The Hollow Boy ‘Pemuda Berongga’ – Jonathan Stroud

ecbd08e003936e0de55afee141c2d7d3

 

Judul                     : The Hollow Boy ‘Pemuda Berongga’ (Lockwood & Co. #2)
Penulis                 : Jonathan Stroud
Penerjemah       : Poppy D. Chusfani
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Agustus 2016
Tebal                     : 440 halaman
Rate                       : 5 / 5

 

Lockwood & Co. kembali beraksi dalam meringkus para hantu pengganggu di pelosok London. Setelah Lucy bergabung, nampaknya mereka kedatangan satu personil baru—sebuah tengkorak berhantu tipe tiga yang mereka temukan terkurung di dalam stoples kaca. Dengan kecerdikan Lockwood, pengetahuan George, dan talenta Lucy, sebagai sebuah agensi pengusir hantu independen, kini nama mereka semakin dikenal dan diberondongi telepon klien.

Lockwood dan George merasa perlu merekrut personil baru, atau setidaknya asisten paruh waktu untuk meringankan kerja mereka. Sebaliknya Lucy merasa hal itu sama sekali tidak perlu, terlebih si Tengkorak yang banyak bicara tak henti mengejeknya di saat perburuan.

Holly Munro hadir tanpa sepengetahuan Lucy dan membuatnya cemburu. Lockwood yang seharusnya kagum pada talentanya, kini malah terkesan dengan kepiawaian Holly dalam mengorganisir keperluan rumahan dan telepon klien.

Sementara para hantu terus-menerus mengganggu penghuni rumah, kali ini mereka pun ikut dirundung masalah besar perihal Wabah Chelsea. Sudah beberapa agen ternama dari Agensi Fittes dan Agensi Rotwell berusaha membasmi serangkaian kejadian pelik di area Chelsea, namun tiba-tiba saja salah satu agen kesayangan Kipps, saingan Anthony Lockwood di Fittes raib begitu saja.

Read More »

Red Queen – Victoria Aveyard

ciz7chsu4aalrfy
 
 
Judul                     : Red Queen (Red Queen #1)
Penulis                  : Victoria Aveyard
Penerjemah         : Shinta Dewi
Penerbit               : Penerbit Noura Books
Terbit                    : Cetakan pertama, April 2016
Tebal                     : 516 halaman
Rate                       : 4.5/5
 
 

 “Kau juga sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak dapat kupahami. Kau adalah Merah sekaligus Perak, sebuah keganjilan dengan konsekuensi mematikan yang tidak bisa kau pahami.” Red Queen, hlm. 114

 

Mare Barrow tidak lebih dari sekadar pencopet kaum Merah. Dari ketidak terampilannya untuk mengabdi pada kaum Perak, ia hanya tinggal mengunggu waktunya untuk ditarik ke medan perang seperti kakak-kakaknya terdahulu. Dari antara kelima saudara, Gisa memang yang paling terampil. Mare yakin, lewat benang dan jarum yang menjadi senjata Gisa, setidaknya keluarga Barrow akan aman dari sentuhan kekejian kaum Perak.

Mare Barrow punya waktu satu tahun untuk menunggu, sementara Kilorn, sahabat baiknya, hanya punya beberapa hari. Mare tak ingin melihat Kilorn pergi seperti ketiga kakaknya. Kilorn punya pria handal dalam bersenjata, alih-alih mati konyol di garda depan.

Semua orang di Desa Jangkungan tahu satu cara untuk mendapatkan hal yang mustahil. Will si Penyelundup berjanji akan menyelundupkan Kilorn lewat tengah malam, dengan satu syarat, yaitu bayaran yang amat sangat mahal. Mare, yang kehabisan akal, meminta bantuan Gisa untuk menyusup ke daerah kaum Perak; berniat mencuri koin-koin mereka yang bernilai tinggi. Namun, tanpa disengaja semuanya terjadi dengan begitu gegabah. Mare menghancurkan segalanya, hingga mengakibatkan Gisa kehilangan pekerjaannya.

