The Whispering Skull ‘Tengkorak Berisik’ – Jonathan Stroud

 
 
Judul                     : The Whispering Skull ‘Tengkorak Berbisik’ (Lockwood & Co. #2)
Penulis                 : Jonathan Stroud
Penerjemah       : Poppy D. Chusfani
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Januari 2015
Tebal                     : 488 halaman
Rate                       : 5 / 5

  

“Benda itu berbahaya dan jahat, dan memiliki potensi untuk mengubah kehidupanku selamanya. Benda itu berupa tengkorak.” –Lockwood & Co: Tengkorak Berbisik, hlm. 51

 
 
Setelah memecahkan kasus Undakan Menjerit beberapa bulan lalu. Agensi pembasmi hantu Lockwood & Co. tak lagi sekadar menjadi buah bibir, jasa mereka semakin dikenal, pun dengan banyaknya klien baru yang berdatangan.

Lucy yang datang tujuh bulan lalu tak ayal menunjukkan bakat yang kian fantastis. George, dengan bantuan Lucy, terobsesi memecahkan kasus benda berbahaya berupa tengkorak yang bisa berbicara di dalam wadah-hantu. Hantu tipe tiga yang nyaris tidak pernah ditemui oleh agen manapun.

Sementara dua orang ekskavator memerlukan jasa mereka; menyelidiki makam Edmund Bickerstaff—seorang dokter yang hidup pada zaman Victoria. Strategi yang disusun Tony Lockwood sekejap menjadi kacau. Mereka tak sendirian. Para agen Fittes, terutama Quill Kipps dan kaki tangannya, yang tak kenal lelah mengorek serta menguntit Lockwood & Co. untuk mendapatkan segala informasi.

Di malam kala mereka mengunjungi makam, sejurus saja sebuah hantu mengerikan lepas dan benda yang seharusnya menjadi Sumber malah lenyap dicuri dari peti mati Brickenstaff. Dan di kala yang nyaris bersamaan, tengkorak yang menjadi obsesi George bergerak di dalam wadah-hantu.

Apakah tengkorak itu hendak memperingati mereka akan sesuatu atau justru menjerumuskan mereka ke arah yang salah?

 
 
Read More »

Stolen Songbird ‘Kota Troll yang Hilang’ – Danielle L. Jensen


 
Judul                     : Stolen Songbird ‘Kota Troll yang Hilang’ (The Malediction Trilogi #1)
Penulis                 : Danielle L. Jensen
Penerjemah       : Nadya Adnwiani
Penerbit              : Fantasious
Terbit                    : Cetakan pertama, Oktober 2014
Tebal                     : 493 halaman
Rate                       : 4 / 5

  

“Aku takut… aku takut mencintaimu, mengetahui bahwa suatu hari kau akan pergi dan meninggalkanku di sini.” Stolen Songbird ‘Negeri Troll yang Hilang’, hlm. 375

 
 
Cécile de Troyes telah berlatih mati-matian untuk panggung kemasannya. Pergi meninggalkan Goshwk’s Hollow di hari ulang tahunnya ketujuhbelas. Lantas ia akan dapat menyaingi sang ibu, menjadi penyanyi terbaik di Trianon. Namun, siapa sangka, ketika perjalanan pulang menunju rumah, Luc, temannya yang licik, malah menjebaknya.

Luc menculik Cécile. Laki-laki itu berkata dengan menggebu-gebu tentang negeri troll yang hilang. Seketika Cécile tergelak, Luc pastinya sinting, ia memercayai anekdot itu.

 

“Kau tak pernah menghargai dongeng yang baik. Jadi baiklah, aku akan langsung saja. Aku menemukan kota Trollus yang hilang.”Stolen Songbird ‘Negeri Troll yang Hilang’, hlm. 18

  

Namun, Luc sama sekali tidak bercanda. Kota itu tidak hancur. Alih-alih, terkubur bebatuan setinggi gunung. Luc tega menjual Cécile kepada Raja Thibault demi emas seberat bobot tubuh perempuan itu.

Tidak heran, lima abad para troll berjuang keras untuk melepaskan diri dari kutukan, Cécile adalah salah satu kriteria yang tepat dalam memenuhi ramalan saudara perempuan Ratu. Namun, satu hal yang harus ia lakukan, tanpa cinta, dan tanpa mengenal Tristan, putra sulung raja, Cécile dipertalikan dengan laki-laki yang dibencinya.

