To Kill a Mockingbird – Harper Lee

25124132
 
 
Judul                     : To Kill a Mockingbird
Penulis                  : Harper Lee
Penerjemah         : Femmy Syahrani
Penerbit               : Penerbit Qanita
Terbit                    : Cetakan pertama, September 2015
Tebal                     : 396halaman
Rate                       : 4/5
 
 

“Kau boleh menembak burung bluejay sebanyak yang kau mau, kalau bisa kena, tetapi ingat, membunuh mockingbird—sejenis murai bersuara merdu—itu dosa.”To Kill a Mockingbird, hlm. 135

 
 

Bagi Scout, keseruan hidupnya baru dimulai ketika ia hendak beranjak enam tahun—tatkala Scout dan Jem, kakak laki-lakinya, merekrut Dill sebagai anggota baru mereka. Dill adalah keponakan Bibi Rachel yang hanya tinggal di Maycomb sepanjang musim panas. Namun, di musim panas itu, Jem begitu bangga ketika menemukan anak laki-laki yang pantas untuk mengungkap rumah horor milik keluarga Radley.

Jem menantang Dill untuk memancing Boo Radley keluar dari rumah singgahnya. Boo Radley bukanlah sosok yang ramah. Dan anak-anak di Maycomb sudah tahu, kalau Boo baru akan keluar kala malam turun.

Usia enam tahun bagi Scout adalah masa ketika ia bisa bermain dengan kakak laki-lakinya dan laki-laki yang baru saja ‘melamar’-nya. Tapi, keadaan serta-merta berubah ketika Atticus Finch, sang ayah, ditunjuk oleh Hakim Taylor untuk membela seorang berkulit hitam bernama Tom Robinson, yang mana pada zamannya kaum berkulit warna selalu dianggap sebagai sampah masyarakat.

Scout tak pernah mengerti mengapa para teman dan kerabat memanggilnya dengan sebutan “pencinta nigger”. Hingga kala dirinya, Scout dan Dill menyelinap ke ruang pengadilan dan menyaksikan hal yang sesungguhnya terjadi.

 
 
Read More »

Tiga Sandera Terakhir – Brahmanto Anindito


 
 
Judul                     : Tiga Sandera Terakhir
Penulis                 : Brahmanto Anindito
Penerbit              : Noura Books
Terbit                    : Cetakan pertama, Mei 2015
Tebal                     : 316 halaman
Rate                       : 4 / 5
 
 

“Semua ini sudah dimulai dari masa penjajahan Belanda. Dan penyelesaian status Papua ternyata masih berlarut-larut setelah Indonesia merdeka. Tidak selesai-selesai sampai 1961, sampai Indonesia-Belanda terlibat perang terbuka.” –Tiga Sandera Terakhir, hlm. 36

 
 

Penyanderaan lima korban yang dilakukan Akilas dan Mikael bukan semata-mata aksi kriminalitas biasa. Semuanya persoalan ideologi. Paham yang berbeda dan membuat harga diri warga Papua terinjak-injak. Pulau yang seharusnya memiliki kekayaan alam yang berlimpah malah dijadikan tambang dan dieksploitasi habisan-habisan, sementara kaum kapitalis di ibukota dan negara lain yang menikmatinya.

Mereka ingin merdeka. Dengan menyandera lima korban—dua warga negara Indonesia, satu warga negara Australia, dan sepasang warga negara Perancis. Semua aksi tersebut memberikan klu akan keberadaan OPM, Organisasi Papua Merdeka. OPM rela melakukan segalanya demi memperjuangkan kemerdekaan dari Papua Barat.

Sementara satu per satu korban berjatuhan, Kolonel Larung Nusa segera ditugaskan menuju Bumi Cenderawasih. TNI berharap banyak di bawah pimpinannya, OPM akan segera ditangani. Namun, sayangnya, lawan TNI kali ini tidaklah mudah. Banyak siasat yang perlu dilakukannya termasuk membentuk sebuah tim bayangan.
 
 

Read More »

Kambing & Hujan: Sebuah Roman – Mahfud Ikhwan

 

Judul                     : Kambing & Hujan: Sebuah Roman
Penulis                 : Mahfud Ikhwan
Penerbit              : Bentang Pustaka
Terbit                    : Cetakan pertama, Mei 2015
Tebal                     : 374 halaman
Rate                       : 4 / 5
 
 

“Sebab tak ada biografi tanpa sebuah roman!”Kambing dan Hujan, hlm. 72

 

Mifathul Abrar bertemu dengan Nurul Fauzia Jumat siang itu. Hatinya berdebar sembari menumpangi bus yang sama dengan seorang warga Centong. Sejauh apa ia merantau, ia selalu tahu gadis mana yang sekampung halaman dengannya. Mif lekas jatuh hati dengan Fauzia, pun dengan gadis itu, tapi siapa sangka kalau keduanya dibesarkan dengan dua aliran berbeda. Sama-sama Islam, namun berbeda adat, pun penempatan Hari Raya. Mif dibesarkan dengan tradisi Islam modern, Fauzia dengan Islam tradisional.

Sayangnya, Mif dan Fauzia tak bisa menyembunyikan perasaan itu terlalu lama, terlebih keduanya sudah memikirkan soal akad nikah. Centong bukan wilayah yang besar. Sedikit desas-desus, mau tak mau Fauzia harus buka mulut kepada Pak Fauzan, ayahnya. Sambil bermanja-manja, ia ingin minta restu, tapi di lain sisi Ibu Yatun, istrinya, malah diam seribu bahasa. Bukan persoalan Islam modern atau tradisional, tapi hatinya pedih saat mendengar nama Mif terucap dari bibir anak gadisnya.

