan etos kerja yang melebihi karyawan lainnya. Sikapnya dingin dan tidak tanggung-tanggung menegur bawahan dengan kalimat pedas.

Pertemuan Carly dan Maggie tidak menuai impresi yang baik. Selain kerjaan yang luar biasa menumpuk, Carly tak lagi memiliki waktu bersama Seth. Maggie memang orang yang kejam saat berkata-kata. Namun, malam itu, ketika Carly diam-diam mencuri dengar pembicaraan telepon atasannya dengan seseorang. Carly tahu, Maggie punya sisi lain, hal yang orang lain tak pernah tahu, namun membuat dirinya selalu berdebar-debar.
 
 

Read More »

Critical Eleven – Ika Natassa


 
 
Judul                     : Critical Eleven
Penulis                 : Ika Natassa
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Agustus 2015
Tebal                     : 344 halaman
Rate                       : 4.5 / 5
 
 

“Jakarta itu labyrinth of discontent. Dan semua orang, termasuk aku dan kamu, setiap hari berusaha untuk keluar dari labirin itu. The funny thing is, ketika kita hampir berhasil menemukan pintu keluar labirin ini tapi malah ketemu hambatan lagi, pulling us back into the labyrinth, Kita justru senang karena nggak perlu tiba di titik nyaman. It’s the hustle and bustle of this city that we live for. Comfort zone is boring, right?” –Critical Eleven, hlm. 11

 
 

Masih teringat di benak Anya ketika pertama kali bertemu Ale di sebuah penerbangan menuju Sydney. Mereka duduk bersebelahan. Dan tanpa sadar, Anya tertidur, menumpang bahu pria asing di sebelahnya selama tiga jam. Saat bertemu dengan Ale, Anya tahu, he’s the one. Satu-satunya pria yang membuatnya nyaman mengobrol panjang lebar. Pun dengan Ale, yang terpukau dengan kecantikan dan kepandaian Anya.

Tidak perlu lama-lama pacaran, Ale melamar Anya di jok belakang mobil. Walau Anya tahu, peretemuannya dengan Ale memang tidak biasa. Hanya tipe meet-cute yang kerap terjadi di rom com. Namun, hubungan mereka sudah kepalang sempurna.

Setelah lima tahun bersama, Anya dan Ale nyatanya tidak baik-baik saja. Anya yang tadinya gemar tertawa menjadi muram dan gemar menyendiri. Di balik pilihan-pilihan yang pernah ia ambil, benaknya kembali mempertanyakan masa lalu; menduduki jok penumpang di pesawat Jakarta-Sydney.

Lantas, apakah pilihan mereka benar-benar tepat?
 
 

Read More »

3 (Tiga) – Alicia Lidwina


   
Judul                     : 3 (Tiga)
Penulis                 : Alicia Lidwina
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Juli 2015
Tebal                     : 320 halaman
Rate                       : 4 / 5

 

“Ketika kau jatuh cinta … kau bisa melarangnya, tapi kau tidak bisa menolaknya.”Tiga, hlm. 89

 
 
Berita itu datang tanpa ada orang yang tahu, tiba-tiba saja semua orang berpakaian serbahitam dan Nakamura Chidori harus melihat Hashimoto Chihiro terbujur kaku di dalam peti mati. Ia masih mengenal senyum tulus itu. Senyum yang kembali membuatnya dirundung rasa bersalah.

Setelah tujuh tahun lamanya tidak saling bertegur sapa, Hashimoto memutuskan bunuh diri dan meninggalkan dirinya. Nakamura berpura-pura tidak lagi mengenal, tapi Inspektur Yamamura mendesaknya membuat alibi ketika melihat pesan terakhir Hashimoto, sebuah guratan angka tiga merah yang menggores lantai.

 

S  : Bagaimana dia meninggal?
N : Dia melompat dari puncak gedung sekolah.
S  : Mengapa?
N : Tidak ada yang tahu.
S : Hashimoto selalu bahagia selama ini. Aku tidak percaya. Orang bahagia tidak akan bunuh diri.
N: Dia tidak bunuh diri, dia hanya melompat dari atas gedung.
S : Apa bedanya? Dia mengakhiri hidupnya sendiri.
N : Tidak, dia membebaskan jiwa dari dalam raganya.