Tristan merupakan sosok yang angkuh dan selalu meremehkan ras manusia. Tetapi, pertaliannya dengan Cécile merupakan suatu keharusan. Celakanya, pertalian itu sama sekali tidak mengubah apapun, kutukan tetap menabiri Kota Trollus.

Cécile pikir hidupnya berakhir; cita-citanya menjadi penyanyi terkenal pun sekejap pupus. Akan tetapi, keberadaannya di Trollus, membuatnya semakin penasaran tentang rahasia-rahasia kota itu. Dan rahasia-rahasia Tristan yang selalu ia tutupi di balik keangkuhannya. Apakah Tristan memang sekeji dan semenakutkan itu di mata ras manusia?

Read More »

Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri – Bernard Batubara


   
Judul                     : Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri
Penulis                  : Bernard Batubara
Penerbit                 : Gagasmedia
Terbit                     : Cetakan pertama, 2014
Tebal                      : 300
Rate                       : 5 / 5
   

“Aku tidak bersepakat dengan banyak hal, kau tahu. Kecuali, kalau kau bilang bahwa jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri. Untuk hal itu, aku setuju.” Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri, hlm. 252

 
 
Pernah mendengar selentingan kalau cinta adalah sesuatu yang manis? Banyak orang mengasumsikannya dengan premis seperti itu; manis, hangat, terang, semuanya pasti ada dalam satu paket. Tapi, di balik sebuah tatapan teduh seseorang dan buaian manis sebuah kata, ada satu hal yang tak pernah bisa lekang dari nalar seorang manusia. Manusia terlalu pandai untuk menyakiti.

Mereka dapat saling bunuh untuk lembaran uang; membunuh untuk sekadar mendapatkan apa yang meraka mau. Lantas, dengan kumpulan cerpennya Bernard Batubara mencoba mengumpulkan lima belas cerita pilu yang tak melulu tentang cinta yang manis. Jika cinta punya sisi terang, pun cinta punya sisi gelap.

  1. Hamidah Tidak Boleh Keluar Rumah
  2. Nyanyian Kuntilanak
  3. Seorang Perempuan di Loftus Road
  4. Hujan Sudah Berhenti
  5. Bayi di Tepi Sungai Are
  6. Seribu Matahari untuk Ariyani
  7. Langkahan
  8. Meriam Beranak
  9. Lukisan Nyai Ontosoroh
  10. Bayang-bayang Masa Lalu
  11. Orang yang Paling Mencintaimu
  12. Nyctophilia
  13. Bulu Mata Seorang Perempuan
  14. Menjelang Kematian Mustafa
  15. Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri

   
Read More »

Never Fade ‘Takkan Pernah Pudar’ – Alexandra Bracken

Judul                     : Never Fade (The Darkest Minds #2)
Penulis                 : Alexandra Bracken
Penerjemah       : Linda Boentaram
Penerbit              : Fantasious (Ufuk Publishing House)
Terbit                    : Cetakan pertama, November 2014
Tebal                     : 624 halaman
Rate                       : 4.5 / 5
   

“Kau akan pergi dan menemukan Liam. Kau akan membawa pulang informasi itu. Aku tak pernah meragukannya. Karena, Permataku.” Never Fade ‘Takkan Pernah Pudar’, hlm. 106

 
 
Setelah menghapus jejaknya dalam ingatan Liam dan meninggalkan Chubs dalam keadaan tertembak, Ruby sepakat mengikuti perjanjiannya dengan Cate; bergabung dengan Liga Anak—sebuah organisasi yang dikepalai John Alban. Dalam Liga Anak, Ruby tak sulit mendapatkan perhatian, kemampuannya sebagai Oranye, membuatnya ditugaskan untuk memimpin sebuah regu kecil.

Suatu hari di sebuah Op penyelamatan yang dilakukannya bersama Rob Meadow, muncul sebuah serangan yang nyaris mengancam nyawa Ruby dan Vida. Serangan balik itu menuai kecurigaan bahwa Rob sendirilah yang merancang hal tersebut bersama para pemberontak baru, yang berambisi menggunakan para anak Psi sebagai sasaran untuk menjatuhkan kekuasaan Presiden Gray.

Ruby rupanya menemukan Cole Stewart, kakak laki-laki Liam, pada sebuah Op penangkapan terbaru. Cole yang tengah menjalankan misi penelitannya mengenai penawar penyakit IAAN (Idiopathic Adolescent Acute NeurodegenerationDegenerasi Saraf Akut Remaja’) meletakkan seluruh bahan penelitiannya pada flash drive yang dijahitkan di dalam jaket. Akan tetapi, lantaran panik dan menyuruh Liam lekas pergi, adik laki-lakinya malah salah mengganjur jaket miliknya dan menghilang.