Mare malu untuk pulang. Ia pergi ke bar dan bertemu dengan pria asing sembari menceritakan kisah hidupnya. Pria itu bisa aja pelayan kerajaan. Dengan semua kemewahan itu lalu koin-koinnya yang bernilai tinggi. Mare pulang dengan satu tujuan: menyelamatkan Kilron.

Namun tanpa disangka, lewat tengah malam pintu kediaman Barrow malah disatroni pengawal kerajaan. Mare Barrow kehilangan satu tahun waktu penantiannya. Tepat ketika ia memasuki lantai licin itu, ia tahu, hidupnya takkan lagi sama, terlebih saat ia tahu siapa pria semalam yang ia jumpai dan memberikan dua keping koin Perak.

Read More »

The Young Elites – Marie Lu

e88cbe9d0ce6f9471166b8d19f8de864
 
 
Judul                     : The Young Elites (The Young Elites #1)
Penulis                  : Marie Lu
Penerjemah         : Prisca Primasari
Penerbit               : Mizan Fantasi
Terbit                    : Cetakan pertama, November 2015
Tebal                     : 428 halaman
Rate                       : 4/5
 
 

“Kita semua adalah kesalahan.” The Young Elites, hlm. 317

 

Separuh wajah Adelina Amouteru rusak semenjak serangan epidemik berdarah itu. Mata kirinya kehilangan kemampuan untuk melihat; rambutnya berubah warna sewarna perak. Ayah memperlakukannya begitu berbeda dengan Violetta, sang adik. Sementara Violetta selalu dijunjung, Adelina lekas-lekas ingin dijual secepatnya.Adelina adalah seorang malfetto, dengan rupa yang menakutkan dan kekuatan magis, keberadaannya disamakan dengan jelmaan iblis. Saat ia berusaha melarikan diri dari rumah, Adelina tak sengaja membunuh sang ayah, dan tertangkap pasukan inkuisisi.

Sudah seharusnya kaum malfetto dimusnahkan dari tanah Kenettra. Adelina pun harus dijatuhi hukuman mati. Namun saat detik-detik penentuan, Sang Pencabut Nyawa yang misterius malah menyelamatkannya. Enzo dengan identitasnya di balik topeng dan tudung Pencabut Nyawa menjelaskan jabatannya sebagai pemimpin Perkumpulan Belati (Dagger Society), yaitu perkumpulan Elite Muda yang berencana memberontak dan menggulingkan pemerintahan. Tak ada pilihan lain untuk pulang, Adelina ikut bergabung dengan perkumpulan itu dan melatih kekuatan magisnya dalam menciptakan ilusi.

Pilihan sulit itu datang di suatu kala, ketika seorang bernama Teren Santoro, sang pemimpin pasukan inkuisisi, mengendus kemampuan hebatnya, laki-laki jahat itu mengancamnya dengan dua pilihan: kehilangan sang adik atau menjadi mata-mata pasukan inkuisisi dalam Perkumpulan Belati.

 
 
Read More »

Magi Perempuan dan Malam Kunang-Kunang – Guntur Alam

b96a59f2e1c7912af2e9ad9eab78e938
 
 

Judul                     : Magi Perempuan dan Malam Kunang-Kunang
Penulis                 : Guntur Alam
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, Agustus 2015
Tebal                     : 176 halaman
Rate                       : 4 / 5

 
 

“Jangan jatuh tertidur, Bujang! Bulan pucat tengah penuh. Mengembang di kelam raya. Bila kau pantang, kau akan bangun esok paginya dengan dunia pekat selama-lamanya!”Magi Perempuan dan Malam Kunang-kunang, hlm. 19

 

 

Boleh percaya, boleh tidak, tapi, perempuan sungguh makhluk yang kelewat misterius. Dari parasnya yang memukau bisa saja seorang bujang terjerat masuk perangkap. Lagi-lagi, seseorang boleh saja percaya, boleh saja tidak. Lewat cerita-cerita sederhana, kepalang banyak kisah tentang mereka yang menggandung magi dan mitos. Seperti kisah tentang sepasang kursi rotan tua yang disesaki kenangan.

Kursi itu bukan sembarang kursi yang dionggok di sisi gelap rumah. Kursi itu warisan ibu. Dan ia meminta dirimu untuk menjaganya yang mana konon dalam kursi itulah ayah raib dan menjelma menjadi kutu. Terendus sedikit sinting, tapi ibu percaya, kelak ayah akan kembali dari negeri kutu dan hidup bahagia menjadi seorang manusia bersama dirinya.

