Leaving Time ‘Jejak Waktu’ – Jodi Picoult

630b13c5cc753584c4f6629cc840b069
 
 
Judul                     : Leaving Time ‘Jejak Waktu’
Penulis                 : Jodi Picoult
Penerjemah       : Maria Lubis
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, April 2016
Tebal                     : 512 halaman
Rate                       : 4.5 / 5
 
 

“Aku bertanya-tanya, jika kita semakin dewasa, apakah kita berhenti terlalu merindukan orang? Mungkin tumbuh dewasa hanyalah berfokus pada semua yang kita miliki, bykan yang tidak kita miliki.”Leaving Time ‘Jejak Waktu’, hlm. 143

 

Sudah sepuluh tahun lamanya semenjak Jenna mengingat kerlingan manis yang mewarnai ritual bangun paginya; terbangun di dalam buaian ibu. Sayangnya, semua itu sekadar kabut yang dapat ia ingat seorang diri. Alice Metcalf mungkin sudah terlupakan, dibuang dari loker data pencarian orang hilang, namun Jenna, putrinya yang kini berusia 13 tahun tak pernah puas mencari bukti yang terpendam di balik berita hilangnya Alice. Gadis itu percaya kalau ibunya masih hidup.

Jenna rindu akan kehidupan indahnya sepuluh tahun lalu. Saat keluarga lengkap masih menemani langkah-langkah kecilnya di suaka gajah. Bukannya ditinggalkan begitu saja bersama sang ayah yang kini mendekam di kamar apek rumah sakit jiwa. Dibesarkan oleh sang nenek dengan tegas, Jenna tumbuh menjadi gadis yang cerdik.

Dengan bantuan jurnal lama sang ibu, Jenna mencoba mengungkap jati diri Alice Metcalf sebagai seorang peneliti gajah di Afrika. Pertemuannya dengan Thomas Metcalf, lantas kepindahannya ke Amerika sebagai istri dari seorang pemilik suaka gajah di New England. Hingga ditemukan tak sadarkan diri pada 16 Juli 2004 dan raib begitu saja. Jenna yakin, pasti ada alasan yang tersembunyi yang membuat Alice memilih pergi dan menghilang.

Read More »

The Hollow Boy ‘Pemuda Berongga’ – Jonathan Stroud

ecbd08e003936e0de55afee141c2d7d3

 

Judul                     : The Hollow Boy ‘Pemuda Berongga’ (Lockwood & Co. #2)
Penulis                 : Jonathan Stroud
Penerjemah       : Poppy D. Chusfani
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Agustus 2016
Tebal                     : 440 halaman
Rate                       : 5 / 5

 

Lockwood & Co. kembali beraksi dalam meringkus para hantu pengganggu di pelosok London. Setelah Lucy bergabung, nampaknya mereka kedatangan satu personil baru—sebuah tengkorak berhantu tipe tiga yang mereka temukan terkurung di dalam stoples kaca. Dengan kecerdikan Lockwood, pengetahuan George, dan talenta Lucy, sebagai sebuah agensi pengusir hantu independen, kini nama mereka semakin dikenal dan diberondongi telepon klien.

Lockwood dan George merasa perlu merekrut personil baru, atau setidaknya asisten paruh waktu untuk meringankan kerja mereka. Sebaliknya Lucy merasa hal itu sama sekali tidak perlu, terlebih si Tengkorak yang banyak bicara tak henti mengejeknya di saat perburuan.

Holly Munro hadir tanpa sepengetahuan Lucy dan membuatnya cemburu. Lockwood yang seharusnya kagum pada talentanya, kini malah terkesan dengan kepiawaian Holly dalam mengorganisir keperluan rumahan dan telepon klien.

Sementara para hantu terus-menerus mengganggu penghuni rumah, kali ini mereka pun ikut dirundung masalah besar perihal Wabah Chelsea. Sudah beberapa agen ternama dari Agensi Fittes dan Agensi Rotwell berusaha membasmi serangkaian kejadian pelik di area Chelsea, namun tiba-tiba saja salah satu agen kesayangan Kipps, saingan Anthony Lockwood di Fittes raib begitu saja.