Cole menyuruh Ruby mengambil risiko terbesar dan menemukan flash drive itu secara diam-diam. Ia perlu menemukan Liam, yang seharusnya tak pernah ia temui kembali. Namun, menembus barikade Liga Anak tanpa sepengetahuan Rob pun tentunya tidak mudah. Ia perlu mengemban tanggungjawab untuk melindungi anggota regunya, begitu juga dengan serangan sok tahu dari Vida yang menguntit secara diam-diam. Hingga mereka bertemu dengan Chubs, Ruby tak tahu, apakah hatinya siap untuk kembali bertemu dengan Liam.
 
 

“Aku tak ingin tahu pendapat Chubs tentangku setelah tahu apa yang telah kulakukan untuk Liga. Aku tidak ingin tahu yang dipikirkan Liam tentangku atau bau asap di ruambutku yang tak pernah hilang, sebanyak apa pun aku telah mencucinya.”Never Fade ‘Takkan Pernah Pudar’, hlm. 213

Read More »

Under The Never Sky – Veronica Rossi

  

Judul                     : Under the Never Sky (Under the Never Sky #1)
Penulis                  : Veronica Rossi
Penerjemah         : Dina Begum
Penerbit               : Mizan Fantasi
Terbit                    : Cetakan pertama, September 2014
Tebal                     : 492 halaman
Rate                       : 3.5/5

 
 

 “Sebuah dunia yang benuh dengan tidak pernah di bawah langit yang tak pernah ada” —Under The Never Sky, hlm. 168

 

Aria tak pernah menyangka kalau ia akan berada sangat dekat dengan Gerai Maut, dunia di balik dinding Pod, di mana badai Aether berdengung kencang menaungi mereka. Dunia sudah terlanjur kacau balau saat Aria dilahirkan, manusia terbagi atas dua kubu; kubu yang mendekam di balik naungan kubah Pod—disebut sebagai Tikus Mondok—dan Orang Luar, suku-suku liar yang primitif dan kanibal.

Setelah insiden kebakaran yang menimpa Ag 6, Aria mendapati Smarteye-nya raib. Ia ingat kalau malam itu Soren dan kedua antek-anteknya mengajaknya memasuki tertorial terlarang di Ag 6. Perilaku mereka sungguh pelik. Soren ingin menujukkan kalau mereka bisa bebas tanpa status Penghuni Pod. Membuktikan bahwa api adalah sesuatu benda yang luar biasa. Tapi, Aria tahu, tindakan itu telah melanggar kebijakan yang berlakukan oleh Direktur Keamanan. Aria berniat merekam, namun sekonyong-konyong surel dengan subyek “Burung Ketilang” dari Lumina, ibunya, muncul di layar Smarteye. Sesuatu yang tidak beres sudah terjadi. Aria tidak dapat mengecek surel itu lebih lanjut, seseorang kepalang membuatnya tak sadarkan diri.

Direktur Keamanan Reverie menuduh Aria sebagai penyebab kebakaran di Ag 6 dan membuangnya ke Gerai Maut. Aria pikir, ia akan segera mati. Hidup di antara desir pepohonan dan kegelapan di tengah malam. Semuanya terasa menjijikkan. Namun, takdir berkata lain dan mempertemukannya dengan seorang pemuda dari Suku Tide bernama Perry. Seseorang yang angkuh, tak banyak bicara, tetapi ia perlu bantuan Aria, pemilik Smarteye yang diambilnya tempo hari.

Read More »

Tempest – Julie Cross


 
 
 

Judul                     : Tempest (Tempest #1)
Penulis                  : Julie Cross
Penerjemah         : Angelic Zaizai
Penerbit               : Mizan Fantasi
Terbit                    : Cetakan pertama, Oktober 2014
Tebal                     : 477 halaman
Rate                       : 4.5 /5

 
 

“Oke, itu benar. Aku bisa berkelana melintasi waktu. Tapi tunggu dulu, ini tidak semenarik yang mungkin kau bayangkan. Aku tak bisa kembali ke masa lalu dan membunuh Hitler. Aku tak bisa pergi ke masa depan dan melihat siapa yang memenangkan Kejuaran Bisbol World Series di tahun 2038. Sampai saat ini, paling hebat aku melompat sejauh sekitar enam jam di masa lalu. Superhero macam apa itu, iya, kan?” —Tempest, hlm. 8

 

 

Di tahun 2009, Jackson Meyer, remaja 19 tahun itu tahun akan kemampuannya setahun lalu, kala dirinya tak sengaja tertidur di kelas dan melompat menuju masa lalu. Tapi, selama ini, lompatan yang diujicobakan tak lebih dari enam jam, berikut dengan eksperimen-eksperimen amatir yang dipraktikkan Adam, si Sahabat Jenius. Jackson menimpan jurnal eksperimen itu dengan seperti silabus praktikum. Tak lebih. Itu semua hanya sekadar lompatan waktu anak bawang. Bermain-main, melihat sekitar, lantas kembali lagi ke home base.

