Judul : Maneken
Penulis : SJ. Munkian
Penerbit : Penerbit Republika
Terbit : Cetakan pertama, September 2015
Tebal : 181 halaman
“Pada akhirnya aku mengetahui bahwa sebenarnya manusia tak Cuma tercipta dari segumpal darah saja. Lebih dari itu, manusia juga tercipta dari kumparan ego paling murni yang bisa-bisa tak tertahankan.”—Maneken, hlm. 171
Semuanya bermula dari balik kaca etalase Medilon Shakespeare, saat Claudy diletakkan sebagai boneka pajangan musim itu. Sophie, sang pemilik, secara resmi mengambil alih toko Medilon Shakespeare dan berencana merombaknya sesuai dengan tema dari tiap musim.
Claudy yang kepalang senang menjadi maskot Medilon Shakespeare nyatanya harus dipasangkan dengan Fereli, sebuah maneken dari Perancis. Claudy tak menyukai boneka Perancis itu, dengan aksennya, dan serta-merta Fereli merebut teritori kebanggannya di etalse toko. Namun, dengan keramahan Fereli, lambat-laun hubungan keduanya menjadi dekat. Claudy dan Fereli selalu bekerja sama untuk menghibur para pengunjung toko dengan menghadirkan pose-pose layaknya sepasang kekasih.
Melalui konsep toko, Sophie memang ingin menghadirkan sepasang maneken yang mewakili hubungan percintaannya dengan seorang pria Perancis bernama Bailey Fereli. Sayangnya, Bailey Fereli miliknya malah ingkar janji. Pertunangan keduanya yang tinggal hitungan hari kandas dengan begitu mudah.
Sophie yang berang pun gelap mata. Ia benci Fereli. Benci sekali. Sampai-sampai menculik maneken dari etalase toko, meminjam pemantik Vince, dan mengambil sebotol minyak.
Jangan katakan ia hendak melakukan sesuatu di luar akal sehat.
Sebagai sebuah karya debut, SJ. Mukian bisa dibilang brilian mencari celah. Mengambil sebuah tema roman, kemudian meramunya dengan sedikit serbuk fantasi. Dan jadilah sepasang tokoh yang begitu unik, sampai-sampai jarang terpikirkan oleh penulis lain. Selain tema roman-fantasi, kisah Fereli sendiri pun sedikit menyerempet ke cerita petualangan. Mirip cerita Pinokio yang legendaris.Lewat sudut pandang sepasang maneken, SJ. Munkian ingin mengekspos sikap manusia yang egois, yang seringkali hanya memikirkan diri sendiri. Tak peduli pada orang lain, terlebih benda mati. Tapi, bagaimana jika benda mati tersebut malah memiliki hati dan dapat berbicara?
Dunia yang diciptakan SJ. Mukian sudah kentara magisnya. Maneken-maneken di Medilon Shakespeare diwujudkan dengan beberapa kemampuan dasar, yang mana mereka dapat bercakap-cakap dan bergerak (jika tidak orang yang melihat).
“Betapa kami—bangsa maneken—tak sekadar diam dan bendawi, betapa kami mampu, mampu memahami percakapan manusia dan seperti yang kau saksikan antara aku dan Fereli, kami pun bisa bercakap-cakap. Kami meniru percakapan mereka. Oh… betapa kami diberkati. Memiliki kemampuan yang tak disadari oleh para manusia dan sulit untuk dijelaskan.”—Maneken, hlm. 39
Munkian membangun dunianya melalui tutur kata yang terbilang kaku dan cenderung mendayu-dayu. Di buku pertamanya, ia bercerita dengan gaya bercerita yang mirip novel terjemahan. Pemilihan diksinya sedikit tinggi dan puitis sehingga sebagai kesan pembuka, alurnya terasa bertele-tele. Permainan narasinya lebih mendominasi ketimbang dialog. Dan sebagai seorang narator, Claudy mencoba menjelaskan latar tempat di balik etalase Medilon Shakespeare dengan begitu detail, presisi, begitu juga dengan para penghuni yang menjalankan toko tersebut.
