To Kill a Mockingbird – Harper Lee

25124132
 
 
Judul                     : To Kill a Mockingbird
Penulis                  : Harper Lee
Penerjemah         : Femmy Syahrani
Penerbit               : Penerbit Qanita
Terbit                    : Cetakan pertama, September 2015
Tebal                     : 396halaman
Rate                       : 4/5
 
 

“Kau boleh menembak burung bluejay sebanyak yang kau mau, kalau bisa kena, tetapi ingat, membunuh mockingbird—sejenis murai bersuara merdu—itu dosa.”To Kill a Mockingbird, hlm. 135

 
 

Bagi Scout, keseruan hidupnya baru dimulai ketika ia hendak beranjak enam tahun—tatkala Scout dan Jem, kakak laki-lakinya, merekrut Dill sebagai anggota baru mereka. Dill adalah keponakan Bibi Rachel yang hanya tinggal di Maycomb sepanjang musim panas. Namun, di musim panas itu, Jem begitu bangga ketika menemukan anak laki-laki yang pantas untuk mengungkap rumah horor milik keluarga Radley.

Jem menantang Dill untuk memancing Boo Radley keluar dari rumah singgahnya. Boo Radley bukanlah sosok yang ramah. Dan anak-anak di Maycomb sudah tahu, kalau Boo baru akan keluar kala malam turun.

Usia enam tahun bagi Scout adalah masa ketika ia bisa bermain dengan kakak laki-lakinya dan laki-laki yang baru saja ‘melamar’-nya. Tapi, keadaan serta-merta berubah ketika Atticus Finch, sang ayah, ditunjuk oleh Hakim Taylor untuk membela seorang berkulit hitam bernama Tom Robinson, yang mana pada zamannya kaum berkulit warna selalu dianggap sebagai sampah masyarakat.

Scout tak pernah mengerti mengapa para teman dan kerabat memanggilnya dengan sebutan “pencinta nigger”. Hingga kala dirinya, Scout dan Dill menyelinap ke ruang pengadilan dan menyaksikan hal yang sesungguhnya terjadi.

 
 
Read More »

The Final Note ‘Pesan-Pesan Cinta’ – Kevin Alan Milne

 
 
Judul                     : The Final Note ‘Pesan-Pesan Cinta’
Penulis                  : Kevin Alan Milne
Penerjemah         : Riana Irawati
Penerbit               : Penerbit Qanita
Terbit                    : Cetakan pertama, Juni 2012
Tebal                     : 484 halaman
Rate                       : 4/5

 
 

“Kami serba kekurangan, tapi tidak masalah sebab kami saling memiliki satu sama lain dan merasa bahagia.” —The Final Note ‘Pesan-Pesan Cinta’, hlm. 12

 

Lebih banyak janji, lebih banyak lagi kebohongan yang coba Ethan Bright buat. Ia enggan melihat Karl, gitar pemberian Gradpa Bright, teronggok di sudut ruangan. Benda uzur yang  tak ayal mengingatkannya pada janji-janji itu—janji kepada Octavius, janji kepada Grandpa Bright, janji kepada Tuhan, dan janji kepada Annaliese Sang Istri—di selembar kantung muntah sepulang ikrar nikahnya.

Janji-janji itu kian memudar di benak Ethan. Janji yang semula ia praktikan sehari-hari, lama-kelamaan malah balik meneror dan menarik dirinya pada kenangan di masa lalu. Ethan Bright bertemu dengan Annaliese di Kota Wina, tempatnya menempuh pendidikan pascasajana. Bertualang bersama petikan merdu milik Karl; ia berhasil membuat Annaliese terpukau. Ethan menikahinya setahun kemudian. Ia pikir menikahi Annaliese adalah keputusan yang paling tepat.

Namun, seiring berjalannya waktu, beringsut dari Kota Wina, keduanya menghuni sebuah kondo di Florida.  Menakodai rumah tangga jauh lebih sulit dari yang Ethan bayangkan. Lebih banyak tanggungjawab, tuntutan, dan keputusan yang membuatnya dilema. Setiap alur kehidupan, Ethan dan Annaliese berhasil lewati, banyak tangis, tetapi alunan dawai Karl selalu dapat menghibur keduanya.

Pun dengan kehadiran Hope dalam kehidupan mereka. Hope merupakan separuh jiwa Annaliese yang membuatnya tetap bahagia. Tetapi, dengan keberadaan Hope, Ethan sadar, keluarganya menutut lebih. Terutama dari sisi finansial. Perusahaan iklan mengabulkan keinginannya, Ethan naik ke posisi GM dengan segala embel-embel gaji yang dua kali lipat lebih besar, tetapi satu yang harus ia korbankan, yaitu waktu bersama keluarganya.

 

“Tidak. Aku hanya melihat banyak dan banyak lagi ruangan putih yang kacau. Itu mengingatkanku pada pernikahan kita.” The Final Note ‘Pesan-Pesan Cinta’, hlm. 212

 

Ethan menjadi sangat sibuk dan nyaris melupakan istrinya berikut dengan janji-janji itu. Tak ada lagi petik dawai milik Karl setiap malam alih-alih caci-maki. Terlalu banyak kebohongan yang ia coba rakit untuk meyakinkan Hope bahwa ia akan pulang kala ulang tahunnya yang kedelapan. Tapi, siapa yang tahu kapan Tuhan akan menegur. Malam itu Ethan memang berhasil membuat Annaliese membeli gitar yang ia janjikan untuk Hope, namun tanpa sadar ia malah membuat Annaliese terlibat dalam sebuah kecelakaan yang mematikan.

Read More »