Read More »

I Was Here ‘Aku Pernah di Sini’ – Gayle Forman

7f720898c0b8ad2f02e8236ccd292653
 
 
Judul                     : I Was Here ‘Aku Pernah di Sini’
Penulis                  : Gayle Forman
Penerjemah         : Poppy D. Chusfani
Penerbit               : Kepustakaan Populer Gramedia
Terbit                    : Cetakan pertama, Februari 2016
Tebal                     : 328 halaman
Rate                       : 3.5/5
 
 

“Kau telah melakukan langkah pertama, bukan menuju kematian tapi menuju cara lain dalam menjalani hidup.” I Was Here ‘Aku Pernah di Sini’, hlm. 128-129

 

Hari itu datang tanpa disangka. Cody tak pernah tahu jika Meg menyembunyikan rencana sinting itu rapat-rapat. Membeli sebotol cairan pembersih dan menenggaknya hingga dijemput ajal. Cody hanya tahu jika Meg adalah sahabatnya yang amat beruntung—memiliki keluarga yang lengkap, beasiswa di universitas yang bergengsi, dan laptop yang super duper canggih.

Cody marah sekaligus merasa bersalah. Pertanyaan itu kembali menghantuinya: mengapa? Mengapa Meg memilih jalan itu untuk pergi dari sisinya? Dan mengapa sebagai sahabat dekatnya, Cody tak pernah tahu, jika Meg sudah merencanakan langkah-langkah hebat itu dari jauh hari?

Ketika Cody diminta keluarga Gracia untuk mengemasi barang-barang Meg di Tacoma. Cody baru sadar jika banyak hal yang tak ia ketahui mengenai gadis itu setelah kepindahannya ke universitas ternama. Tentang sahabat barunya yang tinggal seatap dengannya; dan tentang seorang cowok bernama Ben McAllister, yang memiliki band keren dan berhasil membuat Meg kecewa menjelang ajalnya.

Di saat bertemu Ben sehabis konser, cowok itu secara tidak langsung membuat Cody menjaga jarak dan menuai curiga. Namun, di saat yang nyaris bersamaan Cody pun malah berkomplot dengannya untuk membuka sebuah file bersandi di laptop milik Meg.

Mulai dengan meminta bantuan Harry Kang si Jenius Komputer, hingga Cody pun tak ayal terdampar pada sebuah situs bertajuk Solusi Final. Kini di antara teka-teki dan kenyataan, Cody semakin meragukan semua pengetahuannya tentang sahabat baiknya sedari kecil.

Read More »

Sang Guru Piano – Elfriede Jelinek

sang_guru_piano
 
 
Judul                     : Sang Guru Piano
Penulis                  : Elfriede Jelinek
Penerjemah         : Arpani Harun
Penerbit               : Kepustakaan Populer Gramedia
Terbit                    : Cetakan ketiga, Februari 2016
Tebal                     : 296 halaman
Rate                       : 4.5/5
 
 

“Erika senang memikirkan Walter Klemmer, remaja tampan berambut pirang, yang belakangan ini datangpaling awal di bagi hari dan pulang paling akhir di malam hari.”Sang Guru Piano, hlm. 29

 

Sekilas semuanya nampak baik-baik saja, Profesor Erika Kohut datang mengajar di siang hari pada Konservatori Wina. Pekerjaannya mapan dan seluruh energinya ia habiskan untuk menciptakan alunan musik indah di koridor konservatori. Lantas, siapa yang tahu jika ia menyimpan semuanya rapat-rapat seperti mengunci lemari pakaiannya jauh dari cengkeraman Sang Ibu.

Ketika malam turun, Erika mulai meniti langkahnya menuju gang becek di pinggiran Kota Wina. Erika tak peduli lagi jabatan dan martabatnya sebagai seorang guru, ia adalah seorang penggemar tontonan seks sadomasokis dan peep show. Tempat yang sesuai untuk melampiaskan hasrat seksualnya yang terpendam di bawah kecaman Sang Ibu.

Adalah Walter Klemmer, pria berambut pirang dan baru seumur jagung, yang sekonyong-konyong mendaftarkan diri menjadi murid sang guru piano. Klemmer bisa memang punya senyum yang manis, namun di balik senyumnya, hasrat seksualnya ia panjatkan tinggi-tinggi untuk sang Frau Profesor. Klemmer hanya ingin Erika melihat dirinya sebagai seorang yang cantik, sebaliknya Kohut malah menganggap dirinya sehina Sang Ibu. Ia harus dihukum. Melalui surat, Erika menuliskan hal-hal yang ia inginkan selama ini.