Lewat keunikannya dalam bercerita, saya pun turut memerhatikan judul-judul bab yang membagi bagian kisah percintaan Claudy dan Fereli. Dari banyaknya bab, SJ. Munkian memilih kata kerja pasif, seperti: “diletakkan”, “diperlihatkan”, dan kosa kata sejenis. Lalu dari bab-bab tersebut, penulis merangkumnya sebagai lima bagian yang dinamai sesuai musim pakaian yang akan dipajang di etalase toko. Hal kecil yang menurut saya, sangat baik dan manis untuk dijadikan sebagai latar belakang cerita.
Sayangnya, dari ide yang baik, saya menangkap beberapa perpindahan gaya bercerita yang terlalu cepat di pertengahan. Menanggapi jumlah bab yang terbilang banyak tapi memiliki durasi yang pendek, kadang sebagai pembaca, saya masih berusaha untuk menggali suasana dari sebuah segmen, tapi secara tidak langsung malah harus tergusur ke bab selanjutnya. Perpindahan sudut pandang berceritanya pun terkesan agak berantakan di bagian belakang, yang mana, narator yang menjadi pendongeng di “Maneken” bukanlah Claudy seorang, Fereli yang menjadi pendatang baru rupanya memiliki petualangannya sendiri. Dengan begitu, perpindahan sudut pandang menjadi tidak dapat diprediksi, bukan per bab, melainkan per sub-bab dengan pola yang melompat-lompat.
“Maneken” memiliki alur maju mundur yang lebih didominasi dengan alur maju. Walau sesekali ada beberapa kejadian lalu yang ingin dibahas, namun pembahasan alur mundur tersebut agak berkesan sedikit dipaksakan. Dengan mode italic yang bersifat sebagai adegan napak tilas, kemudian diselipkan di tengah kejadian yang beralur maju. Mungkin penulis bisa menyatukan alur mundur tersebut ke dalam sebuah narasi beralur maju, dengan begitu pembaca bisa menikmati dua adegan sekaligus tanpa terkesan ada ‘patahan’ di antara dua alur.
Jika di bagian awal, “Maneken” terasa bertele-tele dengan introduksi yang panjang lebar. Di pertengahan, saat Claudy dan Fereli berusaha membuka diri masing-masing. Adegan tersebut terasa diburu-buru. Saya berharap dekatan keduanya dieksplor dari hari ke hari, seperti sebuah fase yang mana benci menjadi cinta secara natural. Karena untuk alasan cinta mati, agaknya keduanya harus melalui sebuah konflik besar supaya menjadi latar belakang yang relevan untuk perjuangan cinta Fereli di bagian klimaks.
Namun, untuk bagian klimaks sendiri, saya rasa, bagian ini benar-benar dapat membuat saya berjengit. Secara latar belakang, konflik, dan perubahan karakter Sophie diulas secara matang. Dan pendeskripsian hal terkecil pun dapat diceritakan oleh sudut pandang Fereli dengan runut dan detail, sehingga menghadirkan suasana yang menegangkan.
Sebagai buku yang diceritakan dari dua sudut pandang, penokohan menjadi hal yang perlu diperhatikan pada novel “Maneken”. Dari gaya berceritanya, Claudy dan Fereli adalah dua sosok yang nyaris sama, sulit dibedakan. Tapi lewat latar belakangnya dari banyak penyelipan bahasa Perancis lewat dialognya, pembaca bisa mengetahui, Fereli adalah maneken yang berkebangsaan Perancis. Dan yang menjadi hal menarik bagi Claudy (walau sebelumnya saya pikir ini menjengkelkan), Claudy adalah sosok yang selalu menggebu-gebu, mudah marah, mudah protes, tapi mudah juga dibikin senang. Berbeda dengan Fereli yang kalem, ramah, dan lebih penyabar.