Tapi, ada yang tak beres dengan malam itu. Ketika ia mengubah rencananya secara sepihak dengan Adam, dan mengunjungi tempat tinggal Holly. Orang-orang asing mulai merangsek masuk. Jackson pikir, itu pasti mata-mata ayahnya. Kevin Meyer, sang CEO, yang selalu menyimpan rahasia. Tapi, betapa kagetnya Jackson saat tahu, bahwa orang-orang itu tahu, ia bisa melompat sewaktu-waktu. Jackson begitu mengkhawatirkan Holly. Apa yang harus ia lakukan?

 

“Bunyi letusan berdentam di telingaku, diikuti oleh jeritan Holly. Kemudian semuanya seolah berhenti—jantungku, napasku … waktu.” —Tempest, hlm. 36

 

Jackson terlempar ke masa lalu. Ia terjebak di tahun 2007. Sudah puluhan lompatan yang ia lakukan hari itu, tapi ia tak bisa kembali ke 2009. Jackson mengkhawatirkan keadaan Holly; sekaligus berusaha mencari tahu, apa yang coba ditutupi oleh Kevin Meyer dengan para agen rahasia direkrutnya. Apakah orang-orang asing tersebut mempunyai keterkaitan dengan salah satu divisi di CIA?

Read More »

Lelaki Harimau – Eka Kurniawan

 

Judul                     : Lelaki Harimau
Penulis                  : Eka Kurniawan
Penerbit                 : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                     : Cetakan pertama (cover baru), Agustus 2014
Tebal                      : 190 halaman
Rate                        : 5 /5

 

Senja itu seperti bunga tidur, menjelajahi sebuah lanskap sureal, maka kita akan bertemu dengan Margio, seorang bocah penggiring babi yang membuat seluruh penduduk bertanya-tanya. Pasalnya, di kala seharusnya ia rehat menunggu musim berburu, Margio malah terlibat dalam intrik targedi pembunuhan yang paling brutal.

Anwar Sadat ditemukan dengan keadaan naas. Telentang dengan mata membelalak di atas limpasan darahnya sendiri. Lehernya terburai. Sekalipun sebilah parang, besatan lukanya takkan sedalam itu. Semua orang bilang Margio pembunuhnya, ia bahkan menggigit urat leher lelaki paruh baya itu hingga putus.

Sungguh tak bisa dipercaya, Mameh, adik perempuannya, selalu tahu, Margio ingin membunuh ayah mereka sendiri. Sudah bertahun-tahun ia memupuk dendam itu. Melihat Nuraeni, ibu mereka, disiksa tiap hari. Margio sungguh ingin menghabisi nyawa Komar bin Syueb.

Harimau itu putih serupa angsa, ganas sebengis ajak. Margio melihatnya mengendus jemari kakinya. Ia teringat mimpi kakeknya terdahulu, seseorang pernah bercerita, kalau kakeknya dulu menikahi seekor harimau putih nan jelita. Tapi, di kala bangun, harimau itu raib. Dan di kala senja itu tiba; semua warga menghakiminya sebagai pembunuh, Margio menjawab, “Bukan aku yang melakukannya. Ada harimau di dalam tubuhku.”

Read More »

Veronika Memutuskan Mati – Paulo Coelho

veronika

Judul                     : Veronika Memutuskan Mati

Penulis                 : Paulo Coelho

Penerjemah       : Lina Yusuf

Penerbit              : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Terbit                    :  Cetakan ketujuh, 2012

Tebal                     : 235 halaman

Rate                       : 5 / 5

“Kegilaan adalah ketidakmampuan mengomunikasikan apa yang ada dalam pikiran. Seperti ketika berada di negeri asing, kamu bisa melihat dan memahami apa saja yang terjadi di sekitarmu, tatapi kamu tidak bisa menjelaskan apa yang kamu ketahui atau bantuan apa yang kamu perlukan, karena kamu tidak mengerti bahasa setempat.”

“Kita semua pernah pengalaminya.”

