So, I Married The Anti-fan – Kim Eun Jeong

 

Judul                     : So, I Married The Anti-fan
Penulis                  : Kim Eun Jeong
Penerjemah         : Putu Pramania Adnyana
Penerbit               : Penerbit Haru
Terbit                    : Cetakan pertama, Maret 2012
Tebal                     : 540 halaman
Rate                       : 4/5
 
 

“Jadi, intinya, merayu anti-fan itu supaya menjadi fan kita. Dan kalau itu berhasil, kita lakukan hal yang sama ke anti-fan nomor 2, begitu seterusnya? Lalu sekitar 100 tahun lalgi, berarti semua orang di Korea ini berubah menjadi fanku, begitu?” So, I Married The Anti-fan, hlm. 82

 

 

Hu Joon memang selebriti yang kejam. Malam itu Lee Geun Yong tak sengaja menyaksikannya membentak seorang wanita di depan toilet. Wanita itu berlinang air mata dan merosot ke lantai, tepat sebelum Geun Yong mengeluarkan isi perutnya, yang lantas—tanpa sengaja—mengenai ujung sepatu sang selebriti.Hu Joon marah besar. Terlebih saat Geun Yong mengancamnya mengenai apa yang ia dengar di lorong toilet wanita. Keesokan harinya Geun Yong dipecat dari kantor berita tempatnya bekerja. Dengan alasan sepele, mengenai selebriti hipokrit itu, pimpinan redaksi menuduh Geun Yong berniat merusak reputasi mereka yang akan bekerjasama dengan selebriti paling ramah di Korea Selatan.

Geun Yong tidak terima. Dipecat secara tidak hormat, apalagi karena Hu Joon. Ia harus balas dendam. Menyusun strategi dan menjadi anti-fan anarkis yang pernah Hu Joon kenal. Usaha Geun Yong yang berdemo di depan kantor agensi Hu Joon bisa terbilang gila. Tapi, ia tidak menyerah. Malah membuatnya terkenal dan digunjingi para netizen.

Sementara Hu Joon dan manajernya tak enak hati pada Geun Yong. PD Han mencetuskan sebuah ide tentan sebuah variety show.

 

 

“Tujuannya untuk mengurangi antipati fan terhadap idolanya dengan berperan sebagai manajer dan tinggal bersama artis tersebut. Supaya anti-fan itu melihat kehidupan langsung idolanya, bukan sebagai selebriti, tetapi sebagai seorang manusia biasa.”

 

So, I Married The Anti-fan, hlm. 82

 

So, I Married The Anti-fan diperkirakan akan menyita kehidupan Lee Geun Yong selama empat bulan ke depan. Sembari diiming-imingi honor sebesar 10 juta won, perempuan itu mau tak mau jadi enggan menolak. Ia memikirkan tagihan listriknya, ibunya yang ngotot menjadikan Geun Yong petani—sama seperti saudara-saudaranya yang lain, dan Hu Joon keparat yang membuatnya dipecat.Tapi, apa yang akan terjadi seandainya selebriti yang mereka maksud adalah Hu Joon? Hu Joon dan dirinya akan tinggal di apartemen yang sama; Geun Yong mengikutinya ke mana-mana; dan setiap hari dihujani makian tak berperasaan. Glek.
 
 

Masih ingat dengan “Full House”? Drama Korea yang dulu sempat fenomenal dan mungkin sering dianggap menjadi salah satu cikal-bakal mengguritanya demam Korea di Indonesia. Sekilas ada beberapa kemiripan antara drama tersebut dengan buku Kim Eun Jeong yang bertajuk, “So, I Married The Anti-fan” ini. Lakon laki-laki yang seorang selebritas; punya sindrom tukang marah-marah; eogis tapi sesungguhnya punya rahasia yang menyakitkan tentang cinta pertama. Dan lakon wanitanya, Lee Geun Yong adalah paradoks dari Hu Joon, sekalipun bertindak ceplas-ceplos dan tidak tahu malu. Pertemuan mereka dilatarbelakangi dengan kehadiran sebuah pembukaan klub malam milik si saingan, JJ.Praktisnya adegan-adegan yang bermunculan dalam “So, I Married The Anti-fan” memang tipikal adegan yang muncul dari di drama-drama Korea pada umumnya, tapi, karena ini adalah pertama kalinya membaca sebuah karya dari penulis Kim Eun Jeong, adegan-adegan semacam itu semacam memiliki warna tersendiri apabila disajikan dalam bentuk tulisan. Ada kesan cepat, meledak-ledak. Walaupun tidak terlalu banyak disuguhi introduksi mengenai latar belakang pekerjaan masing-masing orang, tapi lewat dialog dan monolog para tokohnya, pembaca pun tenggelam ke dalam kontroversi seorang anti-fan Hu Joon.