Kendati, Sophie—sebagai sosok manusia—menjadi karkater yang dinomorduakan dalam “Maneken”, tetapi Sophie malah menjadi karakter kesukaan saya. Teknik hebat yang sajikan oleh penulis, mampu membuat Sophie yang awalnya seorang karakter protagonis, menjadi karakter yang egois dan gelap mata akibat patah hati.
Dan dengan nama yang kebarat-baratan, maka sudah dapat ditebak, latar manakah yang dipilih SJ. Munkian untuk novelnya yang bertajuk “Maneken”? Kalau judulnya terbilang sangat Indonesia, tapi latarnya memang sebuah latar Eropa, dengan nama-nama yang diculiknya dari cerita klasik Shakespeare yang diplesetkan seperti: toko Medilon Shakespeare, Capulatte Cafe, dan dekorasi Montague. Tapi, dengan nama-nama barat tersebut, gaya bahasa yang kaku dan mendayu-dayu, SJ. Munkian memang dapat menjebak pembaca untuk dapat percaya, kalau cerita yang dituturkannya memang terjadi di luar negeri.
Secara keseluruhan, sebagai sebuah karya debut, “Maneken” sungguh dapat diacungi jempol. Dari segi pemilihan ide, SJ. Munkian bukan penulis yang mengambil tema-tema mainstream, kendati demikian, dengan adanya nuansa roman, “Maneken” pun dapat menarik perhatian dan diterima di banyak kalangan pembaca.
Bagi pembaca yang gemar membaca karya-karya terjemahan, sudah pasti terhibur dengan “Maneken” karya SJ. Mukian ini, selain tutur bahasanya yang indah, esensi ceritanya bukan terbilang bagus dan ringan.
- Event ini hanya untuk teman-teman yang berdomisili di Indonesia.
- Follow twitter @sjmunkian dan @frostbitiggy
- Like Fanpage Penerbit Republika di Facebook
- Share link blogiveaway ini di timeline Twitter dengan hashtag #MANEKEN. Mention @sjmunkian, dan @frostbitiggy
- Menonton dan mengomentari trailer buku “Maneken” juga bisa memperoleh tambahan poin lho.
- Dan jawab pertanyaan ini di kolom komentar dengan menuliskan nama, email, dan akun twitter:
Mengapa kamu ingin mendapatkan novel Maneken?
- Event giveaway ini hanya berlangsung selama empat hari 26 Desember 2015-29 Desember 2015.
- Dua orang yang beruntung masing-masing bakal mendapatkan buku “Maneken” karya SJ. Munkian secara gratis yang langsung dikirim dari penerbit.
- Dua orang pemenang bakal diumumkan tanggal 31 Desember 2015.
**UPDATE**
NM Rayanti Sari Dewi
(@biblionervosa)
Evita
(@evitta_mf)
Nama: Abduraafi Andrian
Email: oughmybooks@gmail.com
Akun twitter: @raafian
Alasan ingin membaca ini: (1) fantasi dan (2) maneken, apa itu maksudnya? Benda mati saling jatuh cinta? Dan (3) terinspirasi dari lagu Letto? Berikan bukunya padaku. Aku mohon.
nama: Filza Isnaini
email: filzaisnaini@gmail.com
akun twitter: @moliahkalimasyo
Ini pertama kalinya akan membaca karya beliau, dan penasaran bukan main dengan style penulisan beliau.
Nama: Sin Shaen
Email: shaensin@gmail.com
Akun twitter: @sinshaen
Jawaban;
Saya ingin mendapatkan novel ini karena setelah membaca review di post ini saya sangat tertarik dengan ide cerita yang unik dan absurd di mata saya. Saya adalah penggemar novel Indonesia dengan tema unik dan absurd pun yang kaya diksi (seperti dituturkan dalam post ini lebih meyakinkan saya bahwa khasanah kosakata dalam novel ini akan semakin memperkaya perbendaharaan kata pembacanya). Dan, penulis baru patut mendapatkan perhatian dengan cara mengapresiasi karyanya.