Bicara soal perempuan tak harus berbicara soal seks dan hal-hal yang terhidu sebagai candaan sensual. Relikui demi relikui teranyam begitu rumt dalam benak mereka, sampai-sampai seseorang perlu memilahnya menjadi untaian kisah.

 

  1. Peri Kunang-kunang
  2. Tem Ketetem
  3. Malam Hujan Bulan Desember
  4. Maria Berdarah
  5. Gadis Buruk Rupa dalam Cermin
  6. Tamu Ketiga Lord Byron
  7. Dongeng Nostradamus
  8. Boneka Air Mata Hantu
  9. Tentang Sebatang Pohon yang Tumbuh di Dadaku
  10. Dongeng Emak
  11. Almah Melahirkan Nabi
  12. Kastil Walpole
  13. Hari Tenggelamnya Van der Decken
  14. Sepasang Kutu, Kursi Rotan, dan Kenangan yang Tumbuh di Atasnya
  15. Lola
  16. Kotak Southcott
  17. Kematian Heartfield
  18. Tiga Penghuni dalam Kepalaku
  19. Hantu Seriman
  20. Anak Pintaan
  21. Lima Orang di Meja Makan

 
 
Read More »

[Blogtour & Giveaway] Maneken – SJ. Munkian

26850616
 
 
Judul                     : Maneken
Penulis                 : SJ. Munkian
Penerbit              : Penerbit Republika
Terbit                    : Cetakan pertama, September 2015
Tebal                     : 181 halaman
 
 

“Pada akhirnya aku mengetahui bahwa sebenarnya manusia tak Cuma tercipta dari segumpal darah saja. Lebih dari itu, manusia juga tercipta dari kumparan ego paling murni yang bisa-bisa tak tertahankan.”—Maneken, hlm. 171

 

Semuanya bermula dari balik kaca etalase Medilon Shakespeare, saat Claudy diletakkan sebagai boneka pajangan musim itu. Sophie, sang pemilik, secara resmi mengambil alih toko Medilon  Shakespeare dan berencana merombaknya sesuai dengan tema dari tiap musim.

Claudy yang kepalang senang menjadi maskot Medilon  Shakespeare nyatanya harus dipasangkan dengan Fereli, sebuah maneken dari Perancis. Claudy tak menyukai boneka Perancis itu, dengan aksennya, dan serta-merta Fereli merebut teritori kebanggannya di etalse toko. Namun, dengan keramahan Fereli, lambat-laun hubungan keduanya menjadi dekat. Claudy dan Fereli selalu bekerja sama untuk menghibur para pengunjung toko dengan menghadirkan pose-pose layaknya sepasang kekasih.

Melalui konsep toko, Sophie memang ingin menghadirkan sepasang maneken yang mewakili hubungan percintaannya dengan seorang pria Perancis bernama Bailey Fereli. Sayangnya, Bailey Fereli miliknya malah ingkar janji. Pertunangan keduanya yang tinggal hitungan hari kandas dengan begitu mudah.

Sophie yang berang pun gelap mata. Ia benci Fereli. Benci sekali. Sampai-sampai menculik maneken dari etalase toko, meminjam pemantik Vince, dan mengambil sebotol minyak.

Jangan katakan ia hendak melakukan sesuatu di luar akal sehat.

Read More »

Half Wild – Sally Green


 
 
Judul                     : Half Wild (The Half Bad Trilogy #2)
Penulis                 : Sally Green
Penerjemah       : Reni Indardini
Penerbit              : Mizan Fantasi
Terbit                    : Cetakan pertama, April 2015
Tebal                     : 459
Rate                       : 3.75 / 5
 
 

“Kalau begitu, sambutlah Anugerahmu dengan hati lapang dan belajarlah dari hewan itu. Jangan hakimi ia. Hewan malang itu pasti kebingungan karenanya. Kau menginginkannya karena sama dengan Anugerah ayahmu, tapi kau tidak menginginkannya karena alasan yang sama pula.” –Half Wild, hlm. 151

 
 
Nathan masih perlu berkelit dengan Anugerahnya. Setelah menerimanya dari sang Ayah, ia malah kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Sementara Mercury merasa kecewa dengan keputusan Nathan. Perempuan tua itu sengaja menahan Annalise dan menidurkannya selama berbulan-bulan. Mercury menghilang. Dan Nathan tahu, ia harus mempertaruhan nyawanya untuk menemukan perempuan yang ia cintai.