“So, I Married The Anti-fan” digolongkan sebagai novel roman komedi. Sebuah genre yang ringan, mudah dipahami oleh pembaca, sekaligus aksi-aksi komedinya pun tak kalah mengocok perut. Terutama soal karakter Lee Geun Yong yang memang tidak tahu malu, keras kepala, tapi turut prihatin dengan keadaan Hu Joon. Citra sebuah roman Korea pun masih terlihat melalui ide yang banyak melibatkan antara peranan keluarga, kampung halaman, dan seorang wanita yang mencoba independen, tinggal di perkotaan dengan uang hasil keringat sendiri.

Jika sebelumnya saya pernah membaca novel Korea, “Do Re Mi Fa Sol La Ti Do” karya Guyeoni yang terkenal dengan banyaknya emotikon di sekujur halaman. “So, I Married The Anti-fan” karya Kim Eun Jeong memiliki tata bahasa yang rapi, pun gaya terjemahan yang mudah dipahami. Tidak banyak diksi berbunga kata yang ditonjolkan. Tapi ada analogi-analogi singkat yang khas sekali diterjemahkan dari pepatah Asia. Gaya berceritanya yang memakai sudut pandang orang ketiga tidak semata-mata membuat pembaca jenuh. Karena dengan sudut pandang tersebut, Kim Eun Jeong membahas sudut pandang kedua tokohnya secara bergantian, sehingga kerap kali saya merasa penasaran dan lekas-lekas ingin menuntaskan sebuah bagian dengan dasar keingintahuan terhadapan tanggapan dari tokoh satunya lagi.

“So, I Married The Anti-fan” diceritakan dengan alur maju yang terburu-buru. Percakapannya dilontarkan dengan cepat. Seperti diteriaki untuk segera berlari sehingga kerap kali kalau pembaca tidak awas, pergantian babak sudah langsung menyajikan latar yang berbeda. Namun, dengan begitu, di bagian awal, pembaca pun tidak terlalu banyak dijejali perkenalan tokoh yang bertele-tele. Konfliknya sudah langsung dilayangkan, disusul dengan aksi-aksi gila seorang anti-fan.

Bicara soal kecepatan, “So, I Married The Anti-fan” tidak melulu membahas soal selebritas yang angkuh. Bisa dibilang menyerempet masalah Lee Young Jae dalam drama “Full House”, Hu Joon pun diceritakan punya rahasia besar yang membuatnya tersiksa. Karena untuk menjadi figur publik tidaklah semudah kelihatannya, sepanjang hari ia harus berpura-pura, menyajikan seluruh hidupnya untuk menjadi tontonan publik. Tapi, seorang selebritas adalah seorang manusia, yang punya batasan kesabaran dan sisi kerapuhan. Saya selalu menyukai penyajian adegan sedih Hu Joon. Banyak adegan klise drama Korea yang digunakan Kim Eun Jeong, tapi tetap saja terasa memainkan perasaan apabila dituangkan dalam deretan kalimat.

Referensi film yang dimiliki Kim Eun Jeong juga kentara kalau ia memiliki ketertarikan dengan belahan dunia Barat. Mulai dari koleksi film zombie yang dimiliki Lee Geun Yong; Kim Eun Jeong secara tidak langsung ingin memberikan kesan berbeda dari banyaknya tokoht-tokoh wanita di dalam drama yang melulu berkelit dengan masalah pekerjaan dan cinta. Pun dengan karakter Hu Joon yang telah menatap lama di Alaska. Ada sedikit terbersit pertanyaan, kenapa Alaska? Walau tidak mendapatkan jawaban hingga ke lembar terakhir, tapi kedua hal tersebut dapat dianggap sebuah keunikan dan ciri khas Kim Eun Jeong dalam membentuk sebuah penokohan dan memilih latar tempat.

“So, I Married The Anti-fan” adalah karya Kim Eun Jeong pertama yang saya baca dan membuat saya tidak bisa berhenti membaca. Karyanya segar, walau klise di budaya per-Korea-an negeri ini. Namun, dengan komedinya yang sukses mengocok perut, terkadang yang klise malah tetap dapat menghibur imajinasi pembaca.

13 thoughts on “So, I Married The Anti-fan – Kim Eun Jeong

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s