Terima kasih. ^^
Nama: Lia Agustin
Email: agustinlia625@gmail.com
Twitter: @lia_agustiin
Alasannya:
1. COVERNYA CANTIIIIIK BANGET. 2. Takjub sama idenya ♡ Penasaran bagaimana kak SJ Munkian membawakannya 🙂
3. Karena aku fantasy lovers.
4. Tergugah sama filosofi mengenai perasaan benda mati, dan bagaimana jika mereka menyuarakan hati mereka.
5. Mana tau setelah membaca buku ini, aku mulai mengurangi rasa sepele pada benda-benda di sekitar, mati atau pun hidup.
6. Lalu kalau liat maneken di mal atau di butik, bisa say hi HAHA (bercanda)
7. Trailernya keren :)) jadi bikin tambah penasaran.
Nama: Eka Sasining Putri
e-mail: ekasasie@yhoo.co.id
Akun twitter: @cha_ichie
Ide cerita penulis menarik, saya belum menemui karya demikian yang menjadikan benda mati, terutama maneken, sebagai central sekaligus protagonis cerita. Saya penasaran bagaimana penulis membangun kisahnya yang anti-mainstream. Selain itu, beberapa kutipan kisahnya semakin menggoda saya untuk membacanya secara keseluruhan.
Nama: Puspa Imanda
Email: imandapuspa01@gmail.com
Akun Twitter: @OephaIm
Alsan ingin buku ini?
Jawabanku sama seperti jawaban di dalam give away yang di adakan di blog lain.
Aku sangat penasaran bagaimana penulis menuliskan cerita ini. Terutama alur, sudut pandang dan cara beliau menulis. Karena aku juga agak aneh… Kenapa penulis mengambil benda mati sebagai tokoh utamanya dan bagaimana cerita itu akan berlangsung jika tokoh utamanya hanyalah sebuah benda mati?
Nama: Fadilla Sukraina
Email: Fadillasukraina17@gmail.com
Akun twitter : @fadilla_skrn17
Hi.
I’m a manequin girl from indonesia. I’ve lost by boyfriend you two years. He is a manequin boy from France. His name is Fereli. And, I think i can find him on this book. So, give it to me, please? I miss him so much.
Nama: Aulia
Email: auliyati.online[at]gmail[dot]com
Twitter: @nunaalia
Mengapa kamu ingin mendapatkan novel Maneken?
Ide cerita novel ini unik dan kreatif, menjadikan maneken sebagai objek cerita sepertinya aku baru baca dari novel ini. Walaupun mungkin bukan yang pertama karena sudah banyak film animasi seperti Toy Story yg mengisahkan benda mati (boneka) yang bisa berbicara, dalam dunia mereka sendiri tentunya. Dan membaca beberapa review dari para blogger tentang novel Maneken ini, tentu saja membuat aku semakin penasaran dengan kisah lengkapnya. Karena itu aku bergabung dengan para hunter kuis yang lain untuk bisa mendapatkan novel ini di rangkaian blog tour dan giveawaynya. Karena dapat giveaway novel lewat blog tour kayak gini tuh seru banget!
Nama: Nila Faizatun Nikmah
Email: nnilafaizatun@yahoo.co.id
Twitter: @nila_nfaiza
Mengapa kamu ingin mendapatkan novel Maneken?
Masih sama dengan pertanyaan di blog lain. Yang pasti novel ini recommended banget buat yang suka sama tema yang anti-mainstream. Bayangin aja cerdasnya penulis bikin cerita tentang maneken yang dipajang di etalase. Pertanyaan pertama yang mucul: apa yang mau diceritain tentang maneken yang dipajang di etalase? Ternyata oh ternyata gokilnya penulis nyeritain kisah percintaan sesama maneken. Terserah deh endingnya kayak gimana, bagi aku yang menjunjung tinggi ending yang harus happy, harus punya novel ini. Meskipun nanti bakal sad ending, aku juga gak bakal nyesel baca novelnya, karena novel mana lagi yang temanya anti-mainstream kayak gini? Apalagi novel Indonesia, kan?