Sedang Mif meminta kejelasan dengan Pak Kandar. Apa hanya lantaran persoalan Masjid Selatan dan Utara lantas keduanya tak bisa menikah? Atau pelanggaran norma agama hanya sekadar akal-akalan bapaknya yang ingin menutupi rahasia di masa lalu?

 

”Kita dulu mengira bapak-bapak kita adalah dua musuh bebuyutan yang tak terdamaikan. Ternyata, mereka dua sahabat karib, bahkan memanggil dengan panggilan “saudara”. Bukannya itu justru sangat menggembirakan?”Kambing dan Hujan, hlm. 152

Read More »

Amba – Laksmi Pamuntjak

Judul                     : Amba: Sebuah Novel
Penulis                  : Laksmi Pamuntjak
Penerbit                 : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                     : Cetakan keempat edisi baru, Oktober 2013
Tebal                      : 577 halaman
Rate                       : 3.5 /5

Amba memutuskan untuk mengunjungi pulau itu, setelah terbang dari Jakarta menuju Ambon, lantas mengambil feri ekspres menuju Pulau Buru. Di tahun 2006, ia masih mengharapkan wajah tampan, yang terakhir dijumpainya saat serbuan Peristiwa 30S di Yogyakarta. Laki-laki itu bernama Bhisma. Seorang dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur, yang dicintainya dan memberinya seorang anak di luar nikah.

Waktu telah bergulir, namun ketika kamp tahanan politik dibubarkan dan para tapol dipulangkan, Bhisma tetap tak menunjukkan batang hidungnya. Amba penasaran, ia pergi ke Pulau Buru, ditemani seorang laki-laki bernama Samuel. Kedatangannya membuat ribut seluruh pihak rumah sakit setempat, terlebih tentang perselisihannya dengan Mukaburung. Perlahan Amba mencoba membuka hatinya tentang kisah sejarah yang begitu mencekam. Bagaimana ia bisa bertemu dengan Bhisma? Sekaligus apa yang sesungguhnya telah terjadi di Pulau Buru sehingga Bhisma yang dicintainya tak pernah kembali.

Read More »

1984 – George Orwell

 

Judul               : 1984
Penulis           : George Orwell
Penerjemah : Landung Simatupang
Penerbit        : Bentang Pustaka
Terbit             : Cetakan Pertama Edisi II, Februari 2014
Tebal              : 400 halaman
Rate                : 5 / 5

 

Kala itu London tak lagi bernama London, semua orang menyebutnya Airstrip One. Winston Smith, pria berumur 39 tahun, hidup di bawah siluet Partai dan Bung Besar. Winston selalu berusaha mematuhi setiap aturan; menjadi warga negara yang baik. Kendati di lubuk hatinya, ia kerap merasakan antipati terhadap kedudukan Partai yang otoriter, Winston Smith tak berani melakukan perlawanan secara terang-terangan.

Tak mengherankan, lantaran Polisi Pikiran, keberadaan teleskrin dan mikrofon yang tersembunyi di setiap sudut kota serta ruangan membuat privasi setiap individu serupa hal utopis. Partai pun bertindak semena-mena terhadap sejarah dan menggubahnya sesuka hati. Negara berkuasa mutlak atas rakyatnya; yang tidak sejalan dan sepikiran maka akan segera diuapkan. Raib tanpa nama, juga tanpa status yang jelas.

Winston tahu semua ganjarannya: ia akan ditangkap Polisi Pikiran, lalu diuapkan. Tapi, ia tak pernah bisa menahan pertanyaan-pertanyaan itu begitu saja. Winston selalu berpikir tentang sejarah—semua yang terjadi sebelum era revolusi. Apakah semuanya baik-baik saja? Lantas, Partai dan Bung Besar yang tak pernah ditemuinya itu malah menghancurkan tata kota?

Malam itu ia berjalan tak tentu arah, menjelajahi seluk-beluk kota dan bertandang di sebuah pemukiman kumuh. Ia menemukan cakap-cakap yang tak pernah didengarnya selama ini di Kafe Chestnut Tree. Hingga menyewa sebuah kamar cadangan di atas toko Pak Charrington, sebuah toko yang mejual barang-barang antik dari era lampau.

Winston sadar kalau langkahnya diikuti oleh seseorang. Sudah berminggu-minggu lalu, seorang wanita mengikuti langkahnya. Wanita muda ber-overall biru; sama seperti dirinya yang memakai seragam partai; bekerja di departemen fiksi, Kementerian Cinta Kasih. Jatuh terjerembab dengan tangan yang dibebat dan dipapah separuh. Winston hendak menanyakan keadaan kamerad itu, namun perempuan itu justru menyelipkan secarik kertas di tangannya. Winston menjadi gugup, apa jangan-jangan wanita itu bekerja pada Polisi Pikiran? Seseorang pasti akan melaporkan acara jalan-jalan tololnya kepada Kementerian Cinta Kasih dan membuatnya diuap, pikirnya.

Winston tertegun lama sebelum akhirnya membuka pesan itu jauh-jauh dari teleskrin yang mengamati meja kerja. Namun, saat ia membaca, jantungnya berdegup kencang. Pesan itu membuat bisul di kakinya gatal tak keruan.

Read More »