 
 
Read More »

All She Was Worth ‘Melacak Jejak’ – Miyuki Miyabe

743c1e01150cae4835919fa7d15ef4c2
 
 
Judul                     : All She Was Worth ‘Melacak Jejak’
Penulis                  : Miyuki Miyabe
Penerjemah         : Gita Yuliani K.
Penerbit               : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, April 2016
Tebal                     : 480 halaman
Rate                       : 4/5
 
 

“Maka yang sudah mati meninggalkan jejak mereka dalam diri mereka yang masih hidup, seperti pakaian yang ditanggalkan dan masih menyimpan kehangatan tubuh seseorang.”All Was Worth ‘Melacak Jejak’, hlm. 227

 

Sudah hampir jam sembilan malam ketika Jun Kurisaka datang. Shunsuke Honma begitu heran, entah angin apa yang membawa keponakan mendiang istrinya melipir berkunjung. Jun yang kini berkerja sebagai seorang bankir membutuhkan jasanya untuk menyelidiki seorang wanita bernama Shoko Sekine.

Perempuan cantik itu raib tanpa jejak. Shoko seorang yatim-piatu, anak tunggal yang datang dari Utsunomiya menuju Tokyo. Dari catatan terakhir yang diketahui, Shoko bekerja di Mesin Kantor Imai dan sempat mengalami kebangkrutan sehingga menemui pengacara Mizoguchi & Takada.

Jun Kurisaka tidak begitu mengenal wanita yang kelak akan menjadi calon pendampingnya. Jun bisa saja menyatakan jika Shoko adalah seorang korban. Tetapi, dari perbincangan Honma dengan rekan sekantor Shoko di Mesin Kantor Imai dan kantor pengacara Mizoguchi & Takada, Shoko Sekine yang mereka kenal adalah dua orang yang berbeda.

 

“Shoko Sekine mencoba menghentikan rodanya. Ia turun dari kereta di suatu tempat. Lalu, tanpa menyadarinya, si wanita yang menjadi Shoko Sekine, naik kembali.”All Was Worth ‘Melacak Jejak’, hlm. 148

 

Di sebuah negara yang mencatat data kependudukan dengan begitu cermat, bagaimana bisa ada dua orang perempuan yang memiliki identitas yang sama? Bukan mustahil jika seseorang mencuri identitas orang lain, terlebih jika orang itu terkenal pun kaya raya. Namun, mengapa wanita itu malah mengambil identitas Shoko Sekine yang tengah mengalami kebangkrutan?

 
 

Read More »

Inteligensi Embun Pagi – Dee Lestari

28937283
 
 
Judul                     : Inteligensi Embun Pagi (Supernova #6)
Penulis                 : Dee Lestari
Penerbit              : Bentang Pustaka
Terbit                    : Cetakan pertama, Februari 2016
Tebal                     : 724 halaman
Rate                       : 4.5 / 5
 
 

“Kejahatan yang paling mengerikan tidak akan muncul dengan api da tanduk, tetapi jubah malaikat. Ia membius dengan kebajikan. Mereka yang terbius akan rela mempertaruhkan nyawa untuk membela apa yang mereka kira kebajikan.” Intelegensi Embun Pagi, hlm. 459

 

Setelah mendapatkan klu terakhir dari sebuah upcara di Lembah Suci Urubamba, Gio memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Pertemuannya dengan Dimas dan Reuben bukan semata-mata sebuah pergerakan acak. Bersama keduanya, Gio berusaha mengungkap identitas di balik Supernova lewat keponakan Dimas—Toni.Toni ‘Mpret’ tahu, jika ia tak bisa selamanya bungkam tentang rahasia keberhasilannya meretas situs paling fenomenal itu. Toni mengatakan jika identitas Supernova sesungguhnya dimiliki oleh Ferre, yaitu Re, yang membuat Dimas Reuben terkejut lantaran tokoh fiksional mereka serta-merta menjadi wujud nyata.