Nama: Riqza Nur Aini
Email: moha3451(at)gmail(dot)com
Twitter: @riqzanainiee
.
.
Mengapa??
Hmm,kenapa ya?
Novelnya bagus sih,mengangkat tema yang unik dengan menggunakan POV sebuah benda mati.Gimana jadinya ya,jika sebuah benda mati itu hidup dan bertingkah layaknya manusia biasa??Satu misteri telah terbaca,tapi apakah teka-teki dalam fikiranku itu bisa dilewatkan begitu saja??Tentu tidak,aku akan tetap melanjutkannya dengan ikut giveaway #MANEKEN ini.Udah ikut dari awal sih,tapi ngga menang-menang.Semoga disini bisa menang.
Semoga kakak melirik harapanku,makasih.
Nama : Lintang Irnawati
E-mail : lintangirnawati@gmail.com
Twitter: @Lintang_Ns
Mengapa kamu ingin mendapatkan novel Maneken?
Ada hal yang menarik dari buku maneken ini yang membuat aku ingin mendapatkannya. Jujur aku bukanlah fanatic novel bergenre fantasi, karena terkadang imaginasi otakku tidak sampai ke titik imaginasi penulis. 😀 Makanya, aku lebih suka nonton film fantasi dibandingkan membaca novelnya. Namun, novel maneken ini berbeda. Dengan bantuan dua trailer yang dibuat sedemikian misteriusnya,, membantuku untuk berimaginasi lebih tinggi dari biasanya. Sehingga aku ingin mendapatkan novel ini supaya aku bisa menuntaskan imaginasiku. hehehe 😀 Dan semoga buku maneken ini bisa memancingku untuk mulai menyukai genre fantasi .
Aku bukan orang fantasy, maksudku–aku lebih tertarik dengan roman. Dan SJ. Munkian telah meng-mix dua hal itu. Selain aku berharap bisa mengasah kemampuanku memahami fantasy lebih dalam ini juga bisa menjadi santapan lezat, teman baca yang menusuk. Well, semoga aku punya kesempatan memilikinya. Aku sudah siap menyelam…
😀
Nama: Nia Halverson
Email: Niahalverson23@gmail.com
Twitter: NHalverson23
Nama: Putri Prama Ananta
Email : anantaprama@yahoo.co.id
Twitter: @putripramaa
Mungkin alasanku udah mainstream banget, yak. Aku pengin dapat novel ini karena aku penasaran dengan cara Fereli dan Claudia memperjuangkan cintanya. Aku penasaran dengan endingnya, apakah mereka berdua berhasil memperjuangkan cintanya?
Jujur, yg bikin aku tertarik dengan novel ini sebenarnya bagian judul bab yang menarik itu, pakai kata kerja pasif. Judul babnya unik. Selain itu, aku ingin mendapatkan novel ini karena trailer dan covernya yang dua acungan jempol.
Yang terakhir, karena aku belum punya novelnya, aku ingin dapetin novelnya. Kalau aku punya aku nggak akan ingin dapatkan novelnya. Hehehe.
Terima kasih untuk giveawaynya, Kak Anastasia, semoga aku beruntung. 🙂
Naning Pratiwi
@chelseas_lovers
chelsea_lovers83@yahoo.com
Pengen banget baca. Seperti yang sudah dibahas, ide ceritanya unik. Dari trailernya aja udah bikin penasaran. Bayangin, gimana benda mati ternyata punya perasaan kayak manusia.