Di satu sisi ia perlu bantuan, tapi Gabriel agaknya sudah meninggal. Tidak ada tanda-tanda kehidupan darinya. Nathan berulang kali bertandang ke Pondok Mercury, alih-alih, menemukan Nesbitt di dalam gua. Nesbitt bilang, ia suruhan Victoria van Dal, partner-nya yang kini tengah merawat Gabriel.

Nathan harus terus berlari dari kejaran para Pemburu. Pun para Penyihir Hitam yang selalu menganggapnya sebagai ancam dari putra Marcus. Namun, satu tujuan Nathan, ia perlu mempersatukan keduanya untuk melawan Dewan.
 
 
Read More »

Half Bad – Sally Green

 
 
Judul                     : Half Bad (The Half Bad Trilogy #1)
Penulis                 : Sally Green
Penerjemah       : Reni Indardini
Penerbit              : Mizan Fantasi
Terbit                    : Cetakan pertama, Maret 2015
Tebal                     : 444
Rate                       : 4 / 5
 
 

“Kau tidak jahat, Nathan. Kau sama sekali tidak membawa-bawa sifat jahat. Kau akan memiliki Anugerah nan perkasa—kita semua bisa melihatnya—tapi yang akan menunjukkan dirimu baik atau jahat adalah caramu menggunakan Anugerah itu.” Half Bad, hlm. 124

 

Nathan Byrn lahir sebagai Bastar. Ibunya seorang Penyihir Putih dengan Anugerah penyembuh; Ayahnya, Marcus adalah buron, seorang Penyihir Hitam yang terkenal membunuh banyak jiwa-jiwa tak bersalah. Sedari kecil, Nathan dibesarkan oleh neneknya. Jessica, saudara perempuannya yang tertua, kerap mengejek dan mengucilkannya sama seperti teman-teman di sekolah. Sementara, Deborah dan Arran menyayanginya.

Nathan Byrn terpaksa hidup di dalam kurungan sedari umur empat belas tahun. Setelah Dewan tak lagi percaya kepadanya, ia dilatih secara khusus oleh Celia, wanita yang pernah bertemu dengan Marcus. Celia memperlakukannya dengan buruk. Menanyainya dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh, mengurungnya di kala gusar, merantai lehernya layaknya anjing.

Dewan Penyihir Putih berharap di separuh jiwa Nathan, ia sungguh-sungguh berpihak kepada Penyihir Putih. Namun, seiring bertambah umur, Nathan sadar kalau fisiknya benar-benar mirip Marcus. Ia perlu melarikan diri. Mengumpulkan kepingan teka-teki yang dirangkaikan seseorang bernama Marry padanya; ia perlu mencari Mercury. Mercury akan memberinya tiga Anugerah seperti penyihir-penyihir muda lain ketika mereka berumur tujuh belas tahun.

Sayang, reputasi Mercury teramat sadis di telinga penyihir lain. Nathan harus mengambil risiko. Mercury bisa saja membunuhnya; bisa membantunya tapi dengan sebuah imbalan—yang pasti hal itu tidaklah mudah.

 
 
Read More »

Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri – Bernard Batubara


   
Judul                     : Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri
Penulis                  : Bernard Batubara
Penerbit                 : Gagasmedia
Terbit                     : Cetakan pertama, 2014
Tebal                      : 300
Rate                       : 5 / 5
   

“Aku tidak bersepakat dengan banyak hal, kau tahu. Kecuali, kalau kau bilang bahwa jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri. Untuk hal itu, aku setuju.” Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri, hlm. 252

 
 
Pernah mendengar selentingan kalau cinta adalah sesuatu yang manis? Banyak orang mengasumsikannya dengan premis seperti itu; manis, hangat, terang, semuanya pasti ada dalam satu paket. Tapi, di balik sebuah tatapan teduh seseorang dan buaian manis sebuah kata, ada satu hal yang tak pernah bisa lekang dari nalar seorang manusia. Manusia terlalu pandai untuk menyakiti.