Sementara Bodhi dan Etra mencoba memicu ingatan mereka mengenai Asko. Laki-laki itu tak ayal membuat Etra kehilangan kekuatannya. Sedangkan Zarah, yang baru saja pulang ke Desa Batu Luhur, akhirnya mendapatkan lungsuran rumah tua milik Firas, ayahnya. Zarah tahu, hatinya masih belum siap memasuki rumah itu. Sedemikian keras ia menutupinya, Zarah selalu ingin menemukan Firas lewat berkas-berkas di kamar tuanya.

Begitu juga dengan Alfa yang rela terbang puluhan jam dari New York ke Jakarta. Ditemani Kell sebagai teman seperjalanan. Laki-laki itu nyatanya bukan sekadar tabib yang menyembuhkan penyakit susah tidurnya. Melalui Kell, Alfa tahu hal yang begitu mengejutkan. Istilah-istilah aneh yang semakin jelas adanya. Dan melalui berbagai keterhubungan, akhirnya mereka mengerti jika misi hidup mereka bukan sebuah kehidupan yang penuh tanda tanya, melainkan sudah diatur sedari mula.

Read More »

Semusim, dan Semusim Lagi – Andina Dwifatma

17786176
 
 
Judul                     : Semusim, dan Semusim Lagi
Penulis                 : Andina Dwifatma
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, April 2013
Tebal                     : 232 halaman
Rate                       : 4.5 / 5
 
 

“Jawabannya tertiup di angin. Itu bisa bermakna bahwa jawaban yang kaucari telah begitu jelas, seolah-olah ada di depan wajahmu sedari tadi, hanya kau tak menyadarinya. Kebanyakan manusia seperti itu. Karena sibuk emncari di luar, ia tidak menyadari apa yang dicarinya sudah ada dalam diri sendiri.”Semusim, dan Semusim Lagi, hlm. 102

 

Sehari setelah lulus SMA, aku menerima dua lembar surat. Yang satu adalah surat dari universitas swasta tempatku mendaftar sebagai mahasiswa jurusan Sejarah. Yang satu lagi adalah surat beramplop cokelat, dengan label namaku di bagian depan, namun tanpa nama pengirim di bagian atas.

Sayangnya, hari itu bukan hari yang tepat untuk bermain tebak-tebakan. Isinya membuatku mengerjapkan mata. Dari deretan kata yang tertulis di dalamnya. Tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang mengaku sebagai ayahku. Dan dari mana aku tahu itu benar?

Laki-laki itu tinggal di kota S. Di dalam amplopnya ia juga menyertakan kartu nama seorang teman, yang mana aku bisa menghubunginya jika ingin bertemu dengan ayah.

Semenjak kedatangan surat itu, aku selalu penasaran dengan sosok ayah. Aku bertanya ke ibu, tapi ibu malah marah dan menjerit kesetanan. Ia ingin aku enyah. Raib dari kehidupannya, setelah pertanyaanku mengenai kota S, kota tempat tinggal ayah.

Aku dijemput J. J. Henri, bawahan ayah, seperti yang tertera di kartu namanya. Ia membawaku ke sebuah rumah, yang katanya dibeli ayah beberapa tahun lalu. Lantas, mempertemukanku dengan Muara, putranya yang mengambil kuliah arsitektur di luar kota.

Muara punya wajah yang mulus. Dan aku menyukainya. Beberapa kali kepala kami bersentuhan saat sedang berbaring, beberapa kali aku merasa sangat ingin menciumnya. Kala itu, ketika Muara menciumku dengan tidak sengaja. Lantas, hal-hal tidak sengaja lainnya pun terjadi padaku, termasuk ketika tak sengaja menemukan Sobron, si ikan mas koki perliharaan Oma Jaya, duduk di meja makanku.