Tiga, hlm. 27

 
 
Nakamura masih tidak percaya kalau Hashimoto akan melompat dari gedung sekolah. Melihat sosoknya yang begitu gembira, senyumnya yang tak pernah lekang oleh waktu, lantas apakah lantaran Nakamura mengingkari janji itu?

Menghadiri pemakaman Hashimoto, Nakamura tahu, ia akan bertemu dengan Sakamoto Takahiro. Pria yang ia cintai diam-diam kendati ia pun tahu, Hashimoto mencintai pria yang sama ketika mereka bertiga masih mengelu-elukan janji persahabatan. Sudah tujuh tahun ia coba tutupi perasaan itu, pergi tanpa sepengetahuan kedua sahabatnya, pun ditinggal meninggal ibunya. Nakamura kini tak ayal dihantui perasaan dan bayangan menakutkan itu. Di antara memori persahabatan yang begitu indah, Hashimoto datang menagih sebuah janji dan impian yang harusnya mereka lakukan bersama.

Read More »

Falling into Place – Amy Zhang

 
 
Judul                     : Falling into Place
Penulis                 : Amy Zhang
Penerbit              : Greenwillow Books
Terbit                    : Cetakan pertama, Septermber 2014
Tebal                     : 296 halaman
Rate                       : 3.5 / 5
 
 

“Gravity is our playmate, momentum is our friend. We are blurs of motion. We are racing, and we are both winning, because we do not race each other.” Falling into Place, hlm. 168

Satu hari setelah mempelajari sederet rumusan hukum Newton, Liz mencoba mempraktikkan hal itu pada mobilnya. Mobil Mercedes Benz miliknya dipacu kencang-kencang, berlari ke luar batas jalan.

Di balik dandanan dan gaya sosialitanya yang terkenal di seantero kelas, para teman mungkin mengira Liz tidak akan mengambil keputusan naas tersebut. Tapi, nyatanya, Liz bukan gadis seceria itu, di balik kesedihan, kesendiriannya, dan kebungkamannya, tidak ada lagi yang dapat ia katakan. Kepada Monica, ibunya, yang tak hentinya bekerja seperti kaum nomaden. Telepon Liz hanya dianggapnya sebagai angin lalu.

Liz telah mengambil keputusan seutuhnya. Ia menentukan tanggal, teknik yang tepat, dan mengira seorang pun takkan pernah tahu rencananya, alih-alih, Liam Oliver sangat mengenal Mercedes milik Liz, gadis yang telah dicintainya diam-diam sedari dulu.

Read More »

Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri – Bernard Batubara


   
Judul                     : Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri
Penulis                  : Bernard Batubara
Penerbit                 : Gagasmedia
Terbit                     : Cetakan pertama, 2014
Tebal                      : 300
Rate                       : 5 / 5
   

“Aku tidak bersepakat dengan banyak hal, kau tahu. Kecuali, kalau kau bilang bahwa jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri. Untuk hal itu, aku setuju.” Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri, hlm. 252

 
 
Pernah mendengar selentingan kalau cinta adalah sesuatu yang manis? Banyak orang mengasumsikannya dengan premis seperti itu; manis, hangat, terang, semuanya pasti ada dalam satu paket. Tapi, di balik sebuah tatapan teduh seseorang dan buaian manis sebuah kata, ada satu hal yang tak pernah bisa lekang dari nalar seorang manusia. Manusia terlalu pandai untuk menyakiti.

Mereka dapat saling bunuh untuk lembaran uang; membunuh untuk sekadar mendapatkan apa yang meraka mau. Lantas, dengan kumpulan cerpennya Bernard Batubara mencoba mengumpulkan lima belas cerita pilu yang tak melulu tentang cinta yang manis. Jika cinta punya sisi terang, pun cinta punya sisi gelap.

  1. Hamidah Tidak Boleh Keluar Rumah
  2. Nyanyian Kuntilanak
  3. Seorang Perempuan di Loftus Road
  4. Hujan Sudah Berhenti
  5. Bayi di Tepi Sungai Are
  6. Seribu Matahari untuk Ariyani
  7. Langkahan
  8. Meriam Beranak
  9. Lukisan Nyai Ontosoroh
  10. Bayang-bayang Masa Lalu
  11. Orang yang Paling Mencintaimu
  12. Nyctophilia
  13. Bulu Mata Seorang Perempuan
  14. Menjelang Kematian Mustafa
  15. Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri

   
Read More »