Mereka dapat saling bunuh untuk lembaran uang; membunuh untuk sekadar mendapatkan apa yang meraka mau. Lantas, dengan kumpulan cerpennya Bernard Batubara mencoba mengumpulkan lima belas cerita pilu yang tak melulu tentang cinta yang manis. Jika cinta punya sisi terang, pun cinta punya sisi gelap.

  1. Hamidah Tidak Boleh Keluar Rumah
  2. Nyanyian Kuntilanak
  3. Seorang Perempuan di Loftus Road
  4. Hujan Sudah Berhenti
  5. Bayi di Tepi Sungai Are
  6. Seribu Matahari untuk Ariyani
  7. Langkahan
  8. Meriam Beranak
  9. Lukisan Nyai Ontosoroh
  10. Bayang-bayang Masa Lalu
  11. Orang yang Paling Mencintaimu
  12. Nyctophilia
  13. Bulu Mata Seorang Perempuan
  14. Menjelang Kematian Mustafa
  15. Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri

   
Read More »

Supernova: Gelombang – Dee Lestari

 

Judul                     : Supernova: Gelombang (Supernova #5)
Penulis                  : Dee Lestari
Penerbit               : Penerbit Bentang
Terbit                    : Cetakan pertama, 2014
Tebal                     : 492 halaman
Rate                       : 5 /5

 

 

“Saat ini, Anda adalah kain itu. Apa yang Anda cari tidak bisa ditemukan karena keterbatasan Anda sendiri. Bukan karena tidak ada.” Gelombang, hlm. 14

 

Pernyataan itu diterima Gio kala mencari Diva Anastasia di tengah hutan Cusco. Genap pada hari keempat puluh pencariannya mulai menemui jalan buntu. Diva memilih untuk hilang dan tidak pernah ditemukan; Gio bertemu dengan Amaru, seorang pria Aymara, yang memberikan segugus batu dan membuatnya mengingat, barangkali ia pernah mengenali pria asing itu.

Satu dekade sebelumnya, tepatnya di Sianjur Mula-Mula, Alfa (alias Ichon) menyaksikan atraksi besar itu. Suara gondang yang diaransemen tiupan serunai Bapak membuat bulu kuduknya berdiri. Eten dan Uton bisa saja saling sikut, tapi Alfa duduk merapat, ia melihat sosok itu di pojok rumah. Sosok hitam besar dengan manik kuning manyala. Ompu Togu Urat, orang sakti di desanya, menyebut makhluk misterius itu sebagai Si Jaga Portibi.

Mulai dari cakap senja, Ompu Togu Urat ingin mengangkat Alfa menjadi muridnya. Lantas memberinya dua gugus batu dan menyuruhnya menyimpan benda itu bak jimat. Sementara Ompu Ronggur Panghutur dari Tao Silalahi datang menjemput Alfa dengan tujuan yang sama, Alfa dibikin bingung. Siapakah yang harus ia pilih menjadi guru? Ompu Togu Urat atau Ompu Roggur dari Tao Silalahi?

 

“Hati-hati gelombang…” Nai Gomgom berkata terpatahkan. “Hati-hati air…” —Gelombang, hlm. 64

 

Kata-kata Nai Gomgom selalu terngiang di otak Alfa. Ia berkata bahwa persimpangan pertama yang harus pemuda itu pilih telah tiba. Tapi, Alfa malah memilih jalan yang salah. Ia menyaksikan Ompu Togu Urat mengkhianati janjinya dan bermaksud menenggelaminya di tengah telaga. Perasaan itu selalu menghantui Alfa, bahkan kala ia memejamkan mata. Alfa masih mengingat rasa sakit yang mencekik lehernya. Pemuda itu menjadi takut tidur. Ia mulai terjaga lebih lama di kala malam dan hanya memanfaatkan waktu ringkas di kala terang untuk tidur ayam.