 
 
Read More »

Dark Places ‘Tempat Gelap’ – Gillian Flynn

fa08f3220f8c1a295889a8793c1f0fc5
 
 
Judul                     : Dark Places ‘Tempat Gelap’
Penulis                  : Gillian Flynn
Penerjemah         : Dharmawati
Penerbit               : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Agustus 2015
Tebal                     : 472 halaman
Rate                       : 4.5/5
 
 

“Fakta: Suatu waktu sekitar jam dua dini hari pada tanggal 3 Januari 1985, satu atau lebih dari satu orang membunuh tiga anggota keluarga Day di rumah pertanian mereka di Kinnakee, Kansas. Korban mencakup Michelle Day, umur sepuluh; Debby Day, umur sembilan; dan sang ibu yang merupakan kepala keluarga, Patty Day, umur 32. Michelle Day dicekik; Debby Day meninggal akibat luka kapak, Patty Day akibat dua luka tembakan, luka kapak, dan sayatan-sayatan mendalam dari pisau berburu Bowie.” Dark Places ‘Tempat Gelap’, hlm. 57

 

Malam itu Patty baru saja membuka pintu rumah; seseorang menyatroni rumahnya dengan beringas. Diiringi suara derit pintu yang memekikkan telinga, tiba-tiba saja orang itu  menyerangnya dengan kapak. Patty berusaha menjerit, menyuruh anaknya untuk lari. Namun, Debby malah terbangun dan menghampirinya.

 

“Si anak bungsu, Libby Day, umur tujuh berada di dalam rumah saat itu, dan berhasil meloloskan diri dari pembunuh atau para pembunuh lewat jendela kamar tidur ibunya.” Dark Places ‘Tempat Gelap’, hlm. 57

 

Sebaliknya, Libby malah mendadak terkenal lantaran menjadi satu-satunya selamat. Sudah dua puluh lima tahun ia hidup dibayangi nama Day. Sebagaimana ia ingin menghapusnya, tapi ia sudah membuat keputusan di hari pertama ia ditanyai keterangan. Siapa yang membunuh keluarganya?

Semua itu ulah Benjamin Day, kakak tertuanya yang seorang penganut Satanisme. Ia mencoreng segalanya, memberikan imaji buruk kepada masyarakat terhadap keluarga Day yang miskin, punya ayah pemabuk, dan sebentar lagi ladang mereka harus berpindah tangan kepada orang lain.

Libby, 32 tahun, ia ingin berlari lebih jauh dari hari-hari terburuk dalam hidupnya. Namun, ia tak punya pilihan, persediaan uangnya semakin menipis, penjualan buku tentang kisah hidup tolol itu tak mampu menutupi semua kebutuhan hidupnya lagi.

Siang itu, seseorang bernama Lyle Wirth dari Klub Bunuh—perkumpulan rahasia yang terobsesi pada kasus-kasus kejahatan terkenal—mengirimi Libby sebuah penawaran. Tunjangannya sebesar $500 dengan jaminan Libby harus bersedia memberikan informasi untuk membebaskan Ben.

Libby Day tak memiliki pilihan. Ia mengendus peluang itu, memanfaatkan kisah hidupnya dengan meminta lebih banyak uang kepada Lyle. Namun, dari sebuah pertanyaan, Libby menjadi kembali penasaran tentang peristiwa mengenaskan yang menjadi sisi gelapnya.

Apakah Ben Day sungguh-sungguh tega melakukan segalanya kepada ibu dan kedua adik perempuannya?

 
 
Read More »

Magi Perempuan dan Malam Kunang-Kunang – Guntur Alam

b96a59f2e1c7912af2e9ad9eab78e938
 
 

Judul                     : Magi Perempuan dan Malam Kunang-Kunang
Penulis                 : Guntur Alam
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Agustus 2015
Tebal                     : 176 halaman
Rate                       : 4 / 5

 
 

“Jangan jatuh tertidur, Bujang! Bulan pucat tengah penuh. Mengembang di kelam raya. Bila kau pantang, kau akan bangun esok paginya dengan dunia pekat selama-lamanya!”Magi Perempuan dan Malam Kunang-kunang, hlm. 19

 

 

Boleh percaya, boleh tidak, tapi, perempuan sungguh makhluk yang kelewat misterius. Dari parasnya yang memukau bisa saja seorang bujang terjerat masuk perangkap. Lagi-lagi, seseorang boleh saja percaya, boleh saja tidak. Lewat cerita-cerita sederhana, kepalang banyak kisah tentang mereka yang menggandung magi dan mitos. Seperti kisah tentang sepasang kursi rotan tua yang disesaki kenangan.

