[Blogtour & Review] Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang – Gina Gabrielle

Gadis Penenun Mimpi Cover Thumbnail
 
 
Judul                     : Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang
Penulis                 : Gina Gabrielle
Penerbit              : Nulisbuku Jendela Dunia
Terbit                    : Cetakan pertama, April 2016
Tebal                     : 228 halaman
Rate                       : 4 / 5
 
 

“Pasir yang dianggap tak berarti bisa menjadi mutiara saat bertemu dengan kerang yang tepat.” Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang, hlm. 152

 

Hari itu sekonyong-konyong saja ada bunyi derak dari pelipir langit. Dunia Mimpi terancam hancur. Gerbangnya sedikit demi sedikitmelesap dan Kol. Ibri diperintahkan secara serta merta untuk mengevakuasi para penghuninya yang tengah mengalami luka Hati dan menyelamatkan Dunia Mimpi.

Ada empat bahan untuk menenun Mimpi: Benang Perasaan, Warna Keajaiban, Kegigihan, dan Hati. Gadis Penenun Mimpi termenung seorang diri. Di Ujung Pelangi, tempat paling dekat dengan langit, hatinya gundah. Memar Langit terlihat semakin menjadi. Namun, ia harus tetap memproduksi hal yang paling dibutuhkan Dunia Mimpi, yaitu: mimpi.

Sedangkan di Lembah Es, semua makhluk yang patah Hati tengah berupaya memperbaiki Hati mereka. Bagi Hati yang telah membeku, Dayahati akan segera menyingkap keluar dan membalut jiwa mereka dengan sosok bayangan.

Wujud laki-laki itu dikenal sebagai Kura-Kura Pengelana, membawa ukulele dan berkeliling kota memperlihatkan Hati bebasnya. Namun, kini Hatinya telah mati dan membeku. Kol.Ibri mengajaknya berkelana lebih jauh, melewati gerbang Istana Masa Kini demi menyelamatkan jiwa-jiwa lainnya yang punya hati lebih kelam darinya.

Read More »

Semusim, dan Semusim Lagi – Andina Dwifatma

17786176
 
 
Judul                     : Semusim, dan Semusim Lagi
Penulis                 : Andina Dwifatma
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                    : Cetakan pertama, April 2013
Tebal                     : 232 halaman
Rate                       : 4.5 / 5
 
 

“Jawabannya tertiup di angin. Itu bisa bermakna bahwa jawaban yang kaucari telah begitu jelas, seolah-olah ada di depan wajahmu sedari tadi, hanya kau tak menyadarinya. Kebanyakan manusia seperti itu. Karena sibuk emncari di luar, ia tidak menyadari apa yang dicarinya sudah ada dalam diri sendiri.”Semusim, dan Semusim Lagi, hlm. 102

 

Sehari setelah lulus SMA, aku menerima dua lembar surat. Yang satu adalah surat dari universitas swasta tempatku mendaftar sebagai mahasiswa jurusan Sejarah. Yang satu lagi adalah surat beramplop cokelat, dengan label namaku di bagian depan, namun tanpa nama pengirim di bagian atas.

Sayangnya, hari itu bukan hari yang tepat untuk bermain tebak-tebakan. Isinya membuatku mengerjapkan mata. Dari deretan kata yang tertulis di dalamnya. Tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang mengaku sebagai ayahku. Dan dari mana aku tahu itu benar?

Laki-laki itu tinggal di kota S. Di dalam amplopnya ia juga menyertakan kartu nama seorang teman, yang mana aku bisa menghubunginya jika ingin bertemu dengan ayah.

Semenjak kedatangan surat itu, aku selalu penasaran dengan sosok ayah. Aku bertanya ke ibu, tapi ibu malah marah dan menjerit kesetanan. Ia ingin aku enyah. Raib dari kehidupannya, setelah pertanyaanku mengenai kota S, kota tempat tinggal ayah.

Aku dijemput J. J. Henri, bawahan ayah, seperti yang tertera di kartu namanya. Ia membawaku ke sebuah rumah, yang katanya dibeli ayah beberapa tahun lalu. Lantas, mempertemukanku dengan Muara, putranya yang mengambil kuliah arsitektur di luar kota.

Muara punya wajah yang mulus. Dan aku menyukainya. Beberapa kali kepala kami bersentuhan saat sedang berbaring, beberapa kali aku merasa sangat ingin menciumnya. Kala itu, ketika Muara menciumku dengan tidak sengaja. Lantas, hal-hal tidak sengaja lainnya pun terjadi padaku, termasuk ketika tak sengaja menemukan Sobron, si ikan mas koki perliharaan Oma Jaya, duduk di meja makanku.

 
 
Read More »

Supernova: Gelombang – Dee Lestari

 

Judul                     : Supernova: Gelombang (Supernova #5)
Penulis                  : Dee Lestari
Penerbit               : Penerbit Bentang
Terbit                    : Cetakan pertama, 2014
Tebal                     : 492 halaman
Rate                       : 5 /5

 

 

“Saat ini, Anda adalah kain itu. Apa yang Anda cari tidak bisa ditemukan karena keterbatasan Anda sendiri. Bukan karena tidak ada.” Gelombang, hlm. 14

 

Pernyataan itu diterima Gio kala mencari Diva Anastasia di tengah hutan Cusco. Genap pada hari keempat puluh pencariannya mulai menemui jalan buntu. Diva memilih untuk hilang dan tidak pernah ditemukan; Gio bertemu dengan Amaru, seorang pria Aymara, yang memberikan segugus batu dan membuatnya mengingat, barangkali ia pernah mengenali pria asing itu.