Dari covernya pun udah membuat tanda tanya besar. Kalau pasangan pengantin, terus apa Freile dan Claudia akan begitu??? 😀 😀
Penasaran penasaran 😀 😀
Nama: Aya Murning
Email: ayamurning@gmail.com
Twitter: @murniaya
Karena novel ini mengusung tema fantasi dari benda mati, dari maneken. Intersting! Kadang sebuah cerita yang dimainkan oleh benda mati terasa lebih ‘jujur’ daripada oleh karakter manusia yang penuh kebohongan, kepura-puraan, dan deramah di sana-sini. Euh, aku masih ngebayangin bagaimana cara maneken-maneken itu bercakap dan berinteraksi satu sama lain. Apa benar mereka akan hidup seperti di MV lagu Gee dari SNSD? 😀
nama : Mukhammad Maimun Ridlo
email : maimun_ridlo@yahoo.com
akun twitter : @MukhammadMaimun
Mengapa kamu ingin mendapatkan novel Maneken?
1) Tertarik dengan video trailer yang dibuat. its so different, unique and interested.
2) pengen masuk ke dunia “maneken” ….
3) karya debutan, tapi sudah semenarik ini ??
4) kayaknya beda dari novel lain. La disitulah akan kucari perbedaannya
Nama : Nova Indah Putri Lubis
Email : n0v4ip[at]gmail[dot]com
Twitter : @n0v4ip
Link Share : https://twitter.com/n0v4ip/status/681753453262016513
Saya ingin membaca kisah cinta antara Claudi dan Fereli dan saya ingin ikut merasakan perjuangan keduanya dalam menggapai cinta mereka. Meski mereka benda mati, tapi perasaan yang mereka miliki jauh lebih murni menurut saya ketimbang perasaan manusia itu sendiri. Ditambah keduanya berani memperjuangkan cinta mereka, itu yang bisa saya tangkap dari beberapa review yang saya baca. Rasanya saya sangat tertohok, ketika bahkan saya sendiri selaku manusia yang diciptakan dengan akal dan juga perasaan, bisa kalah dalam memperjuangkan cinta nya dengan benda mati. Semoga berjodoh dengan giveaway kali ini dan semoga saya bisa membaca serta ikut merasakan perjuangan cinta Claudi dan Fereli…. :’)
Terima kasih ^^
Nama: NM Rayanti Sari Dewi
Email: biblionervosa(at)gmail(dot)com
Akun twitter: @biblionervosa
Mengetahui penerbitnya (penerbitnya tidak sembarangan menerbitkan buku, saya kira), membaca blurbnya di goodreads, melihat trailer bukunya, membaca review lengkapnya di blog Jane & Her Bookienary (yang biasanya ngasih penilaian obyektif) ini, saya jadi ingin punya buku ini, biar bisa ngebawa ke pertemuan klub fiksi di kotaku buat dibahas. Kayaknya klub fiksiku butuh nge-estafet reading buku ini, deh :’)
Nama: Rosyida Salsabila
Email: Rosyidasalsabilaa@gmail.com
Akun: @Penulis24
Pertama: Dari review yang saya baca, novel ini memiliki daya tarik yang luar biasa bagi mereka yang belum membacanya. Tak terkecuali saya, padahal saya baru saja membacanya, namun sungguh penulis mampu membuat saya penasaran dengan bagaimana kisah tokoh utama selengkapnya.
Kedua: Unik. Yaps! Ini novel bener-bener unik. Bayangin, seorang maneken yang kita tahu cuma benda mati ternyata punya perasaan layaknya manusia. Wah! Dalam novel ini, para pembaca akan disuguhkan sudut pandang baru yang tentunya sangat menarik.
Ketiga: Sampulnya. Yah sebenarnya ada kata-kata bijak yang bilang, kalau kita nggak boleh menilai buku dari sampulnya. Tapi mau gimana, kita kan kalau lihat buku, pasti pertamanya lihat sanpulnya. Dan novel maneken ini punya magnet yang luar biasa dari desain sampul yang kece banget.
Keempat: Judul per babnya yang bikin jidatku mengkerut. Ini beneran judulnya cuma berupa kata kerja. Sial, nih penulis kreatif banget!! Oh i hope, that i can read this book.