Hingga keluarga Alfa memutuskan untuk bertolak ke Jakarta, secara kebetulan seorang Gultom, kenalan Bapaktua dari Amerika, menawarinya untuk bersekolah di Hobokken, tak jauh dari New York, kota besar yang selalu menjadi mimpi Alfa. Sebuah kota yang tak pernah tidur. Alfa berangkat ke Hobokken tanpa surat-surat yang jelas dan membuatnya menjadi seorang imigran gelap. Namun, di balik sebuah status, Alfa yang jenius, berhasil meyakinkan Tom Irvine untuk bekerja di Andromeda Capital.

Kesukesesan Alfa membuatnya lupa akan kepelikan waktu tidur yang dimiliknya. Pada suatu malam, kehadiran seseorang wanita asing bernama Isthar memicu Alfa untuk menghadapi alam yang selama ini ia hindari, yaitu alam mimpinya. Yang nyatanya menyimpan rahasia masif yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

 

Read More »

Manuskrip yang Ditemukan di Accra – Paulo Coelho

manuskrip-yang-ditemukan-di-accra

Judul                     : Manuskrip yang Ditemukan di Accra

Penulis                 : Paulo Coelho

Penerjemah       : Tanti Lesmana

Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama

Terbit                    :  2014

Tebal                     : 208 halaman

Rate                       : 4 / 5

“Mereka yang kalah adalah mereka yang tidak pernah gagal.” – hal 33

Buku ini adalah sebuah manuskrip—diceritakan kembali oleh penulis—yang mengisahkan tentang pertemuan yang diadakan di sebuah desa yang akan melakukan peperangan keesokan harinya. Seluruh penduduk desa yang belum mengungsi, para tetua agama, serta seorang Guru yang datang dari jauh berkumpul dan membicarakan tentang kehidupan.

Sang Guru yang menerima banyak sekali pertanyaan menjawab semua permasalahan mereka, tentang kekalahan, kegagalan, kekecewaan, keberuntungan, musuh, dan lain sebagainya. Kemudian memerintahkan semua yang mendengar serta mencatat apa yang tengah mereka bicarakan sekarang ini untuk terus menyebarluaskannya. Karena negeri mereka hidup di dalam kata-kata.

Ingin tahu bagaimana Sang Guru menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang juga sampai sekarang masih kita pertanyakan? Ayo, beli buku ini dan temukan jawabannya!

Review:

Well, resensiku kali ini kayaknya gak bakal panjang lebar seperti alur buku ini yang teramat sangat singkat, tapi secara garis besar aku menyukai buku ini. Like always, karena menyandang status penggila berat Paulo Coelho. Meskipun pada kenyataannya isi buku ini memang benar-benar terasa seperti manuskrip walaupun Paulo Coelho mencoba membuatnya sedikit interaktif dan memiliki alur sih.

Banyak sekali pembelajaran tentang kehidupan yang bisa kalian temukan di dalam buku ini. Beberapa peresensi mungkin akan menganggap buku ini adalah buku berat, tapi entah kenapa aku merasa buku ini tidaklah berat sama sekali. Buku ini cukup ringan dan mudah dicerna, namun juga mudah dilupakan, hahaha. Buku ini seolah-olah menasihati kita, dan jika kalian membacanya keras-keras mungkin akan terdengar seperti ibu kita. And tell me, seberapa banyak nasihat ibu kita yang kita ingat sampai sekarang? Nyaris tidak semua kan? Karena kita menemukan apa arti hidup ini ketika kita melakukannya.

Aku telah membaca semua buku Paulo Coelho yang telah diterbitkan di Indonesia. Aku merasakan ada yang berubah dalam diriku tapi sampai sekarang aku tidak tahu bagaimana caranya untuk benar-benar berubah. Semua buku Paulo Coelho menunjukkan arah namun tak ada satu pun yang menjelaskan bagaimana caranya karena cara itu harus aku temukan sendiri karena aku bermimpi dan itu mimpiku.

Hehehe, wah, malah curcol (semoga gak digetok Kak Azura) akhir kata empat bintang untuk buku ini ya. Buku ini sangat cocok bagi kalian punya banyak sekali pertanyaan dalam hidup karena buku ini pasti akan menjawabnya!