Satu dekade sebelumnya, tepatnya di Sianjur Mula-Mula, Alfa (alias Ichon) menyaksikan atraksi besar itu. Suara gondang yang diaransemen tiupan serunai Bapak membuat bulu kuduknya berdiri. Eten dan Uton bisa saja saling sikut, tapi Alfa duduk merapat, ia melihat sosok itu di pojok rumah. Sosok hitam besar dengan manik kuning manyala. Ompu Togu Urat, orang sakti di desanya, menyebut makhluk misterius itu sebagai Si Jaga Portibi.

Mulai dari cakap senja, Ompu Togu Urat ingin mengangkat Alfa menjadi muridnya. Lantas memberinya dua gugus batu dan menyuruhnya menyimpan benda itu bak jimat. Sementara Ompu Ronggur Panghutur dari Tao Silalahi datang menjemput Alfa dengan tujuan yang sama, Alfa dibikin bingung. Siapakah yang harus ia pilih menjadi guru? Ompu Togu Urat atau Ompu Roggur dari Tao Silalahi?

 

“Hati-hati gelombang…” Nai Gomgom berkata terpatahkan. “Hati-hati air…” —Gelombang, hlm. 64

 

Kata-kata Nai Gomgom selalu terngiang di otak Alfa. Ia berkata bahwa persimpangan pertama yang harus pemuda itu pilih telah tiba. Tapi, Alfa malah memilih jalan yang salah. Ia menyaksikan Ompu Togu Urat mengkhianati janjinya dan bermaksud menenggelaminya di tengah telaga. Perasaan itu selalu menghantui Alfa, bahkan kala ia memejamkan mata. Alfa masih mengingat rasa sakit yang mencekik lehernya. Pemuda itu menjadi takut tidur. Ia mulai terjaga lebih lama di kala malam dan hanya memanfaatkan waktu ringkas di kala terang untuk tidur ayam.

Hingga keluarga Alfa memutuskan untuk bertolak ke Jakarta, secara kebetulan seorang Gultom, kenalan Bapaktua dari Amerika, menawarinya untuk bersekolah di Hobokken, tak jauh dari New York, kota besar yang selalu menjadi mimpi Alfa. Sebuah kota yang tak pernah tidur. Alfa berangkat ke Hobokken tanpa surat-surat yang jelas dan membuatnya menjadi seorang imigran gelap. Namun, di balik sebuah status, Alfa yang jenius, berhasil meyakinkan Tom Irvine untuk bekerja di Andromeda Capital.

Kesukesesan Alfa membuatnya lupa akan kepelikan waktu tidur yang dimiliknya. Pada suatu malam, kehadiran seseorang wanita asing bernama Isthar memicu Alfa untuk menghadapi alam yang selama ini ia hindari, yaitu alam mimpinya. Yang nyatanya menyimpan rahasia masif yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

 

Read More »

Lelaki Harimau – Eka Kurniawan

 

Judul                     : Lelaki Harimau
Penulis                  : Eka Kurniawan
Penerbit                 : Gramedia Pustaka Utama
Terbit                     : Cetakan pertama (cover baru), Agustus 2014
Tebal                      : 190 halaman
Rate                        : 5 /5

 

Senja itu seperti bunga tidur, menjelajahi sebuah lanskap sureal, maka kita akan bertemu dengan Margio, seorang bocah penggiring babi yang membuat seluruh penduduk bertanya-tanya. Pasalnya, di kala seharusnya ia rehat menunggu musim berburu, Margio malah terlibat dalam intrik targedi pembunuhan yang paling brutal.

Anwar Sadat ditemukan dengan keadaan naas. Telentang dengan mata membelalak di atas limpasan darahnya sendiri. Lehernya terburai. Sekalipun sebilah parang, besatan lukanya takkan sedalam itu. Semua orang bilang Margio pembunuhnya, ia bahkan menggigit urat leher lelaki paruh baya itu hingga putus.

Sungguh tak bisa dipercaya, Mameh, adik perempuannya, selalu tahu, Margio ingin membunuh ayah mereka sendiri. Sudah bertahun-tahun ia memupuk dendam itu. Melihat Nuraeni, ibu mereka, disiksa tiap hari. Margio sungguh ingin menghabisi nyawa Komar bin Syueb.

Harimau itu putih serupa angsa, ganas sebengis ajak. Margio melihatnya mengendus jemari kakinya. Ia teringat mimpi kakeknya terdahulu, seseorang pernah bercerita, kalau kakeknya dulu menikahi seekor harimau putih nan jelita. Tapi, di kala bangun, harimau itu raib. Dan di kala senja itu tiba; semua warga menghakiminya sebagai pembunuh, Margio menjawab, “Bukan aku yang melakukannya. Ada harimau di dalam tubuhku.”

Read More »