“Kita semua, apa pun bentuknya, adalah gila.”

(Percakapan Veronika dan Zedka, Hal 71)

Apakah kalian pernah berpikir untuk bunuh diri?

Tapi bukan karena tekanan kehidupan atau bahkan karena menanggung malu, melainkan karena hidup ini terlalu membosankan untuk dijalani; hidup seolah-olah hanya menjadi sebuah cangkang sempit yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Yah, memutuskan untuk mati hanya karena tidak punya gairah hidup adalah jalan yang ditempuh Veronika—seorang gadis yang tinggal di salah satu Negara pecahan Yugoslavia, Slovenia.

Namun sayang, usahanya untuk mengakhiri hidup dengan cara menegak puluhan pil tidur rupanya gagal. Veronika masih hidup. Tapi bukannya terbangun di atas ranjang rumah sakit yang nyaman, Veronika justru mendekam di sebuah rumah sakit jiwa bernama Villete. Tapi, di tangah rasa sedih, kaget dan tak menyangka kalau usahanya untuk bunuh diri gagal, Veronika justru mendapat kabar lain kalau jantungnya mengalami kerusakan hingga umurnya tinggal lima hari lagi.

Veronika yang tahu kalau umurnya hanya lima hari ini mulai merasa tidak sabaran. Ia ingin cepat-cepat mati dan meninggalkan dunia ini, ia juga tidak mau menjalani sisa hari-harinya di antara orang-orang yang sakit jiwa ini. Sungguh, percobaan bunuh dirinya berujung pada malapetaka lain yang lebih buruk dari pada kematian.

Namun, rasa ketidaknyamanan dan muak yang semula menggerogotinya mulai berubah seiring dengan terungkapnya kenyataan dibalik tembok-tembok Villete. Kenyataan bahwa sesungguhnya orang-orang gila di tempat ini ternyata tidak benar-benar gila. Mereka adalah orang-orang yang tidak sanggup menghadapi dunia ini hingga memilih menjadi gila dan menciptakan kebebasan bagi diri mereka sendiri di Villete.

Veronika mendapati dirinya kembali bercermin. Pembicaraannya dengan Zedka dan Mari—dua wanita gila yang ia kenal di Villete—membuatnya merenungkan kembali hidupnya. Hingga perlahan-lahan rasa sesal itu mulai menjalar dan membuatnya semakin sengsara. Ia kembali mengingat ambisi-ambisinya, kembali menemukan arahnya, kembali menemukan hidupnya, tapi sayang umurnya hanya tinggal menghitung hari dan Veronika mulai takut akan mati.

Veronika menjadi pembicaraan hangat di antara orang gila yang ada di Villete. ‘Veronika, gadis yang sebentar lagi akan mati’ begitu kata orang-orang. Tapi melihat cahaya yang mulai muncul dalam diri wanita itu, mendengarkan Veronika yang memainkan piano setiap malam untuk menghibur hatinya, dan diri Veronika yang pelahan-lahan berubah. Membuat rasa simpatik itu berubah menjadi sebuah semangat untuk meninggalkan Villete, terutama bagi Zedka, Mari dan juga Eduard.

Ya, Eduard, seorang pria penderita Skizofernia yang setiap malam mendekati Veronika dan mendengarkan wanita itu memainkan satu-satunya piano di dalam rumah sakit jiwa itu. Tanpa bicara Eduard menunjukkan ketertarikannya pada musik Veronika, ya, ia hanya mendekat dan menatap Veronika kosong, tapi hanya dengan begitu saja Veronika bisa memahami kalau Eduard ingin mendengarkan permainan pianonya.

Veronika menghabiskan sisa malamnya bersama Eduard. Mereka bertukar rasa dalam ruang tanpa kata-kata; hanya ada lantunan musik Veronika yang mengisi asa mereka. Namun, dengan keadaan seperti itu saja mereka sudah memiliki ikatan yang sangat kuat. Ikatan misterius yang menjerat banyak insan secara magis, ikatan yang membuat segala sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin, dan ikatan yang membuat tembok-tembok Villete terasa lebih mudah untuk di loncati.

Ya, ikatan itu bernama cinta.

Nah, bagaimanakah akhir dari kisah Veronika? Akankah gadis itu menikmati sisa-sisa akhir hayatnya dengan tenang di dalam Villete? Ataukah ada rahasia lain yang terungkap setelah hari-hari penuh inspiratif dan kejutan yang dilalui Veronika di dalam rumah sakit jiwa itu? Mari, cari bukunya dan beli segera!

Read More »