Kelima: Novel ini punya cita rasa baru dalam penyajian novel romance. Kalau biasanya kita dijejali banyak kisah cinta manusia yang cenderung punya pola yang sama. Penulis lagi-lagi melakukan hal nyeleneh yaitu menyajikan kisah percintaan maneken. Yang ternyata, dari review yang saya baca punya banyak konflik bahkan ada selipan misteri-misteri di dalamnya.
Keenam: Sudut pandang. Kenapa kok sudut pandangnya buat aku semakin dan semakin tertarik sama buku ini. Because, nggak nyangka aja gimana seorang maneken menceritakan sebuah kisah.
Ketujuh: Oke ini udah ketujuh, walau sebenarnya masih ada banyak alasan tapi oke alasan yang ketujuh adalah novel ini mengandung unsur misteri dan punya ending yang menegangkan. Whoooa! Kan makin pengen sama buku ini. Oh my god. I must have it, please. ;;)
Kedelapan: Dari review sebelumnya yang pernah saya baca, katanya novel ini cocok buat yang suka puisi dan penulisnya filisofis ya? Oh my god, ini novel kayaknya keterlaluan banget bikin orang ngiler.
Kesembilan: Penulisnya, well kenapa kok penulisnya bikin aku tertarik sama buku ini. Gini ya, nama penulisnya itu menurut aku kurang lazim, tapi nggak tahu kenapa itu malah menjadi nilai plus. Apa gara-gara namanya yang unik itu, efeknya dia bisa bikin novel unik gini ya? Hmmm. Jadi penasaran sama penulisnya deh.
Kesepuluh: Aku penasaran gimana cara maneken-maneken itu memperjuangkan cinta mereka. Well i think stop in the here. Kalau diterusin bisa panjang.
Kalau ditanya kenapa saya ingin buku ini. Bassicly, I really like reading. Dan buku ini sepertinya dapat memberi sensasi baru untuk daftar buku bacaan saya. Bila saya biasa membaca buku tentang kisah cinta dua anak cucu adam, maka kali ini buku yang ditulis oleh SJ. Munkian ini, menawarkan tema unik yang mengusik rasa penasaran saya. Tentang sebuah kisah cinta yang secara harfiah dialami oleh sebuah benda mati, namun ternyata memiliki perasaan layaknya makhluk bernyawa. Novel ini, tentunya juga akan mengingatkan kita pada sebuah kata bijak Albert Einstein yakni, “Logika hanya akan membawamu dari a ke b, sedangkan imajinasi mampu membawamu kemanapun tak terbatas a ke b atau b ke c.”
Kenapa novel ini mengingatkan saya dengan kata bijak tersebut? Sebab novel ini setidaknya akan mampu merayu pembacanya untuj sejenak melupakan dunia yang terlampau serius ini dan membiarkan dirinya bermain-main dengan imajinasinya. Hati saya akan sangat bahagia, bila saya diberi kesempatan untuk membaca buku ini. Semoga Tuhan menghendaki .Amin
Nama: Evita
Twitter: @evitta_mf
email: evita.mf27@ymail.com
link share: https://twitter.com/evitta_mf/status/681850656315949056
Q: Kenapa kamu ingin buku ini?
Kayanya aku udah jawab hal serupa untuk pertanyaan yang sama beberapa kali.
Iya, karena aku udah ngikutin blogtour ini berkali-kali dan belum menang juga.
Gigih dan niat banget ya hehe… XD
Kenapa sih aku ngikutin blogtour ini sampe 6kali pemberhentian, itu semua karena aku udah baca reviewnya diblog-blog sebelumnya. Dan diblog ini rasa penasaranku semakin bertambah. Ini novel fantasi yang ditulis oleh penulis lokal, aku ingin sekali baca dan penasaran dengan isinya.
Unik sekali mengambil benda maneken sebagai tokoh dalam novel ini. Aku sih pernah baca cerpen tentang manusia yang jatuh cinta dengan maneken. Dan di novel ini berbeda, maneken dan maneken saling jatuh cinta. Mereka seolah-olah hidup dan memiliki perasaan. Gimana aku nggak penasaran pingin baca, kan?