Kursi itu bukan sembarang kursi yang dionggok di sisi gelap rumah. Kursi itu warisan ibu. Dan ia meminta dirimu untuk menjaganya yang mana konon dalam kursi itulah ayah raib dan menjelma menjadi kutu. Terendus sedikit sinting, tapi ibu percaya, kelak ayah akan kembali dari negeri kutu dan hidup bahagia menjadi seorang manusia bersama dirinya.

Bicara soal perempuan tak harus berbicara soal seks dan hal-hal yang terhidu sebagai candaan sensual. Relikui demi relikui teranyam begitu rumt dalam benak mereka, sampai-sampai seseorang perlu memilahnya menjadi untaian kisah.

 

  1. Peri Kunang-kunang
  2. Tem Ketetem
  3. Malam Hujan Bulan Desember
  4. Maria Berdarah
  5. Gadis Buruk Rupa dalam Cermin
  6. Tamu Ketiga Lord Byron
  7. Dongeng Nostradamus
  8. Boneka Air Mata Hantu
  9. Tentang Sebatang Pohon yang Tumbuh di Dadaku
  10. Dongeng Emak
  11. Almah Melahirkan Nabi
  12. Kastil Walpole
  13. Hari Tenggelamnya Van der Decken
  14. Sepasang Kutu, Kursi Rotan, dan Kenangan yang Tumbuh di Atasnya
  15. Lola
  16. Kotak Southcott
  17. Kematian Heartfield
  18. Tiga Penghuni dalam Kepalaku
  19. Hantu Seriman
  20. Anak Pintaan
  21. Lima Orang di Meja Makan

 
 
Read More »

Ke mana Kau Pergi, Bernadette? – Maria Semple

9aa41fc81e095ec79f482ee588b6fa08
 
 
Judul                     : Where’d You Go, Bernadette? ‘Ke Mana Kau Pergi, Bernadette?’
Penulis                  : Maria Semple
Penerjemah         : Nurkinanti Laraskusuma
Penerbit               : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Oktober 2015
Tebal                     : 408 halaman
Rate                       : 3.5/5
 
 

“Kalian bosan. Dan aku akan memberitahu kalian rahasia kecil tentang kehidupan. Kalian pikir sekarang membosankan? Yah, nanti akan semakin membosankan. Semakin cepat kalian belajar bahwa kalianlah yang bisa membuat hidup kalian semakin menarik, semakin baik.”Ke mana Kau Pergi Bernadette?, hlm. 56

 

Bernadette dan Elgie sudah berjanji, jika Bee meraih nilai sempurna saat kelulusan, maka mereka harus mengabulkan satu permintaan dari putri mereka. Dan, apa boleh buat, Bee memang luar biasa cerdas. Ia meminta paket liburan sekeluarga ke Antartika. Bernadette Fox sempat enggan mengenai keputusan itu, Bee memang putri mereka yang luar biasa, hanya saja, liburan ke Antartika bakal menyusahkan dirinya. Sebagai penderita agorafobia, sudah bertahun-tahun ia menutup diri dari masyarakat.

Bernadette boleh jadi senang untuk Bee, tapi ia mencoba memikirkan dirinya; tentang perjalanan dan ketakutannya. Lantas, tanpa sepengetahuan siapa pun, ia meminta seorang teman virtual dari India untuk memesakan beberapa persiapan, termasuk obat-obatan yang mampu membuatnya tenang di sepanjang perjalanan menuju Antartika.

Dengan sebuah arsip tagihan, Elgie mencurigai kelakuan istrinya. Bernadette yang selalu tampak sempurna memang punya segudang masalah. Padahal di Los Angeles dulu, ia tidak begitu. Rekan-rekan arsiteknya amat memuji seluruh karyanya. Bahkan dengan honor sebuah kemenangan, ia mampu mendirikan rumah idamannya untuk keluarga mungil mereka.

Tepat di suatu malam, Bernadette kembali menghilang. Malam itu ketika Elgie membawa seseorang psikiater di ruang tamu, Bernadette tak benar-benar tahu apa yang tengah berpusar di kepala suaminya.

Sementara banyak rekan ternama menanyakan kepergian Bernadette dari dunia arsitektur, Bee pun mencari ibunya lewat berkas-berkas email, tagihan, dan memo sekolah.
 
 

Read More »