Jujur, di blogtour sebelumnya aku nggak pernah nonton trailer novelnya, dan di blog ini aku akhirnya nonton. setelah videonya berhenti, yang keluar dari mulutku itu cuma “WAH KEREN”.
ada rasa nyesel juga nggak nonton dari awal. Iya, ini keren banget. Apalagi pas bagian akhir, matanya seperti manusia. Apa akhir novel ini maneken jadi manusia juga?
Ah entahlah…. Aku penasaran…. Kasih satu kak novelnya buat aku… hehe..
Nama : Agatha Vonilia Marcellina
E-mail : agathavonilia@gmail.com
Akun twitter : @Agatha_AVM
Aku penasaran sama toko fashion milik Sophie yang menjadi saksi bisu kisah percintaan Claudi, Fereli dan Sophie, sang pemilik toko. Aku juga nggak kepikiran lho kak kalau si penulis suka karya Shakespeare meskipun dari nama tokoh milik Sophie. Medilon Shakespeare, Capulatte Cafe, dan dekorasi Montague teringat novel horror terjemahan dari Jepang. Ah … aku jatuh cinta sama settingnya. Setting kan mendukung banget suatu alur cerita, biasanya setting yang bagus akan menambah keindahan alur cerita. Bahasanya juga terpengaruh oleh unsur klasik juga ya. Aku mau mengomentari tentang perpindahan sudut pandang, kalau menurutku penulis itu hanya menuliskan yang ingin dituliskannya. Jadi, inilah yang berbeda dan mungkin editor juga berpikir sama sehingga dibiarkan seperti itu serta malah bikinnnn antusias bangett. Aku jatuh cinta sama setting dan paling penting adalah alur ceritanya is so awesome. Ada lagi awalnya aku pikir ini tema mainstream ternyata bukan. Hanya mengganti bentuk tokohnya saja. 🙂
Nama : Ratih Mulyati
Email : ratihmulyati02@gmail.com
Twitter : @Jju_naa
Kenapa? ok, ekhem,
Aku orang yang sering bertualangan baca cerita-cerita online, dan sekarang tongkrongan aku itu wattpad. Nah, selama bertualang itu aku sering ketemu -cuma beberapa si- dengan cerita yang menjadikan benda sebagai tokoh utamanya -aku lupa sebutannya. Dan aku seneng banget -favoritla- karena itu unik banget, tapi kebanyakan penulis itu ga menampakkannya dari awal cerita, jadi pas akhir-akhir gitu dan tanggapan aku itu contonya kaya ‘GELAS?!!! cuma gelas? Gila, ga nyangka’ . Kenapa ampe alay gitu? karena kalo tokohnya benda mati itu, kata-katanya itu dalem banget. Jaranglah aku dikecewain sama tema-tema kek gini. Biasanya kalo baca cerita, kita sering kebawa jadi si tokoh utama, nah kalau tokoh utamanya itu benda mati? itu butuh usaha yang agak keras :3
.
Nah,untuk pertama kalinya aku nemu(?) cerita, yang tokoh utamanya benda mati dalam bentuk fisik-biasanyakan online :D. Manekin yang biasa di sepelihin sama orang -dipretelin sana-sini, terutama anak2 tata busana 😀 . Mereka punya dunia mereka sendiri, bisa komunikasi, punya obsesi, sifat mereka itu sama kaya manusia -aku cuma agak parno aja, seandainya itu manekin menunjukkan estitensinya di dunia nyata gimana coba? *Efek nonton trailer.
Pokoknya aku itu ngefans sama tema kaya gini, ngajak pembaca buat berkhayal jadi si tokoh utamanya -meski ngebayangin jadi manekien itu nyeremin sih. Pengen punya tema kaya gini nyempil di antara selipan buku aku yang lain *Maaf kalo kepanjang dan rada ga jelas lagi :D.
-Kita tidak boleh menyepelekan benda mati, mereka juga punya persaan kawan –